Istri Kecil Tuan Ju

Ceritakan Padaku!



Ceritakan Padaku!

0"Ini!" Ucap Reina sambil menyerahkan tas itu kepada Gabriel.     
0

Dengan cepat Gabriel membongkar tasnya dengan bantuan Reina.     

Setelah menemukan alat itu, Gabriel langsung meminta Reina untuk melakukannya sesuai dengan instruksi nya.     

"Aku takut. Sebaiknya kita panggil dokter saja kesini! Aku akan bayar berapa saja asal dia mau kesini!" Kata Reina sambil bergidik ngeri.     

"Tolong percaya padaku bos! Semua akan baik-baik saja selama anda mengikuti instruksi dari saya!" Kata Gabriel.     

Melihat tatapan penuh keyakinan itu, Reina pun memegang alat itu lalu mengangkat nya dengan gemetaran.     

"Kalau sakit, tolong katakan padaku agar aku berhenti!" Kata Reina.     

"Iya." Gabriel masih bisa senyum melihat ekspresi cemas di wajah Reina. Walaupun dia tahu kalau rasanya akan sangat sakit apalagi yang melakukan nya adalah orang yang tidak berpengalaman.     

"Baiklah, aku akan melakukannya!" Reina menelan ludahnya dalam-dalam saat mengikuti instruksi Gabriel.     

Reina meyakinkan dirinya kalau dia bisa melakukan nya dengan cepat agar Gabriel segera terselamatkan.     

"Ahhh ..  " Gabriel mengigit kain yang Reina berikan padanya setelah benda tajam itu mulai bekerja untuk mengeluarkan peluru itu.     

Keringat Reina bercucuran saat ia berusaha mengeluarkan peluru itu dengan hati-hati.     

'Dia gila. Bagaimana mungkin dia memintaku melakukan hal berbahaya seperti ini. Tanpa alkohol dan obat bius, rasa sakitnya pasti berlipat-lipat. 'Batin Reina sambil memfokuskan tatapannya kearah peluru yang sebentar lagi bisa ia keluarkan.     

"Ahhh ..  "  Reina terus meringis menahan sakit. Untungnya suara ringisan nya tidak kencang karena kain yang dia gigit dengan sangat keras.     

"Sedikit lagi!" Ucap Reina yang mulia panik mendengar suara ringisan Gabriel.     

Setelah berjuang keras, Reina pun akhirnya berhasil mengeluarkan peluru itu.     

"Aku berhasil, sepertinya aku berbakat jadi dokter!" Reina tersenyum lebar setelah berhasil melakukan hal berbahaya seperti itu.     

"Anda hebat bos! Sekarang, bisakah anda memberikannya obat lalu menutupnya agar tidak inspeksi?" Kata Gabriel dengan suara lemah. Ia hampir saja pingsan, tapi ia segera menyadarkan dirinya karena dia tidak boleh pingsan di saat seperti ini.     

"Oke." Reina pun segera mengobati luka tembak itu dengan mengikuti instruksi Gabriel.     

....     

Gabriel  sudah terbiasa dengan luka tembak dan cara penangananya sehingga dia tidak perlu ke rumah sakit karena dia adalah mantan agen rahasia.     

Keesokkan paginya di kota A.     

Pagi ini  Qiara mengemas pakaian nya dan bersiap pergi meninggalkan kehidupan Julian dan Zio. Ia ingin kembali ke kota B dan menjalani hidupnya seperti lima tahun lalu tanpa Julian dan Zio.     

"Apakah nyonya tidak mau menunggu tuan pulang dulu?" Tanya Bibi Liu dengan khawatir.     

Qiara menggeleng sambil tersenyum kearah Bibi Liu.     

"Nyonya jangan mengambil keputusan saat marah! Saya yakin kalau tuan tidak akan menyalakan Nyonya atas kejadian yang menimpa tuan kecil." Bibi Liu masih berusaha menahan Qiara.     

"Terimakasih karena Bibi sudah melayani saya disini dengan baik. Tapi, saya harus segera pergi!" Qiara memeluk Bibi Liu  sambil meneteskan air mata lagi.     

Bibi Liu pun ikut menangis karena dia sudah terlanjur saya sama Qiara.     

"Tolong jaga keluargaku!" Ucap Qiara setelah ia melepaskan pelukannya.     

Bibi Liu pun mengangguk sedih. Setelah itu Qiara menarik kopernya menuju pintu keluar.     

