Istri Kecil Tuan Ju

Berikan Aku Waktu!



Berikan Aku Waktu!

Qiano mengerutkan alisnya. " Apa itu?"     

Reina mendekatkan kursinya dengan kursi Qiano. Seketika itu Qiano menoleh dengan bingung.     

Sambil meletakkan lauk di piring Qiano, Reina berkata dengan sekali nafas. "Di dunia ini yang aku inginkan hanya kamu."     

Mendengar jawaban Reina, Qiano terkejut dan ekspresinya menjadi rumit, mendadak jantungnya berdetak tak karuan.     

"Ukhukkk... ukhukk.. "Karena terkejut, Qiano terbatuk beberapa kali.     

Melihat Qiano terbatuk, Reina langsung panik. Ia pun dengan segera mengambil minum dan memberikannya pada Qiano.     

Tanpa sengaja Reina menggenggam tangan Semua. Seketika itu Qiano terkejut lagi hingga gelas yang di pegangannya jatuh ke lantai.     

"Ahhh ... Qiano ... Kenapa tanganmu gemetaran? Gelasnya menjadi jatuh kan?" Kata Reina sambil melihat pecahan gelas yang berserakan di lantai.     

Semua melotot ke arah Reina sambil menelan ludah berkali-kali.     

'Kenapa aku merasa keringat dingin begini? Aku sudah biasa melihat gadis cantik dan seksi, tapi kenapa melihat gadis yang di depanku ini, aku malah menjadi grogi dan gemetar? Apakah aku benar-benar sudah cinta pada Reina?' Batin Qiano.     

Reina segera menunduk membersihkan pecahan gelas dibawah meja karena dua khawatir akan melukai kaki Qiano.     

"Auuu... "Reina merintih saat tangannya terkena beling, seketika itu darah mengalir dari ujung jarinya.     

Melihat Reina terluka, Qiano langsung bereaksi. Tanpa aba-aba Qiano mengambil telunjuk Reina lalu memasukkannya ke dalam mulutnya. Seketika itu Reina kaget melihat apa yang di lakukan Qiano sehingga jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya.     

Setelah menghisap darah di telunjuk Reina, Qiano menatap Reina yang sedari tadi menatapnya.     

Seketika itu Qiano tergoda dengan bibir merah Reina. Tampa sadar wajahnya mendekat ke wajah Reina. Akan tetapi, ia segera berhenti ketika sudah sangat dekat dengan wajah Reina karena dia tidak ingin terjebak dalam perasaan yang belum bisa ia pastikan.     

Reina cemberut melihat Qiano berhenti, oleh karena itu ia langsung mengambil inisiatif dengan menarik wajah Qiano. Setelah itu dia mencium bibir Qiano yang menurut Reina kalau itu adalah bibir yang paling seksi yang pernah dia lihat.     

Qiano mengedip-ngedipkan matanya karena kaget dengan keberanian Reina.     

Beberapa saat kemudian, akal sehat Qiano sudah tidak bisa menyadarkannya sehingga ia mulai menikmati ciuman lembut Reina.     

Qiano memeluk pinggang Reina dan membalas ciumannya dengan lebih lembut.     

Tanpa sadar tubuh mereka berdua sudah rebah di atas tempat tidur dalam keadaan masih berciuman.     

Beberapa saat kemudian, Reina melepas ciuman Qiano karena dia merasa kehilangan nafas. Reina lalu menatap wajah tampan Qiano dan dada bidangnya yang lebar serta tubuh yang seksi.     

"Maaf karena sepertinya aku jatuh cinta padamu, dan aku tidak perduli jika kamu menganggap ku perempuan murahan hanya karena mengungkap perasaanku berulang kali padamu." Kata Reina sambil tersenyum manis.     

Mendengar pengakuan Reina, ekspresi Qiano menjadi rumit. Ia lalu memegang bahu Reina yang masih berada di atasnya, setelah itu ia duduk tepat di samping Reina sambil memperbaiki bajunya yang berantakan.     

Setelah itu, Qiano melirik Reina dengan penuh arti.     

"Kita sudah lama saling mengenal. Tapi, kamu tidak pernah menceritakan tentang orang tua mu. Bolehkah aku tahu siapa orang tuamu agar aku lebih mengenalmu lagi?" Tanya Qiano yang mulai membuka hatinya untuk mengenal Reina lebih dalam.     

