Istri Kecil Tuan Ju

Maafkan aku!



Maafkan aku!

0"Iya. " Nyonya Sarah tidak menoleh kearah Julian karena tatapannya hanya tertuju pada Qiara.     
0

Setelah itu, Julian masuk kedalam ruangan Zio. Ia percaya kalau Qiara bisa menghadapi ibunya.      

"Mama, sebaiknya kita duduk!" Kata Qiara dengan ragu.     

"Aku tidak punya banyak waktu. Katakan apa yang ingin kamu katakan dengan cepat!" Ucap Nyonya Sarah dengan ketus.     

Qiara menarik nafas dalam. Setelah itu ia menatap wajah mertuanya yang masih sama seperti pertama kali mereka bertemu.      

"Aku dan Julian sudah menikah kembali! Maaf karena kita tidak memberitahu Mama." Qiara memilih untuk jujur karena dia tidak ingin menyimpan rahasia ini terlalu lama.     

Nyonya Sarah mengepal tangannya karena marah dan kesal.     

"Tolong restui kami!" Qiara berlutut di hadapan nyonya Sarah sambil meneteskan air mata.      

Nyonya Sarah memalingkan wajahnya yang memerah. Hatinya sakit karena anak pertamanya sudah membohonginya.      

"Apa kamu tahu bagaimana hancurnya hatiku saat mendengar kabar anak dan cucuku di tinggalkan olehmu? Julian berjuang sendirian mengasuh anak yang istimewa seperti Zio. Tahukah kamu kalau trauma yang Zio alami itu karena kamu. Jadi, bagaimana mungkin aku bisa menerima kamu lagi? Kamu akan tahu bagaimana perasaan seorang ibu jika nanti anak lelakimu mengalami hal yang sama seperti anakku." Kata Nyonya Sarah sambil meneteskan air mata.      

"Aku tahu Mama! Oleh karena itu aku minta maaf dan izinkan aku menebus semua kesalahanku!" Kata Qiara.      

"Nasi sudah menjadi bubur. Oleh karena itu, tidak ada yang bisa di perbaiki lagi! Jadi, kamu sebaiknya pergi dari sini dan tinggalkan anak dan cucuku! Bukankah kamu ahli melalukan itu?" Bentak Sarah sambil menatap tajam kearah Qiara.     

Julian yang sedari tadi berdiri di balik pintu mulai geram. Ia tidak tega mendengar istrinya terus di bentak oleh Mama nya.      

Oleh karena itu, Julian memilih keluar berhubung Zio masih tidur.     

"Mama ... Tolong jangan bentak istriku!"      

Sarah dan Qiara terkejut melihat Julian yang tiba-tiba keluar.     

"Julian ... Kenapa kamu harus keluar?"  Tanya Qiara sambil mendongak kearah Julian.     

Hati Julian sakit melihat istrinya berlutut. Ia pun langsung meminta Qiara untuk berdiri kembali.     

Setelah itu, Julian menoleh kearah ibunya tanpa menjawab pertanyaan Qiara terlebih dahulu.     

'Apa yang akan Julian lalukan? Aku khawatir dia akan bertengkar dengan Mama. Aku harus memastikan agar pertengkaran mereka tidak terjadi.' Batin Qiara.      

"Julian ... Kenapa kamu menikah diam-diam? Apakah karena wanita pengkhianat ini sehingga kamu ingin membatalkan pernikahan mu dengan Viona? Padahal Viona yang selama ini berada di sampingmu. Dan kenapa kamu lebih membela wanita ini dari pada Mama?" Teriak Nyonya Sarah yang sudah berurai air mata.      

"Karena dia korban." Jawab Julian dengan pelan.     

Nyonya Sarah mengerutkan keningnya. Dia tidak paham kenapa Julian mengatakan Qiara yang korban bukan dirinya.     

"Apa maksudmu?"Tanya Sarah.     

"Lebih tepatnya, perpisahan itu terjadi karena ulah Papa. Kami terluka karena suami anda." Jawab Julian dengan suara yang meninggi.     

Tangan Nyonya Sarah menjadi gemetaran mendengar perkataan  Julian.     

"Memangnya apa yang dia lakukan?" Nyonya Sarah tidak berusaha membela suaminya lagi ketika di salahkan. Karena dia tahu sebagian dari kejahatan suaminya. Tapi, dia tidak tahu kalau lelaki yang ada di hadapannya itu bukanlah anak kandungnya. Tetapi, anaknya yang penyakitan dan sedikit cacat harus diberikan ke orang lain dan mati karena tidak di rawat dengan baik.     

