Istri Kecil Tuan Ju

Penyebab Trauma Zio.



Penyebab Trauma Zio.

0Qiara terdiam sesaat sambil mengerutkan keningnya. Setelah itu ia menatap Julian lebih dalam lagi.      
0

"PTSD itu penyakit apa?" Tanya Qiara dengan suara yang gemetaran karena dia tidak pernah mendengar penyakit seperti ini sebelumnya.     

"PTSD merupakan gangguan mental yang bisa menyerang siapa saja dan bisa dipicu oleh kejadian tragis yang pernah disaksikan atau dialami sendiri. Kondisi ini menyebabkan pengidapnya tidak dapat melupakan trauma yang pernah dialami atau dilihat. Gangguan PTSD masuk dalam kategori kecemasan yang membuat pengidapnya sulit untuk melupakan kejadian traumatis yang pernah dialami atau disaksikan. Pada tingkat yang parah, gangguan ini bisa menyebabkan pengidapnya selalu berpikiran negatif terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitarnya." Jawab Julian dengan lemas.     

"Itu artinya Zio pernah mengalami kejadian yang membuatnya trauma?" Tanya Qiara lagi.     

"Iya. Saat ia baru berusia empat tahun. Oleh karena itu aku membawanya kembali kesini dengan harapan ia bisa sembuh. Setiap malam ia selalu mengingat kejadian traumatis yang dialaminya dan selalu mengulanginya. Bahkan, hal itu kerap muncul sebagai mimpi buruk yang mengganggu tidurnya." Julian tidak bisa menahan air matanya mengingat bagaimana ia sendirian menghadapi Zio yang sering mengalami perubahan emosi.     

Kondisi itu yang membuat tindakan Zio menjadi impulsif, sulit berkonsentrasi, mudah takut dan terkejut, mudah kesal dan marah, hingga kesulitan tidur. Setahun setelah nya, Zio dinyatakan sembuh tapi ia menjadi anak yang dingin dan tidak mau berteman.     

Hati Qiara semakin remuk, ia tidak menyangka kalau suami dan anaknya mengalaminya masa sulit tanpa dirinya.     

"Memangnya apa yang sudah Zio alami sehingga ia bisa begitu trauma?" Tanya Qiara lagi sambil menyeka air matanya.      

Julian kembali menarik nafas dalam karena dia ragu menceritakan apa yang sudah membuat Zio trauma. Ia takut kalau Qiara akan tambah sedih lalu menyalahkan dirinya sendiri.      

"Hari itu ia  keluar untuk bermain. Tapi, semua teman-temannya menjauhinya setelah mereka mengejek Zio tidak punya Mama.  Zio di buli hingga di dorong sampai kepalanya terbentur tiang ayunan. Sejak saat itu Zio  membenci keramaian dan beberapa kali dia masuk rumah sakit sehingga ia dinyatakan mengidap PTSD. Ia takut pada orang baru dan selalu lengket padaku. Dan sejak hari itu juga dia tidak pernah bertanya dimana Mama. Saat dia di tanya tentang Mama, dia selalu menjawab tidak ada dan dia sangat membenci aku ketika aku berusaha memberitahu nya tentang adanya Mama. Hingga pada akhirnya Kakak Jasmin membantunya untuk sembuh dengan membawakan Psikolog. Tapi, Jasmin yang dia panggil Mama. "      

Julian menoleh kearah Qiara setelah ia menceritakan kebenaran itu.      

Sementara itu, hati Qiara sakit. Ia tidak menyangka kalau anak nya yang lucu dan sangat menggemaskan itu mengalami masa sulit setelah ia tinggalkan.     

"Maafkan aku karena merahasiakan ini padamu!" Kata Julian sambil memegang tangan Qiara yang gemetar.      

Qiara menjauhkan tangannya dari Julian. Setelah itu ia menyeka air matanya lalu mengambil nafas dalam-dalam. Julian mulai merasa tidak nyaman dengan sikap Qiara.     

"Sayang ... " Julian berusaha untuk meraih tangan Qiara akan tetapi Qiara masih menjauhinya.      

"Kebohongan apa lagi yang kamu simpan? Kenapa begitu banyak rahasia yang kamu sembunyikan dariku? Katanya kamu cinta, tapi kamu tidak bisa jujur. Lalu, apa artinya sebuah hubungan tanpa kejujuran?" Tanya Qiara sambil menatap Julian dengan tajam.     

