Istri Kecil Tuan Ju

Lepaskan Aku!



Lepaskan Aku!

0Setelah memastikan Gabriel di rawat, Qiano segera mencari keberadaan Reina lewat GPS di ponsel Gabriel.     
0

'Reina ... Bertahanlah! Aku akan segera menolongmu!' Batin Qiano.     

Tidak lama setelah itu, Qiano  menemukan tempat sesuai dengan yang di tunjukkan oleh GPS itu.     

Tatapan Qiano begitu tajam saat melihat rumah yang cukup mewah itu. Ia sudah menduga kalau Virsen membawa Reina kesini.     

Sementara itu, di dalam rumah Reina duduk di lantai ruang tamu yang dingin. Ia menunggu Virsen muncul seperti orang bodoh.     

Tidak lama setelah itu, Reina mendongak melihat Virsen berjalan turun lewat tangga yang cukup indah itu.     

Reina merasa jijik melihat senyum Virsen yang selalu mengingatkan dirinya tentang kejadian masa itu.     

"Virsen ... Lepasin aku!" Teriak Reina sambil menatap tajam kearah Virsen seolah ia siap untuk memakan lelaki yang ada di depannya itu.     

Virsen terus berjalan turun tanpa menghiraukan teriakan Reina.     

Tidak lama setelah itu, Virsen berdiri di hadapan Reina. Ia lalu duduk sambil mencengkram wajah Reina.     

"Sayang ... Aku sudah lama merindukan kamu!" Ucap Virsen.     

Karena sangat marah, Reina menyemburkan ludahnya di wajah Virsen.     

Seketika itu semua anak buahnya di ruang tamu itu merasa jijik melihat  ludah kental yang menempel di wajah Virsen.     

Sementara itu, Virsen masih tersenyum sambil menyingkirkan ludah itu dari wajahnya. Setelah itu ia menjilatinya sehingga Reina merasa mual melihat Virsen melakukannya.     

'Menjijikkan!'  Batin Reina.     

Setelah itu Virsen kembali mencengkram wajah Reina dengan keras sehingga Reina merasa kesakitan.     

"Aku sudah sabar menghadapi mu. Aku juga sudah mencoba dengan menggunakan kelembutan, tapi kamu malah membuatku melakukan hal kasar. Oleh karena itu aku terisak memaksamu seperti dulu. " Setelah mengatakan itu, Virsen berdiri lalu bertepuk tangan.     

Tidak lama setelah itu, keluar beberapa pelayan membawa make up dan gaun pengantin.     

Mata Reina melotot. Dia yang sedari tadi memilih diam mulai membuka mulutnya dengan gemetaran. "Kenapa mereka membawa gaun pengantin?"     

Virsen tersenyum. "Karena malam ini juga kita akan menikah!"     

Reina kaget dan jantungnya berdebar lebih cepat dari  biasanya karena dia sangat ketakutan.     

'Dia memang gila.' Batin Reina.     

"Sayang ... Kamu tidak boleh takut atau menolak, karena aku berjanji akan membuatku bahagia!" Kata Virsen lagi.     

"Aku tidak rela menikah dengan orang gila seperti kamu!" Teriak Reina sambil meneteskan air mata.     

Satu tamparan mendarat di pipi Reina dengan sangat keras sehingga Reina langsung terkapar di lantai.     

"Ahhh ... " Reina meringis kesakitan saat ia menyentuh bibirnya yang berdarah akibat tamparan yang sangat keras itu.     

Setelah itu, Virsen menjambak rambut Reina dengan kasar.     

"Ahhh ... Virsen lepasin aku!" Reina memegang tangan Virsen agar mau melepaskan rambutnya. Akan tetapi, Virsen terlalu kuat untuk dikalahkan olehnya.     

"Aku sudah memberikan kamu kesempatan untuk menjadi penurut. Tapi, kenapa kamu masih saja menolak ku? Padahal disini hanya ada aku dan kamu, tidak akan ada orang yang bisa menolong mu walaupun kamu berteriak!" Kata Virsen lagi sambil menggertakkan giginya.     

Reina menangis mendengar perkataan Virsen. Dia memang tidak bisa berteriak untuk minta tolong karena disini tidak ada orang yang dia kenal selain Demian yang merupakan pendatang juga.     

'Ya Tuhan ... Inikah akhir dari hidupku yang bahagia? Tidak bisa mendapatkan lelaki yang aku cintai, dan sekarang aku akan menjadi tawanan lelaki gila ini? Tolong aku!'Batin Reina sambil menangis.     