'Ya Tuhan, hatiku sangat sakit! Berat sekali meninggalkan dua lelaki yang aku cintai. Tapi, aku tidak boleh egois karena inilah yang terbaik!' Batin Qiara.     

Bibi Liu tidak bisa berbuat apapun lagi. Dia merasa kasian melihat penampilan  Qiara yang kucel begitupun dengan wajahnya yang terlihat buruk akibat menangis terus-terusan.     

Dengan pelan, Qiara memegang ganggang pintu.     

Setelah itu ia membukanya dengan perlahan. Seketika itu ia terdiam saat melihat Julian berdiri di depan pintu sambil menatap nya dengan tatapan yang sendu.     

"Julian ... " Ucap Qiara dengan bibir yang bergetar.     

Julian menarik nafasnya. Ia tidak tahu lagi harus berkata apa untuk menahan Qiara kecuali menceritakan pada Qiara kejadian yang sesungguhnya.     

"Aku akan ceritakan semuanya!" Kata Julian setelah lama terdiam.     

"Apa?"     

"Bisakah kita bicara di kamar? Aku tidak ingin urusan rumah tangga kita di dengar orang lain. Setelah kamu mendengar ceritaku, maka kamu boleh pergi jika kamu memang ingin pergi." Jawab Julian.     

Qiara terdiam sejenak. Ia menatap lekat wajah lelaki yang dia cintai itu. Dari wajah itu dia menemukan ketulusan dan keputusasaan.     

Tanpa mengatakan apapun, Qiara berbalik. Ia meninggalkan kopernya di ruang tamu lalu masuk ke kamar bersama Julian.     

Kini Julian dan Qiara sudah duduk berhadapan di atas ranjang. Seketika itu hati Julian terasa sangat sakit melihat wajah bengkak Qiara akibat menangis.     

"Kenapa kamu hanya diam? Ayo ceritakan apa yang kamu sembunyikan!" Desak Qiara yang mulai hilang kesabaran.     

"Malam itu, aku tidak bisa menghubungi mu karena ponselku mari. Aku hilang kesadaran saat bahuku terkena peluru yang keluar dari pistol Maxwell." Julian terdiam sejenak untuk mengambil nafas sebelum melanjutkan ceritanya.     

Mata Qiara membulat sempurna mendengar cerita itu.     

"Luka tembak? Kenapa Bos Maxwell bisa menembak mu?" Tanya Qiara dengan suara yang gemetar.     

"Maxwell mengetahui semuanya. Oleh karena itu dia mengejar Papa untuk balas dendam dan ingin membunuhnya dengan menembaknya, tapi aku datang dan spontan melindungi Papa sehingga aku yang terkena tembak. Kematian Vania direncanakan oleh Papa. Tapi, dia tidak menyangka kalau aku ada di dalam mobil yang sama dengan Vania. Karena dia tidak ingin ada masalah dalam keluarga, Papa pun menghapus jejak ku dari kecelakaan itu.  Aku minta maaf karena aku sudah merenggut masa muda mu. Aku juga minta maaf karena sudah memalsukan surat wasiat Vania yang sebenarnya untuk Maxwell dan tidak ada kata permintaan untuk menikahi mu. Mamaku dan Mama mu tidak tahu kalau aku dan Vania sudah putus. Aku berinisiatif menjagamu dengan menikahi mu untuk menebus rasa bersalahnya ku. "     

Julian menjelaskan semua yang dia sudah rahasiakan selama ini. Karena dia tidak ingin lagi menjalani hubungan ini diatas kebohongan dan rahasia. Karena dia tahu kalau hubungan yang sehat harus di mulai dengan kejujuran dan keterbukaan.     

Air mata Qiara menetes lagi dengan deras. Penjelasan Julian membuka luka baru di hatinya. Tapi, luka yang sekarang bukan karena ia membenci Julian melainkan merasa bersalah karena tidak peka dengan perasaan Julian.     

"Bolehkan aku bertanya satu hal lagi?" Tanya Qiara dengan suara yang serak.     

"Tanyakan saja!" Julian ingin menghapus air mata uang mengalir di pipi Qiara. Akan tetapi, ia menahan diri nya karena ia tidak ingin membuat Qiara marah karena berani menyentuh tanpa izinnya.     

"Kenapa kamu bisa putus dengan Kakak Vania? Dan kenapa dia bisa berakhir dengan Bos Maxwell? Apakah kalian terlibat cinta segitiga?" Tanya Qiara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.