"Julian ... Jangan lakukan itu! Aku khawatir Mama akan sakit!" Bisik Qiara sambil menggenggam erat tangan Julian.     

"Mama harus tahu agar dia berhenti mendukung suaminya yang jahat. " Julian sudah kehilangan rasa sabar karena ia merasa kasian pada Mama nya yang selalu menjadi orang yang menutupi keburukan Tuan Jhosep.     

"Kenapa kalian berdua berbisik-bisik? Katakan sekarang padaku!" Nyonya Sarah juga hilang kesabaran sehingga ia terus berteriak ketika menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya.      

Julian menarik nafas dalam. Setelah itu ia berkata, "Papa meminta Virsen untuk mengancam Qiara agar dia mau meninggalkan kami. Jika dia tidak mau, maka Virsen akan melukai aku dan Zio. Oleh karena itu, Qiara memilih berpisah dari kamu walaupun itu sakit."      

Air mata Nyonya Sarah mengalir semakin deras. Ia tidak menyangka kalau suaminya semakin jahat. Ada berapa banyak rahasia dan kejahatan yang tuan Jhosep simpan?      

Tanpa mengatakan apapun, Nyonya Sarah pergi begitu saja meninggalkan Julian dan Qiara.      

"Mama ... " Julian panik ketika melihat ibunya berlari sambil menangis.      

"Julian, tolong susul Mama! Aku khawatir dia dalam bahaya. Aku akan berjaga disini!" Kata Qiara dengan cemas.     

"Baiklah. Aku akan menyusul Mama. Nanti, aku akan menghubungi Andi untuk menemanimu disini!"      

"Iya."     

Setelah itu Julian berlari menyusul Mama nya.      

Sementara itu, Qiara masuk ke kamar Zio. Ia berjalan pelan menuju ranjang pasien  yang berukuran besar itu.     

Di atas ranjang, Qiara melihat tubuh kecil anaknya terbaring kaku.     

Tidak lama setelah itu, Qiara duduk di samping Zio. Ia lalu menatap lekat wajah anaknya yang tampan dan menggemaskan itu.     

"Sayang ... Ini Mama! Tolong bangunlah! Mama ingin bicara denganmu!" Kata Qiara sambil mencium tangan mungil yang lembut itu.     

Seketika itu, Zio terbangun. Tapi, dia tidak mau membuka matanya karena dia belum siap untuk melihat Qiara sebagai Ibu kandungnya.      

Tepat saat itu, ponsel Qiara berbunyi dan itu dari tantenya di kota B. Dengan cepat Qiara menggeser icon berwarna hijau di ponselnya.     

"Halo Tante!"     

"Halo Qiara!" Terdengar suara panik dari sebatang telpon yang membuat Ekspresi tenang kenang menjadi berubah.     

"Ada apa Tante?" Tanya Qiara dengan panik.     

"Mama kamu sakit! Sebaiknya kamu pulang sekarang!"      

Qiara berdiri karena kaget. Ia panik karena ia tahu kalau penyakit Mama nya cukup berbahaya sampai mengancam nyawanya.     

"Tolong jaga Mama Tante! Aku akan pulang sekarang!" Setelah itu Qiara menutup telponnya secara sepihak.     

"Sayang ... Mama akan pergi sebentar untuk melihat nenek. Nanti Mama kembali lagi!" Setelah me cium kening Zio,  Qiara segera berlari keluar dari ruangan Zio.     

Karena terlalu panik, Qiara tidak memberitahu Julian kalau dia akan pergi.     

Itu sudah jam empat lima sore. Qiara sudah selesai membereskan barang-barnganya di rumah. Dia memberintahu Bibi Liu kalau ia pergi ke kota B untuk melihat ibunya bukan melarikan diri dari Julian.     

Setelah itu, Qiara membawa koper kecil ya dan beberapa uang yang dia tarik melalui ATM.     

Qiara menggunakan Taxi  ke kota B karena perjalanannya dari kita A cukup jauh.     

Tanpa sepengetahuan Qiara, anak buah Tuan Adamson mengikutinya dari belakang.     

"Sepertinya ada yang mengikuti kita nona!" Kata sopir Taxi itu setelah ia melihat kaca spion.     

Qiara pun langsung menoleh kearah belakang.  Seketika itu ia bisa merasakan bahaya sedang mendekat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.