Reina menunduk. Dia ingin menutup rapat-rapat tentang identitas orang tuanya. Tapi, ia sadar kalau untuk memulai hubungan itu harus terbuka agar berjalan dengan baik.     

"Apakah sangat berat bagimu untuk bercerita?" Tanya Qiano.     

"Aku adalah anak tidak sah dari Tuan Jhosep. Itu artinya aku adalah adik Julian." Jawan Reina dengan jujur sambil menatap lekat wajah Qiano.     

Qiano terkejut. Dia tidak menyangka kalau Reina adalah adik Julian.     

'Jika aku bersama Reina, itu artinya aku akan menjadi adik ipar Qiara. Kenapa bisa seperti ini?' Batin Qiano.     

Dia sudah bisa melupakan Qiara. Akan tetapi ia harus berhadapan lagi dengan Qiara jika dia memutuskan bersama Reina.     

Tanpa mengatakan apapun, Qiano berdiri lalu melangkah menuju pintu keluar.     

"Qiano ... Kenapa kamu pergi tiba-tiba? Apakah kamu jijik saat tahu kalau aku anak tidak sah?" Reina menarik tangan Qiano dengan segera karena dia butuh penjelasan.     

"Aku mencintaimu Reina. Tapi, aku tidak bisa memutuskan kemana hubungan ini pergi. Bukan karena kamu anak yang tidak sah. Tapi, karena aku adik dari Julian. Bukankah kamu tahu kalau aku pernah mencintai Qiara dengan sepenuh hatiku? " Kata Qiano dengan jujur karena dia berpikir kalau dia tidak perlu menutupi apapun.     

"Jadi, kamu takut akan kembali mencintai Qiara jika kamu menjadi adik iparnya? " Tanya Reina sambil meneteskan air mata.     

"Iya. Dari pada kita akan saling menyakiti, lebih baik kita berhenti sampai disini! Lupakan aku! Karena itu lebih baik buat kita." Jawab Qiano sambil melepaskan tangan Reina dari tangannya.     

Mendengar perkataan Qiano, Reina merasakan sakit yang teramat sangat, bahkan lebih sakit dari pada ketika Virsen menyakitinya. Reina pun menangis semakin deras.     

Melihat Reina tertunduk sambil menangis , hati Qiano terasa remuk, dia ingin memeluk Reina dan memilikinya, untuk kedua kalinya dia jatuh cinta tapi dia harus berhenti sebelum memulai hubungan nya.     

"Terimakasih atas makananya, sekarang aku pergi! "Kata Qiano sambil melanjutkan langkahnya.     

"Aku tidak pernah menganggap Julian kakak ku. Karena aku membencinya. Oleh karena itu aku menyembunyikan identitas ku."     

Qiano berhenti mendengar perkataan Reina.     

'Apakah aku terlalu egois? Reina sudah sabar menungguku hingga bertahun-tahun. Tapi, aku hanya memikirkan perasaanku. Apakah selama ini Reina tersiksa?' Batin Qiano sambil berbalik melihat Reina yang menatapnya dengan berderai air mata.     

Reina masih menatap Qiano  yang belum mau berbalik melihatnya.  Seketika itu ia  menangis lebih keras lagi karena ia merasa lelah dengan keadaan seperti ini.     

"Berikan aku waktu untuk berfikir. Aku rasa kita akan menemukan jalan setelah itu." Kata Qiano setelah ia terdiam cukup lama.     

"Aku akan menunggu karena tugasku adalah mencintai kamu oleh karena itu aku tidak keberatan untuk menunggu lagi." Jawab Reina dengan yakin.     

Hati Qiano tersentuh mendengar ucapan Reina. Akan tetapi, dia tidak kau memutuskan apapun sebelum ia benar-benar yakin.     

Tidak lama setelah itu, Qiano keluar dari kamar Reina.     

Dengan berderai air mata, Reina berlari menuju kamar Gabriel yang ada di sebelah kamarnya.      

Setelah itu, Reina berlari menuju balkon kamar Gabriel sambil menangis. Gabriel yang sedari tadi duduk di ranjangnya itu langsung terkejut melihat Reina tiba-tiba masuk lalu berlari menuju balkon.     

'Ada apa dengan bos?' Batin Gabriel sambil menurunkan kedua kakinya dari ranjang.      

"Bos kenapa?" Tanya Gabriel ketika ia sudah berdiri di samping Reina.     

Reina menoleh kearah Gabriel lalu memeluknya sambil menangis.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.