Istri Kecil Tuan Ju

Suamiku Yang Terlalu Baik.



Suamiku Yang Terlalu Baik.

0"Sayang mandi yuk!". Ucap Qiara sambil meraba dada telanjang Julian.     
0

Seketika itu Julian mengerutkan keningnya. Ini pertama kalinya Qiara mengajak mandi bareng.     

"Apa kamu yakin mau melakukannya lagi di kamar mandi?" Tanya Julian balik sambil menggelitik Qiara.     

"Hahaha .. Julian geli .... " Qiara mencoba menghentikan Julian yang tampak sangat senang menggelitiknya.     

"Kamu nakal ... " Ucap Julian tanpa memperdulikan Qiara yang mencoba menghentikannya.      

"Bukan itu maksud ku! Tapi, kamu harus mandi duluan karena dari kemarin kamu belum mandi. " Kata Qiara.     

"Tapi aku masih ingin bersamamu!" Julian mulai bersikap manja pada Qiara.     

"Kita bisa melanjutkan nya nanti. Karena kita harus ke rumah sakit!" Qiara berhasil menyingkirkan tangan Julian yang menggelitiknya.     

"Astaga ... Aku lupa! Kalau begitu aku akan mandi sekarang!" Setelah itu Julian mencium bibir Qiara dengan mesra.      

Setelah itu, Julian segera masuk ke kamar mandi karena dia tidak ingin membuat Zio menunggunya terlalu lama.     

Tepat saat itu, suara ponsel Qiara berbunyi. Seketika itu ia mengambil ponselnya.      

"Astaga ... Aku sampai lupa sama Kakak Aurel!" Ucap Qiara ketika melihat ID pemanggil.     

"Halo kakak?" Sapa Qiara setelah menggeser icon berwarna hijau di ponselnya.     

"Liana ... Kamu dimana? Apakah kamu masih ingin istirahat?" Suara Aurel terdengar sinis dari seberang telpon.     

Qiara merasa buruk karena dia lupa kalau dia sudah terikat kontrak dengan YM Entertainment. Bukan denda yang dia takutkan karena Julian siap membayar denda itu untuknya. Tapi, ia tidak ingin mengecewakan banyak orang yang sudah berjuang untuknya.      

"Bolehkah aku istirahat satu hari lagi? Aku masih kurang sehat dan wajahku masih sembab akibat menangis semalaman." Tanya Qiara dengan hati-hati.     

Terdengar hembusan nafasiara mengangguk lemas.      

"Oh iya, bagaimana dengan lukamu? Apakah kamu butuh bantuan untuk mengganti perbannya?" Qiara mulai cemas karena ia baru saja teringat pada luka tembak yang Julian alami.     

"Sebelum pulang, perban ku sudah di ganti oleh perawat. Jadi, kaku tidak perlu khawatir."      

"Syukurlah. Oh iya, aku baru teringat lagi tentang Mama. Kemarin aku ingin kirim uang untuk biaya hidup Mana di kota B. Tapi, uangku ternyata habis setelah membeli beberapa keperluan mendesak ku. " Qiara menatap Julian dengan wajah memelas.     

"Bagaimana mungkin uang mu bisa habis sayang? Aku setiap bulan sudah mentransfer uang itu ke rekening mu. Apa kamu lupa?"      

Qiara menepuk jidatnya karena ia lupa dengan rekening pribadinya yang ia khususkan untuk menyimpan uang pemberian Julian.      

"Aku lupa memeriksa itu ... Bahkan aku sudah lama tidak menggunakan nya. Semenjak aku menjadi artis, aku lebih banyak menggunakan uang hasil kerja kerasku itu. " Ucap Qiara sambil tersenyum kearah Qiara.      

Julian hanya tersenyum karena ia tahu kalau istrinya itu bukan wanita yang suka menggunakan uang untuk hal yang tidak berguna.      

Setelah itu, Qiara mengambil ponselnya. Ia mengecek akun bank nya yang satu lagi.      

Melihat nominal di saldo rekening itu, Qiara kaget.      

"Julian ... "      

"Iya?" Sahut Julian sambil menoleh lagi kearah Qiara.     

"Saldo di rekeningku yang ini  banyak banget. Apakah ini artinya aku adalah gadis kaya raya sekarang?" Tanya Qiara dengan tatapan yang membulat sempurna.     

"Bisa dikatakan seperti itu. Aku mengisinya setiap bulan. Jadi, kamu tidak perlu menjadi artis kalau kamu mau karena uang itu sudah lebih dari cukup untuk membeli semua yang kamu inginkan. " Julian tersenyum sambil mengeringkan badannya dengan handuk.     

