Istri Kecil Tuan Ju

Apakah Kamu Baik-Baik Saja?



Apakah Kamu Baik-Baik Saja?

0Masih tidak ada suara, Julian pun menjadi semakin cemas. Ia masuk ke dalam kamarnya lalu berjalan menuju ranjangnya.     
0

Seketika itu Julian kaget saat menemukan Qiara tertidur di tempat tidur dengan pakaian yang masih basah.     

"Sayang ... Kenapa kamu tidur dengan pakaian yang basah nanti kamu bisa demam.?" Tanya Julian sambil duduk di samping Qiara.     

Akan tetapi, Qiara tidak memberi respon. Julian mulai curiga melihat Qiara yang tidak bergerak atau menoleh kearahnya.     

Julian panik dan langsung menempelkan tangannya di kening Qiara.     

"Astaga ... Badan Qiara panas banget. Apakah dia sudah main hujan atau sudah terjadi sesuatu padanya?" Julian semakin panik saat melihat bekas darah di baju Qiara. Tidak hanya itu, dia juga menemukan lebam di tangan Qiara.     

Julian membalik tubuh Qiara. Seketika itu ia merasa hatinya hancur saat melihat wajah pucat Qiara.     

"Sayang ... Apa yang terjadi padamu? Kenapa kamu bisa seperti ini? " Teriak Julian sambil memeluk Qiara.     

Julian menangis tanpa sadar karena dia sakit melihat keadaan Qiara.     

Tidak lama setelah itu, Julian membuat panggilan kepada dokter yang biasa dipanggil oleh keluarganya.     

Untungnya dokter itu sedang tidak sibuk sehingga ia segera datang ke rumah Julian dengan cepat.     

Setelah membuat panggilan ke dokter itu, Julian segera mengganti pakaian Qiara. Tidak hanya itu, dia memindahkan Qiara ke kamar Zio yang lebih hangat karena ranjang dan selimut di kamar Julian sudah basah.     

Sesaat kemudian Qiara sudah berubah menggunakan pakaian tidur dan sudah terbungkus selimut di kamar Zio.     

Tepat saat itu, dokter itu datang dan langsung memeriksa keadaan Qiara.     

Julian tidak bisa tenang saat melihat dokter itu memeriksa keadaan Qiara.     

Tidak lama kemudian, dokter itu sudah selesai memeriksa Qiara. Ia lalu menoleh kearah Julian sambil tersenyum.     

"Dokter ... Bagaimana keadaan istri saya?" Tanya Julian dengan tidak sabaran.     

"Istri anda hanya demam. Dan soal Lebam di tangannya sepertinya itu bekas pukulan. Tapi, saya sudah menyuntikkan pereda Radit agar lebamnya bisa hilang besok." Jawab dokter itu.     

Julian bernafas lega setelah mendengar penjelasan dokter. Akan tetapi, ia perlu menunggu Qiara bangun agar dia bisa tahu apa yang sudah terjadi dengannya.     

"Kalau begitu saya pamit tuan Ju!" Kata Dokter itu.     

"Iya. Terimakasih sudah datang!" Julian menjabat tangan dokter itu dengan penuh suka cita.     

"Sama-sama. Tuan Ju jangan sungkan memanggil saya jika tuan membutuhkan bantuan saya!"     

"Iya. "     

Setelah itu, Julian mengantar dokter itu keluar sembari menutup pintu dan mengepel lantai yang basah.     

Julian rela melakukan pekerjaan yang biasa dikerjakan oleh Bibi Liu demi kenyamanan Qiara.     

Setelah semuanya selesai, Julian kembali ke kamar. Ia lalu duduk di samping Qiara sambil  mengecek suhu tubuhnya berulang kali sampai di tidak tidur.     

'Kenapa suhu tubuhnya  tidak turun-turun juga?' Batin Julian dengan khawatir.     

Julian mulai bingung, dia mencari cara penurun panas di google. Setelah menemukan caranya, Julian langsung mencari handuk kecil dan membasahinya.     

Handuk kecil itu di taruhnya di dahi Qiara.     

Tanpa sadar Julian  mengantuk dan tidur sambil terduduk.     

Beberapa jam kemudian. Julian tersentak kaget saat mendengar suara rintihan Qiara.     

Dingin ...     

Dingin ...     

Mendengar  suara rintihan itu, Julian segera mengambil selimut lagi lalu  membungkus tubuh Qiara yang kedinginan.     

"Sayang ... Kamu kenapa?" Tanya Julian sambil mengelus-elus pipi Qiara.     

