Istri Kecil Tuan Ju

Rahasia Besar.



Rahasia Besar.

0Tuan Jhosep berpikir sejenak. Ia mencoba mengingat-ingat siapa yang yang sudah berinteraksi dengannya.     
0

"Jangan terlalu keras berfikir! Nanti kamu juga akan tahu siapa dia. Pelan tapi pasti, semua kejahatan mu akan terbongkarnya." Kata Tuan Adamson lagi.     

"Kejahatan ku? " Tuan Jhosep menyeringai kearah Adamson.     

"Iya. " Tuan Adamson mengangguk.     

"Hahahaha ... Anda jangan lupa! Bahwa anda juga terlibat dengan kejadian yang menimpa Vania. Jadi, aku pasti akan menyeret anda ke dalamnya!" Tuan Jhosep tidak ingin di salahkan sendirian.     

"Lakukanlah! Setelah itu aku akan bongkar kejahatan mu yang lain. Kamu tidak hanya kehilangan Julian, melainkan kehilangan segalanya."     

"Oh ... Jadi, ini tujuanmu datang mencari ku?" Tanya Tuan Jhosep dengan ketus.     

"Iya. Oh iya, kamu tidak perlu mengirim anak buah mu untuk menculik Qiara. Karena aku sudah memerintahkan anak buahku menculik nya." Kata tuan Adamson sambil tersenyum kembali.     

Mendengar perkataan Adamson, Tuan Jhosep menyeringai kearahnya.     

"Berapa banyak nyawa yang kamu antar kepada Julian?."     

"Apa maksudmu? Bukankah kamu senang jika dia aku culik makanya kamu meminta anak buah mu tadi untuk menangkap Quara? Lalu, apa hubungannya dengan Julian jika dia tidak berada di sampingnya? " Tuan Adamson tampak bingung.     

"Hahaha... Tuan Adamson ... Anda memang benar kalau aku akan sangat senang melihat Qiara di culik. Akan tetapi, Julian dan Qiara itu bukan orang sembarangan. Jika mereka bisa melepaskan diri dari permainan ku, bagaimana mungkin kamu bisa yakin anak buah mu mampu menangkapnya? Selain itu, aku tidak memerintahkan anak buah ku menculiknya melainkan membawanya ke hadapanku dalam keadaan hidup. Aku hanya ingin bicara dengannya." Jawab Tuan Jhosep.     

Adamson tercengang. "Memangnya sehebat apa perempuan itu sehingga dia tidak mudah di culik?"     

"Dia bukan hanya hebat tapi dia sangat cerdik. Dan yang terpenting, dia tidak selemah Vania. Apalagi Julian selalu mengawasi nya saat ini. Jadi, hanya aku yang tahu kapan dia tidak bersama Julian."     

Tuan Jhosep mengetahui kalau Qiara sangat hebat bela diri. Oleh karena itu dia sangat hati-hati ketika mengirim anak buah nya kepada Qiara.     

"Kita lihat saja nanti, siapa yang akan berhasil menculiknya. Sekarang, aku Kana pergi! Dan pastikan kalau kamu mengatasi semua masalah ini. Sementara itu, aku akan menemukan Virsen lalu memasukkannya ke rumah sakit gila. Karena dia benar-benar tidak berguna."      

Setelah mengatakan itu, tuan Adamson segera pergi meninggalkan tuan Jhosep bersama semua anak buahnya.     

Tuan Jhosep terdiam, ia mencoba mengingat kejadian puluhan tahun lalu saat Julian lahir.     

Akan tetapi, ia tidak menemukan satu petunjuk pun tentang kakak kandung Julian yang sebenarnya. Oleh karena itu, ia kembali bertekad untuk menemukan keberadaan ibu kandung Julian.     

Rumah Sakit.     

Sementara itu, Julian dan Qiara sudah sampai di rumah sakit.     

"Ayo turun!" Kata Julian sambil memegang tangan Qiara.     

Qiara menarik nafas dalam. Ia mencoba menenangkan perasaannya agar dia tidak gugup.     

"Jangan gugup! Percayalah kalau Zio akan menerima kamu!" Julian mencoba meyakinkan Qiara agar ia tidak khawatir ketika bertemu Zio.     

"Aku tidak khawatir akan di tolak! Tapi, aku khawatir Zio akan mengamuk ketika melihatku. Bukankah hal itu akan membahayakan dirinya?" Kata Qiara dengan tatapan yang sendu.     

"Tidak akan sayang! Tolong percaya padaku! Karena aku sangat mengenal anak kita!"     

Qiara pun tersenyum. Ia mencoba percaya pada apa yang Julian katakan. Dia berharap kalau masalah nya dengan Zio bisa berakhir dengan baik.     

