Istri Kecil Tuan Ju

Dia Calon Istriku!



Dia Calon Istriku!

0Virsen terdiam. Tiba-tiba saja dadanya terasa sakit  seperti di sayat-sayat pisau yang tajam.     
0

Qiano sengaja mengatakan itu. Karena ia tiba-tiba teringat permintaan  Qiara untuk membantunya menyingkirkan Virsen. Dan satu-satunya cara adalah menikahi Reina.     

Karena Reina adalah jantung dan akal sehat Virsen. Jika dia sampai kehilangan Reina maka jantungnya tidak akan berfungsi dengan normal serta akal sehatnya terganggu. Kehidupan Virsen akan tersiksa saat itu juga.     

'Qiara benar ... Lelaki yang bernama Virsen ini terlihat sangat buruk saat tahu Reina akan menikah dengan lelaki lain. Apakah cintanya pada Reina terlalu dalam?' Batin  Qiano  sambil memperhatikan  Ekspresi Virsen yang sangat buruk.     

Sementara itu Reina berdiri tegak sambil menutup mulutnya karena kaget. Ia tidak menyangka kalau  Qiano  akan mengakuinya sebagian calon istri.     

'Apakah dia sadar mengucapkannya? Aku adalah calon istrinya yang akan dia nikahi minggu depan? 'Batin Reina.     

Reina tidak tahu harus senang atau sedih, karena pengakuan  Qiano  belum jelas kebenarannya.     

"Ayo pergi!"  Qiano  memegang tangan Reina lalu mengajaknya untuk segera meninggalkan rumah itu.     

Reina pun mengangguk patuh. Hatinya sangat bahagia saat melihat tangan Qiano memegang erat tangannya.     

"Kalian berdua bohong ... " Teriak Virsen dengan sangat keras setelah ia terdiam cukup lama.     

Semua orang di ruangan itu langsung  kaget. Para anak buah Virsen yang terluka itu bergidik ngeri sambil berusaha berdiri.     

Qiano dan Reina pun berhenti berjalan ketika mendengar suara teriakan itu.     

Mereka berdua berbalik, seketika itu mereka melihat Virsen berjalan kearah mereka dengan Ekspresi yang gelap. Qiano pun langsung meminta Reina bersembunyi di belakang nya.      

"Kamu mau apa!" Tanya Qiano dengan tenang setelah Virsen berdiri di depannya.      

"Katakan padaku kalau apa yang kamu katakan itu bohong brengsek!" Teriak Virsen lagi sambil menunjuk kearah Qiano     

"Aku ... "  Qiano  tidak melanjutkan ucapannya ketika ia melihat Reina tiba-tiba keluar dari persembunyiannya nya lalu berdiri membelakangi nya.      

"Apa yang kamu lakukan? " Tanya Qiano dengan khawatir.      

Reina melirik  Qiano  tanpa emisi. Ia lalu berkata, "Biarkan aku yang akan menjelaskan padanya agar ia bisa mengerti."     

Qiano menarik nafas dalam, setelah itu ia mencoba mempercayai Reina dengan membiarkannya bicara saling berhadapan dengan Virsen. Walaupun begitu,  Qiano  tetap berdiri tegak di belakang Reina dengan waspada.     

"Sayang ... Tolong katakan kalau kamu hanya mencintai aku! Katakan juga kalau apa yang di katakan lelaki brengsek itu salah!" Kata Virsen dengan mata yang mulai berkaca-kaca menahan air matanya.     

Reina menyingkirkan kedua tangan Virsen yang menegang kedua pundaknya dengan kasar.     

Setelah itu Reina menatap Virsen dengan berani karena dia sudah tahu apa kelemahan Virsen.     

"Virsen Adamson ... Dulu aku pernah sangat mencintai mu. Tapi, kamu melukai hatimu sampai aku hampir gila karena ketakutan.  Gara-gara kamu, aku menjadi manusia yang tidak berperasaan sehingga aku menolak banyak lelaki karena takut. Tapi, sekarang aku sudah menemukan belahan jiwaku, yang akan menemaniku hingga tua nanti. Itu artinya aku tidak memiliki rasa cinta sedikit pun untukmu. Yang ada hanya rasa kasihan. Jadi, pastikan kalau kamu sehat agar bisa menghadiri pernikahan kami." Kata Reina.     

Air mata Virsen tumpah ke pipinya karena perkataan Reina sangat melukai hatinya.     

