Istri Kecil Tuan Ju

Panik Dan Cemas.



Panik Dan Cemas.

0Dia sudah mencoba membuka pintu itu dengan kunci duplikat nya. Tapi, Zio menguncinya dari dalam entah dengan apa sehingga Qiara sangat penasaran.     
0

"Bibi Liu, bagaimana ini? Zio belum mau membuka pintunya?" Tanya Qiara dengan berderai air mata ketika melihat Bibi Liu berdiri di sampingnya.      

Bibi Liu hanya meneteskan air mata. Karena dia juga tidak tahu harus melakukan apa. Ia juga tidak mungkin memberitahu Qiara kalau dia baru saja menelpon Julian.     

"Bisakah bibi memanggil satpam? Aku ingin dia mendobrak pintu ini? Karena aku tidak mau kalau anak ku sakit karena sejak siang sampai malam dia belum makan."      

"Baik Nyonya!" Bibi Liu langsung berlari untuk memanggil satpam.     

Sementara itu, Qiara merosot ke lantai. Ia bersandar di depan pintu Zio sambil menangis.      

Qiara sudah seharian meneteskan air mata tanpa henti. Wajahnya pun ikut bengkak sebagaimana matanya.     

Beberapa menit kemudian.      

Satpam datang, ia pun langsung mendobrak pintu Zio. Akan tetapi ia tidak punya cukup kekuatan untuk melakukannya.      

"Maafkan saya nyonya!" Satpam itu menunduk sedih sambil memegang bahunya yang sakit karena mencoba mendobrak pintu itu.      

Qiara merasa frustasi sehingga ia mengacak-ngacak rambutnya karena ia sangat bingung.     

'Apakah aku harus menghubungi Julian? Aku yakin dia tahu bagaimana caranya membuat Zio luluh. Tapi ... ' Batin Qiara.      

Tepat saat itu, suara pintu di buka dengan cukup keras. Qiara dan yang lain kaget.      

"Siapa itu?" Tanya Qiara dengan tatapan yang tajam.     

"Saya ... " Belum sempat menyelesaikan kata-katanya Bibi Liu berhenti saat melihat Julian datang.     

"Dimana Zio?" Tanya Julian dengan panik.     

Qiara terkejut melihat Julian tiba-tiba ada di rumah ini. Ia tidak menyangka kalau Julian akan datang tanpa ia beritahu.     

Hati Julian patah melihat wajah Qiara yang pucat dan sembab. Tapi ia tidak mengatakan apapun karena ia tahu kalau Qiara masih marah padanya.      

"Tuan kecil ada di kamar tuan ... " Ucap Bibi Liu sambil menuju kearah kamar Zio.     

Julian langsung mendekat ke pintu dan melewati Qiara.      

Mereka semua berharap Julian bisa membujuk Zio agar dia mau keluar.      

Akan tetapi mereka terkejut saat Julian menendang pintu itu dengan sangat keras.      

"Aaaa ... " Qiara teriak saat suara pintu yang di tendang Julian mengeluarkan bunyi yang keras.      

Satpam itu melongo melihat pintu yang terbuka hanya dengan sekali tendang.      

"Dimana Zio? Kenapa dia tidak ada di kamar?" Tanya Qiara pada Julian yang terdiam mematung sambil menatap ranjang Zio yang kamu kosong.     

Mereka semua panik karena ternyata Zio tidak ada di kamar itu.      

Julian masih diam sambil memutar bola matanya setiap penjuru kamar itu.     

"Julian ... Kenapa kamu hanya diam? " Teriak Qiara yang mulai histeris dan panik.     

"Diam ... " Bentak Julian.     

Seketika itu Qiara terkejut dan ketakutan mendengar suara bentakkan Julian yang cukup keras.      

Bibi Liu dan Satpam itu pun bergidik ngeri sekaligus merasa kasian pada Qiara.      

Untuk pertama kali nya, Julian sanggu membentak Qiara karena dia sedang fokus untuk menemukan keberadaan Zio.     

Qiara langsung diam dengan tubuh yang gemetaran.      

"Zio ... Ini Papa sayang! Keluar lah!" Kata Julian sambil melangkah pelan kearah lemari karena dia merasa Zio bersembunyi disana.      

Qiara dan yang lain hanya bisa melihat kemana Julian melangkah sembari berharap Zio memang masih ada di kamar ini.      