Juliam terdiam. Ia baru menyadari kalau selama ini dia menjalani hubungan dengan Qiara diatas kebohongan. Tentang surat wasiat dan tengang Zio. Lalu, apa lagi yang Julian sembunyikan?     

Qiara tidak bisa berpikir jernih saat ini. Yang ada di pikirannya hanya satu, yaitu mengakhiri semua rasa sakit ini.      

"Ada beberapa rahasia lagi .... " Ucap Julian sambil menunduk.     

Qiara langsung tersenyum kecut. Ia tidak menyangka kalau ternyata masih begitu banyak kebohongan yang Julian simpan.     

"Julian ... " Qiara menarik nafas dalam sebelum melanjutkan kata-katanya.     

"Iya?" Julian kembali menatap Qiara dengan harapan kalau Qiara mau memahami situasi nya saat ini.      

"Mari kita hentikan!" Kata Qiara tanpa meneteskan air mata karena dia sudah mantap mengambil keputusan itu.     

Julian mulai gemetaran karena berpikir buruk.     

"Apa maksudmu? Apa yang harus di hentikan?" Tanya Julian dengan suara yang sedikit lebih meninggi.      

Qiara berjuang menahan air matanya agar tidak jatuh. Ia mengambil keputusan berat ini untuk kebaikan semua orang.     

"Julian ... Maaf karena aku tidak bisa membencimu karena kesalahan dimasa lalu. Maaf juga karena kebenaran tentang kakak Vania terlalu mengejutkanku sehingga aku merasa tercekik oleh kemarahan. Tapi, satu hal yang pasti kalau cinta ku padamu tetap sama. Tidak ada yang aku sesali dan Zio adalah hadiah terindah dalam hidupku yang melelahkan ini. Sekarang, aku akan mengembalikan semuanya, karena sepertinya aku hanya akan menjadi kesakitan yang yang semakin melubangi luka yang pernah Zio dapatkan di masa lalu. Aku ibu nya yang pernah  ia rindukan sekaligus luka terhebatnya yang ingin dia lupakan. " Ucap Qiara dengan mulut yang gemetaran karena berjuang menahan tangisnya.      

Setelah mengatakan itu Qiara berdiri. "Aku akan mengurus perceraian kita untuk kedua kalinya! Jadi, mari bertemu di pengadilan secara pribadi!"     

Qiara memalingkan wajahnya lalu melangkah secara perlahan dengan hati yang hancur.     

"Tunggu ... "     

Qiara berhenti ketika mendengar suara Julian.      

"Apa ... " Qiara menutup mulutnya karena kaget setelah berbalik ia sudah melihat Julian berlutut sehingga ia tidak bisa melanjutkan kata-katanya.      

"Apa yang kamu lakukan? Jangan membuatku seperti orang yang jahat!" Kata Qiara sambil menarik kedua bahu Julian agar ia mau berdiri.      

Akan tetapi Julian masih berlutut. Ia mendongak lalu menatap jauh ke dalam mata Qiara sambil menangis.      

Semua orang yang melintas di UGD itu langsung terkejut dan kaget melihat seorang Julian berlutut di hadapan seorang perempuan.      

Untuk sesaat Qiara merasa risih dengan tatapan semua orang yang tertuju kearahnya. Terlebih dia seorang artis dan wajahnya pasti mudah di kenali walaupun tanpa polesan.     

"Julian ... Jangan rendahkan dirimu seperti ini! Banyak orang yang melihat!" Kata Qiara dengan khawatir. Dia lebih memperdulikan nama baik Julian daripada dirinya.      

"Katakan padaku apa yang harus aku lakukan agar kamu tidak meninggalkan aku lagi bersama  Zio?" Tanya Julian.     

Entah kenapa hati Qiara sangat sakit saat melihat air mata Julian yang terus mengalir.      

Sudah begitu banyak air mata yang mereka keluarkan hari ini. Bahkan Julian belum juga mengganti pakaiannya dan belum memakan apapun sejak ia pergi meninggalkan tempat Maxwell menyekapnya.      

Qiara menatap wajah tampan yang lusuh dan pucat itu. Bola mata yang biasanya bersinar terang itu tidak lagi terlihat di mata Julian.     

Qiara tahu kalau dia akan menjadi orang yang paling jahat karena meninggalkan anak dan suaminya untuk kedua kalinya, tapi ia tidak punya pilihan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.