Ungkapan kebencian Reina sudah sangat sering ia dengar sehingga ia tidak pernah  menyerah karena ia menganggap kalau kebencian itu adalah tanda Reina masih menyimpan cinta untuknya.     

Tapi, malam ini Reina tidak mengucapkan kata benci, melainkan kata kasihan yang membuat hati Virsen tertusuk ratusan jarum karena dia sudah kehilangan harapan dan rasa percaya diri nya.      

"Aku tahu kalau kamu lelaki yang baik! Oleh karena itu, lepaskan aku agar aku bahagia jika kamu memang mencintai ku. Selamat tinggal Virsen!" Setelah mengatakan itu, Reina berbalik sambil menyeka air matanya.      

Reina tidak tahu kenapa air matanya tiba-tiba jatuh saat melihat Virsen memandangnya dengan berdebar air mata.     

"Ayo kita pergi!" Reina menarik tangan Qiano  tanpa menoleh kearah Virsen.     

Qiano langsung mengikuti Reina dengan patuh tanpa menghiraukan Virsen yang sudah merosot ke lantai sambil memegang dadanya yang sangat sakit.     

Virsen menunduk sambil menangis sesegukkan. Ia ingin menahan Reina, akan tetapi hatinya selama melarangnya.      

Semua pelayan perempuan itu memperhatikan Virsen dengan tatapan sedih. Mereka tersentuh melihat cinta Virsen yang begitu besar kepada  Reina  sampai ia menangis seperti itu.     

Tidak lama setelah itu, Reina dan Qiano  sudah berada di dalam mobil Qiano.     

Dengan cepat  Qiano  menjalankan mobilnya meninggalkan rumah yang Viren sewa itu.     

"Apa kamu menangis karena dia?" Tanya Qiano setelah lama terdiam.     

Reina yang sedari diam langsung menyeka air matanya. Setelah itu ia melirik  Qiano yang sedang menyetir.     

"Iya. " Jawab Reina dengan suara serak.     

"Kenapa? Apa karena kamu mencintai nya?" Tanya  Qiano  lagi dengan perasaan yang tidak menentu.     

Untuk sesaat Qiano  gugup menunggu jawaban Reina. Dia berharap agar Reina menjawab tidak.     

'Entah kenapa hatiku tidak rela jika Reina menangis karena masih mencintai Virsen. Apa mungkin aku sudah cemburu?' Batin Qiano     

"Kenapa kamu hanya menatap ku? Apakah kamu malu untuk jujur?" Tanya Qiano  yang tidak sabar menunggu jawaban Reina.     

"Bukan karena itu!" Jawab Reina.     

"Lalu karena apa?" Desak Qiano yang semakin tidak sabaran.     

"Karena tatapannya  tadi mengingatkan aku pada masa lalu. Masa dimana dia sangat baik dan perhatian padaku. Dia rela menanggung banyak kesakitan demi aku. Mengingat semua itu aku merasa menjadi orang jahat. Aku sudah jahat pada lelaki yang dulu sangat baik padaku. Kenapa dia harus menunjukkan tatapan itu? Padahal sudah bertahun-tahun aku tidak pernah melihatnya." Reina menangis lagi setelah mengatakan kebenaran nya.     

Qiano terdiam. Ia bingung harus berkata apa karena dia bisa merasakan bagaimana besar cinta Virsen pada Reina dan dari cerita Reina, ia juga mengerti betapa tidak enaknya menyakiti orang yang dulu pernah baik padanya.      

"Berhentilah menangis! Karena menangis sangat tidak cocok dengan karakter mu yang pemberani dan tegas!"  Ucap    Qiano setelah lama terdiam.     

Reina pun menarik nafas dalam. Setelah itu ia menyeka air matanya.      

"Maaf karena aku terbawa suasana. Oh iya, terimakasih sudah menolongku!" Kata Reina sambil mengukir senyum di bibirnya yang basah oleh air mata.     

Qiano melirik Reina sebenatar, setelah itu ia melemparkan sapu tangannya kearah Reina. "Usap wajahmu pakai sapu tangan itu! Aku tidak suka melihat perempuan menangis. Dan kamu tidak perlu berterimakasih padaku!"     

Reina tidak bisa menahan senyumannya, karena baginya  Qiano  bersikap sangat manis  padanya saat ini.      

Setelah itu, Reina mengepel wajahnya dengan pelayan.      

"Ahhh ... " Reina meringis saat ia tidak sengaja mengusap sudut bibirnya yang terluka akibat tamparan Virsen.      

"Kamu kenapa?" Tanya  Qiano  sambil melirik Reina dengan panik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.