"Baiklah, aku akan mempercayai kamu!" Ucap Qiara dengan suara yang lembut.     

"Baguslah kalau begitu! Sekarang kita turun!" Setelah itu Julian turun duluan.     

Ia dengan cepat membukakan pintu untuk Qiara layaknya seorang pangeran yang melayani tuan putrinya dengan sangat romantis.     

"Terimakasih!" Ucap Qiara setelah ia turun dari mobil dengan bantuan Julian.     

"Sama-sama ratuku! " Julian memberikan senyum terindahnya kepada wanita yang sudah mencuri hatinya tanpa tersisa untuk siapapun itu.     

Qiara tersenyum lebar. Untuk sekali lagi Qiara merasa menjadi perempuan yang sangat bodoh karena ia hampir kehilangan lelaki terbaik yang mencintainya tanpa syarat itu.     

Tidak lama setelah itu, Qiara dan Julian masuk ke dalam rumah sakit sambil berpegangan tangan. Akan tetapi, tidak ada yang bisa mengenali Qiara karena ia terus menunduk di sepanjang jalan.     

Tepat saat mereka akan sampai di ruangan Zio. Mereka berhenti berjalan saat mereka melihat Nyonya Sarah keluar dari ruangan Zio.     

'Mama ... ' Batin Qiara dengan gugup.     

Julian melirik Qiara. Ia bisa merasakan bagaimana perasaan Qiara ketika melihat Nyonya Sarah.     

"Sayang ... Jangan takut!" Kata Julian dengan suara yang lembut.     

Qiara pun langsung mengangguk. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan mereka.     

Sementara itu, Ekspresi nyonya Sarah sangat mengerikan saat melihat Julian dan Qiara berjalan bersama sambil berpegangan tangan.     

'Untuk apa lagi wanita itu datang kesini? Apakah dia ingin menyakiti anak dan cucuku lagi? Aku tidak akan membiarkan dia melakukannya lagi untuk kedua kalinya.' Batin Nyonya Sarah sambil mengepal tangannya.     

Qiara dan Julian terus berjalan tanpa ragu. Mereka bisa merasakan aura kemarahan dan kebencian dari tatapan Nyonya Sarah. Tapi, mereka sudah dewasa sehingga mereka tidak pantas melarikan diri. Mereka harus menghadapi masalah ini agar semuanya tidak menjadi beban lagi.     

'Apapun yang terjadi, aku siap menghadapinya. Aku adalah ibu dari Febrizio dan istri dari Julian. Itu artinya, aku menantinya yang sah. Jika dia masih marah, maka aku siap menerima hukumannya. Selama ini aku juga belum meminta maaf atas kesalahanku di masa lalu. Sekarang sudah waktunya untuk menunjukkan kalau aku sudah dewasa!' Batin Qiara sambil menarik nafas dalam.     

Tidak lama setelah itu, Julian dan Qiara berdiri tepat di hadapan Nyonya Sarah.     

"Mama ... " Ucap Qiara dengan gugup sambil menatap Nyonya Sarah dengan tatapan yang lembut.     

Julian berharap agar dua wanita yang dia cintai itu bisa kembali berbaikan dan saling menyayangi satu sama lain seperti dulu.     

Qiara dan Julian deg-degan menunggu respon Nyonya Sarah ketika Qiara menyapanya dengan suara suara yang lembut.     

Nyonya Sarah masih diam dengan Ekspresi yang sama. Dia tidak mengatakan apapun selain menatap Qiara dengan sinis.      

"Mama ... Tolong maafkan aku!" Kata Qiara sambil berusaha meraih tangan Nyonya Sarah. Akan tetapi, Nyonya Sarah segera menepis tangan Qiara.      

"Mama ... " Julian ingin ikut bicara tapi Qiara menghentikannya.      

"Bisakah kamu masuk duluan? Zio pasti ingij melihatmu!" Kata Qiara sambil tersenyum.     

"Tapi ... " Julian cemas pada Qiara yang akan terluka dengan sikap ibunya.      

"Aku hanya ingin bicara dengan Mama! Jadi, aku mohon berikan kami waktu beberapa menit." Ucap Qiara sembari memohon dengan sangat.      

Julian menarik nafas dalam. Ia tidak bisa menolak permintaan Qiara.      

"Baiklah, aku akan masuk! Kalau ada apa-apa, kamu harus memanggilku!" Kata Julian.     

"Iya. " Sahut Qiara.      

Setelah itu Julian menoleh kearah ibunya. "Mama, aku masuk duku!"     

"Iya. " Nyonya Sarah tidak menoleh kearah Julian karena tatapannya hanya tertuju pada Qiara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.