'Apakah situasi Zio sangat gawat sehingga Julian sampai membentak ku seperti tadi? Dan kenapa dia tidak berani membuat suara? Sebenarnya ada apa dengan anakku?' Batin Qiara.     

Tidak lama setelah itu, Julian membuka lemari itu dengan pelan.      

Seketika itu matanya membulat sempurna seakan melompat dari tempatnya saat ia melihat tubuh kecil yang lembut itu meringkuk di antara pakaiannya yang bergantung.      

"Zio ... " Julian berjongkok sambil memegang tubuh kecil itu.      

Qiara segera berlari menghampiri lemari saat ia mendengar Julian memanggil nama Zio.      

Mendengar suara papa nya, Zio perlahan mendongak. Wajahnya pucat dan bibirnya kering. Matanya pun memerah dan yang paling parah tangannya berdarah.      

Melihat kondisi anaknya, Julian langsung mengangkat tubuh kecil itu sambil meneteskan air mata.      

"Zio bertahanlah!" Ucap Julian sambil memeluk Zio dengan erat.      

Setelah berada di keluarkan Julian, Zio langsung pingsan sehingga Julian dan Qiara menjadi sangat panik.      

Julian berlari keluar membawa Zio karena Zio harus segera di tangani oleh dokter anak dan psikolog.      

"Aku ikut!" Kata Qiara setelah ia berhasil mengejar Julian hingga ke mobilnya.      

"Masuklah!" Sahut Julian dengan tatapan yang dingin.      

Qiara pun langsung masuk ke mobil. Ia duduk di belakang bersama Zio yang pingsan.     

Setelah itu Julian membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi. Qiara bingung sekaligus cemas karena dia tidak tahu apapun tentang anaknya. Ia tidak berani bertanya pada Julian yang terlihat sangat dingin dan mengerikan itu.     

Di tengah jalan Julian membuat panggilan ke psikolog yang biasa menangi Zio.     

"Halo ... Tuan Ju?" Terdengar suara lembut seorang wanita dari seberang telpon.     

"Zio butuh bantuan mu! Bisakah kamu datang ke rumah sakit elit pertama sekarang juga!" Kata Julian tanpa basa basi.     

"Sudah sangat lama tuan Ju tidak memanggil saya. Apakah penyakitnya kambuh?"      

"Iya. Dan sepertinya kali ini lebih parah karena dia menyakiti tangannya sendiri." Jawab Julian.     

"Baiklah, saya akan berangkat sekarang!" Kata Psikolog itu.     

"Terimakasih." Setelah itu Julian menutup panggilannya.     

Qiara pemasaran mendengar percakapan Julian dengan orang yang ada di sebaran telpon, tapi dia tidak berani bertanya.     

'Kenapa Zio menyakiti dirinya sendiri? Sebenarnya kenapa dengan Zio? ' Batin Qiara sambil menatap anaknya yang sedang di pangku.      

Julian tidak memperdulikan Qiara, dia tetap fokus menyetir tanpa mengajak Qiara bicara.      

Rumah Sakit.      

Tidak lama setelah itu, Julian sampai di rumah sakit. Ia dengan cepat membawa Zio masuk.      

"Ada apa ini tuan Ju?" Tanya salah satu dokter anak yang langsung menyambut Julian.     

"Anakku terluka. Tolong periksa dia!" Jawab Julian.     

"Baiklah! Tuan tolong tunggu di luar!" Setelah itu sang dokter masuk ke ruangan Zio.     

Julian dan Qiara duduk di bangku berdampingan dengan perasaan masing-masing.     

"Sebenarnya ada apa dengan Zio?" Tanya Qiara yang sudah tidak bisa menahan rasa penasaran nya lagi.      

Julian bersandar di tembok sambil menarik nafas dalam. Ia menatap langit-langit dengan perasaan yang campur aduk. Ia lupa memberitahu Qiara tentang Zio karena sudah lama Zio tidak seperti ini.     

"Julian, kenapa kamu masih diam? Tolong jawab aku!" Kata Qiara dengan suara yang meninggi karena dia sudah kehabisan rasa sabar.      

"Zio mengidap penyakit PTSD." Jawab Julian sambil menatap Qiara dengan ekspresi yang rumit.     

Qiara terdiam sesaat  sambil mengerutkan keningnya.  Setelah itu ia menatap Julian lebih dalam lagi.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.