"Kenapa kamu melakukan ini untukku?" Tanya Qiara dengan heran.     

"Karena kamu istriku jadi kamu berhak mendapatkannya. Jadi, gunakanlah sesukamu tanpa harus menahan diri! " Jawab Julian.     

Qiara  hanya mengangguk mendengar perkataan suami nya yang terlalu baik. Seketika itu Qiara berfikir kalau suaminya terlalu murah hati.     

"Sayang, jangan diam saja! Ayo mandi!" Desak Julian setelah melihat jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.     

"Iya, aku akan mandi sekarang!" Qiara pun segera meletakkan ponselnya. Setelah itu ia turun dari ranjang dan berlari menuju kamar mandi dengan telanjang.      

Julian hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Qiara yang lucu dan menggemaskan.     

"Sayang ... Aku akan keluar sekarang untuk membuatkan mu sarapan! Kamu langsung ke ruang makan kalau kamu sudah selesai mandi dan dandan." Kata Julian.     

"Iya. " Sahut Qiara dari balik pintu kamar mandi.     

Julian segera keluar setelah mengenakan semua pakaian nya.     

Beberapa saat Kemudian.     

Qiara keluar dari kamar setelah selesai berdandan. Ia lalu berjalan menuju rumah makan dengan langkah pelan.     

Tidak lama setelah itu, Qiara terkejut ketika melihat  begitu banyak hindangan diatas meja makan.     

"Wow ... Makananannya begitu banyak. Apakah semua ini benar-benar  buatanmu?".  Tanya Qiara ketika melihat Julian datang membawa piring  dari dapur.     

"Bibi Liu yang membantuku memasaknya. Jadi, kamu harus makan semuanya agar energi mu bisa kembali lagi. Bukankah pekerjaan kita tadi sangat menguras energi mu?" Kata Julian sambil mengedipkan matanya.      

Seketika itu pipi Qiara memerah karena malu. Qiara semakin malu saat menyadari kalau Bibi Liu mendengar perkataan Julian.      

Sebagai orang dewasa, Bibi Liu tentu tentu mengerti apa maksud dari perkataan Julian sehingga ia tersenyum.     

"Jangan bicara sembarangan! Ada orang disini!" Bisik Qiara sambil mencubit pinggang Julian karena dia benar-benar malu.     

"Iya ... Aku tidak akan menceritakan betapa nakalnya kamu di kamar ... " Kata Julian sambil tersenyum malu.      

"Julian ... " Qiara kesal karena Julian semakin mengekspos dirinya di hadapan Bibi Liu.     

"Iya maaf! Sekarang duduklah dan nikmati sarapan ini!" Ucap Julian sambil menarik kursi buat Qiara.     

Dengan cemberut Qiara pun duduk di kursi.      

'Julian benar-benar membuatku malu.' Batin Qiara sambil menyeringai kearah Julian yang sudah duduk di sampingnya.     

Julian hanya bisa tersenyum melihat Qiara cemberut. Dia bisa menebak kalau istrinya itu sedang menggerutu karena kesal.     

"Tuan dan Nyonya, silahkan menikmati sarapan Anda! Saya harap pemandangan indah ini selalu terlihat dan tidak akan ada pertengkaran  lagi!" Ucap Bibi Liu dengan tulus.      

"Terimakasih atas do'anya Bibi!"  Kata Julian dan Qiara secara bersamaan.      

"Sama-sama. Kalau begitu saya akan kembali ke dapur!"      

"Iya. "  Setelah itu Bibi Liu segera pergi meninggalkan pasangan yang sudah berbaikan itu.      

Bibi Liu bisa bernapas lega melihat majikannya berbaikan. Padahal pagi tadi dia sangat khawatir melihat Qiara yang membawa koper.      

Julian dan Qiara menikmati sarapan mereka dengan tenang. Walaupun hati dan pikiran mereka belum bisa tenang sebelum bertemu dengan Zio.     

"Makanlah yang banyak! Karena kita butuh energi yang banyak untuk menghadapi Zio." Kata Julian setelah ia selesai minum.     

Qiara mengerutkan keningnya lalu bertanya, "Kenapa harus begitu? Memangnya Zio akan mengamuk atau berteriak pada kita kalau dia tahu apa yang sudah kita sembunyikan?"     

Julian menghabiskan minumannya. Setelah itu ia menoleh kearah Qiara dengan ekspresi yang rumit.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.