"Sebaiknya kamu singkirkan tanganmu itu dari rambutnya!"     

Mendengar suara berat itu, Virsen dan anak buahnya langsung menoleh kearah sumber suara.     

Reina yang merasa mengenal suar itupun ikut menoleh. Seketika itu ia tersenyum karena memiliki harapan.     

' Qiano ... ' Batin Reina.     

"Siapa kamu? Berani sekali kamu datang ke tempat ku? Apakah kamu tidak takut pada anak buah ku?" Tanya Virsen setelah melepaskan rambut Reina.     

"Kamu tidak perlu tahu siapa aku! Yang jelas, kamu tidak boleh  kasar pada wanita. Apalagi terhadap wanita manja seperti dia!" Ucap Qiano sambil tersenyum licik.     

Virsen mengepalkan tangannya karena sangat marah. Ia tidak suka kalau apa yang sedang ia lakukan di ganggu oleh orang lain.     

"Anak muda, sebaiknya kamu pergi dari sini sebelum aku meminta anak buah ku untuk membunuh mu! Lagi pula kamu tidak memiliki urusan denganku atau pun dengan wanitaku." Kata Virsen yang masih ingin mencoba berbicara dengan baik-baik.     

Reina melotot kearah  Qiano.  Ia berharap agar  Qiano tidak terpengaruh oleh kata-kata Virsen. Walaupun sebenarnya dia takut jika Virsen benar-benar akan membunuh Qiano.     

Qiano pun mengerti arti dari tatapan Reina. Oleh karena itu ia memberikan senyum kepada Reina untuk memberikannya sebuah kenayakinan.     

"Tolong aku!" Teriak Reina yang semakin khawatir akan    Qiano yang menyerah hanya karena takut dengan ancaman Virsen.      

"Kamu memang gadis yang merepotkan!" Ucap  Qiano.     

Setelah itu,  Qiano melangkah maju kearah Virsen dan Reina. Seketika itu anak buah Virsen langsung menghadang jalannya.      

"Anak muda...  Jangan coba-coba ikut campur urusan  bos kamu! Jika  kamu ingin selamat maka pergilah!"     

Mendengar perkataan anak buah Virsen,          

Qiano memberikan mereka  tatapan buas seolah siap memangsa orang yang ada di hadapannya.     

Setelah itu, Qiano  memberikan mereka pukulan dan menyingkirkan mereka dari hadapannya.     

Virsen mengepal tangannya dengan geram karena ia tidak terima kalau anak buahnya di kalahkan oleh satu orang.     

Tanpa sepengetahuan Virsen, Qiano  berlari kearahnya lalu menarik Reina dari samping Vkrsen..     

Menyadari Reina sudah bersama Qiano, Virsen  menjadi  semakin geram. Oleh karena itu ia langsung  dan mengarahkan pistolnya.     

Reina ketakutan sehingga ia langsung bersembunyi di balik punggung  Qiano.     

"Aku sudah memintamu pergi, tapi kamu malah menantangku. Oleh karena itu kamu bersiaplah untuk mati!" Kata Virsen sambil bersiap menarik pelatuknya.     

Namun, sebelum Virsen  menarik pelatuknya,  Qiano  berlari secepat kilat kearah Virsen sehingga membuat Virsen ragu untuk melepaskan pelatuknya karena bingung.     

Tanpa Virsen sadari, Qiano sudah ada di depannya sambil memegang tangannya yang memegang pistol. Setelah itu Qiano mengarah pistol itu keatas dan melepaskan pelatuknya berulang kali hingga pelurus nya habis.     

Bams .... Bams ... Bams ... Bams ...     

Mendengar suara tembakan yang berkali-kali itu, Reina langsung menutup telinga dan memejamkan matanya.     

Setelah itu,  Qiano memberikan pukulan ke dada dan perut Virsen dengan keras sehingga Virsen langsung terkapar di lantai bersama pistolnya yang sudah kosong.     

"Ahhh ...  " Virsen meringis kesakitan sambil memegang dadanya yang sakit.     

"Brengsek kamu! Beraninya kamu membuatku seperti ini. Siapa kamu sebenarnya?" Tanya Virsen dengan suara yang berat.     

Qiano berjongkok  di hadapan Virsen. Setelah itu ia tersenyum sinis sambil berkata, "Aku adalah calon suaminya. Kemungkinan kami akan menikah Minggu depan. Jadi, persiapkan dirimu untuk menghadiri pesta pernikahan kami!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.