Setelah bertanya-tahya,  Julian langsung  melepas bajunya. Ia lalu naik keatas ranjang dan membiarkan Qiara bersandar di dadanya yang hangat.     

"Sayang ... Semua akan baik-baik saja! Besok kamu pasti sehat sehingga kita bisa menjemput anak kita!" Kata Julian dengan lirih.     

Julian tidak bisa menahan air matanya. Karena ia mulai merasa lelah dengan masalah yang terus-menerus menimpa keluarga nya.     

Karena lelah dan mengantuk, Julian akhirnya  tidur sambil memeluk Qiara.     

Keesokan Paginya.     

Sinar sang surya menyelinap di balik cenda kamar Zio.  Sinar itu menimpa wajah Qiara dan Julian.     

Seketika itu, Qiara membuka matanya dengan pelan.     

"Julian?" Qiara kaget ketika menemukan dirinya berada di pelakan Julian yang tidak memakai baju.     

Semua rasa sakit Qiara menghilang dalam seketika ketika ia berada dalam pelukan lelaki yang sangat dia cintai itu.     

"Sayang ... "  Qiara membelai pipi Julian sambil tersenyum.     

"Hey ... Sayang ... Apakah kamu sudah merasa lebih baik?" Tanya Julian sambil  mengucek matanya karena dia masih merasa mengantuk tapi dia harus memaksa dirinya untuk bangun demi Qiara.     

Qiara memeluk erat tubuh Julian sambil berkata, "Selama kamu ada di sampingku, maka semua nya akan baik-baik saja!"     

Julian tersenyum sambil mengeratkan pelukannya.     

"Semalam kamu dari mana? Kenapa bajumu basah?" Tanya Julian yang sudah tidak bisa menahan rasa penasaran nya.     

Qiara terdiam.     

'Jika aku katakan yang sebenarnya, kemungkinan Julian akan marah besar. Untuk sementara aku rahasiakan dulu kejadian semalam.' Batin Qiara.     

"Sayang ... Kenapa diam?"     

"Aku kehujanan.  Setelah itu aku tidak ingat apapun. " Jawab Qiara dengan cemas.     

Qiara berharap kalau Julian tidak menyadari kalau dia sudah berbohong.     

"Lain kali, jangan sampai terkena hujan. Sekarang kita lebih baik mandi lalu ke rumah sakit. Karena Zio boleh pulang hari ini." Ucap Julian.     

Qiara mengangguk.     

"Ngomong-ngomong, apakah aku boleh ke kota B? Mama sedang sakit." Tanya Qiara dengan ragu.     

Julian kaget. Bagaimana pun juga dia sudah lama ingin bertemu dengan Renata. Selain untuk meminta restu, Julian juga ingin minta maaf.     

"Kita akan pergi bersama. Mama pasti ingin bertemu cucunya."     

"Benarkah? Apakah Zio boleh ikut?" Qiara sangat senang karena itu yang dia harapkan.     

"Iya. Aku tidak akan bohong lagi padamu!" Jawab Julian sambil tersenyum.     

"Terimakasih! Oh iya, bagaimana dengan lukamu? Apakah sudah tidak sakit lagi?" Tanya Qiara lagi sambil memegang bahu Julian yang tertembak.     

Qiara patah hati saat melihat bekas luka tembak di bahu Julian.     

"Sudah tidak sakit lagi. Oleh karena itu kamu jangan khawatir! Sekarang, kita harus siap-siap!"     

"Oke."     

Setelah itu, Julian dan Qiara mandi bersama. Namun, mereka tidak melakukan apapun di kamar mandi karena mereka harus cepat selesai.     

Diwaktu yang sama, tepatnya di pulau Jeju. Qiano terlihat sedang berdiri di depan pintu kamar hotel Reina sambil mengetuk pintu.     

Dari dalam kamar terdengar suara Reina. " "Siapa di luar? "     

Karena tidak ada jawaban, Reina pun  bangun dari tempat tidurnya. Setelah itu ia berjalan menuju pintu.     

Dari layar monitor kecil itu, Reina bisa melihat wajah tampan Qiano.     

'Bukankah itu Qiano? Apakah dia kesini benar-benar untuk menemuiku?' Batin Reina sambil berjingkrak kegirangan.     

Setelah itu, Reina mengatur nafasnya. Merasa sudah tenang, Reina pun segera membuka pintu. Tapi, kali ini dia berpura-pura galak pada Qiano.     

"Kamu mau apa? " Tanya Reina dengan ketus.     

Qiano  menurunkan kaca matanya sedikit sambil memperhatikan Reina  dari bawah sampai ke atas.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.