Istri Kecil Tuan Ju

Maaf dan Terimakasih!



Maaf dan Terimakasih!

0Qiara tidak bisa berkata-kata lagi melihat kelembutan, kesabaran dan cinta yang Julian berikan padanya.      
0

"Aku lelah ... " Ucap Qiara sembarai menempelkan wajahnya di dada bidang Julian.      

"Maaf karena aku sudah membuatmu lelah. Tapi, apakah kamu akan membenci Papa?"      

Tuan Jhosep memang keterlaluan. Ia melakukan berbagai cara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Tapi, Tuan Jhosep tetaplah Ayahnya sehingga ia khawatir kalau Qiara akan membencinya.     

"Papa sudah membawa lelaki hebat ke dunia ini. Dan dia adalah suamiku. Tapi, aku tidak bisa menutup mata ketika aku mengetahui semua yang sudah ia lakukan pada Kakak Vania. Oleh karena itu, aku ingin sebuah keadilan." Jawab Qiara dengan pelan.     

Julian terdiam. Ia mengerti apa maksud Qiara. Ia juga tidak bisa membela Papa nya karena ia pun sangat kecewa pada Papa nya.     

"Aku akan berusaha memberikan kamu dan Vania sebuah keadilan. Tapi, yang terpenting sekarang adalah hubungan kita. Apakah kamu akan tetap pergi meninggalkan aku dan Zio?" Julian membelai rambut Qiara dengan lembut. Ia berharap Qiara membatalkan niatnya untuk pergi.     

"Bodoh sekali jika aku tetap pergi untuk kedua kalinya meninggalkan lelaki terbaik yang mungkin hanya satu di dunia ini. Tapi, bagaimana dengan Zio? Aku sudah terlanjur memberitahu nya kalau aku adalah Mama nya!" Jawab Qiara sambil mendongak menatap wajah Julian yang tampan tapi sedikit pucat.     

Julian kembali diam. Ia bingung karena trauma Zio berhubungan dengan ibunya. Ia pun mencoba berpikir keras untuk menemukan cara terbaik untuk membuat anak dan istrinya hidup dengan nyaman dan bahagia.     

"Kenapa kamu hanya diam? Apakah kamu bingung harus melakukan apa?" Tanya Qiara dengan heran.     

"Zio sudah siuman pagi ini. Tapi, dia tidak ingin bicara. Oleh karena itu dia ditemani oleh psikolog nya  sekarang. Aku dan Mama pulang untuk mengambil pakaian. Tidak hanya itu, Zio juga menolak untuk pulang." Jawab Julian dengan hati-hati.     

Air mata Qiara kembali menetes mendengar penjelasan Julian.     

"Jangan menangis lagi! Kita akan menyakinkan Zio bareng-bareng. Jadi, kamu tenang saja!" Julian mulai panik melihat Qiara menangis untuk kesekian kalinya.      

Qiara percaya pada Julian sehingga ia mengangguk.     

'Hampir saja aku melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Aku memang bodoh, karena aku belum juga sadar kalau aku memiliki suami yang luar biasa.' Batin Qiara.     

"Bagaimana dengan Maxwell?" Tiba-tiba Qiara teringat Maxwell. Karena Maxwell juga terlibat dalam masalah ini.     

Julian terdiam sejenak.      

"Kenapa kamu diam lagi? Apakah kamu butuh waktu untuk berpikir bagaimana harus menghadapi nya?" Tanya Qiara.     

Julian menarik nafas lalu menggeleng sebanyak tiga kali.     

"Maxwell adalah ketua Mafia yang paling di takuti di London. Dia kembali ke kota A untuk menyelidiki kematian Vania yang dia anggap janggal. Karena dia terlalu mencintai Vani, maka dia akan melakukan apapun untuk balas dendam. Termasuk kepada keluarga ku. Untuk beberapa alasan aku mendukung nya, tapi aku juga harus memastikan keluargaku baik-baik. Aku berjanji akan melindungi mu dan Zio walaupun harus mempertaruhkan nyawaku." Ucap Julian dengan tulus.     

"Aku percaya padamu." Qiara tersenyum untuk pertama kalinya setelah ia menangis terus-terusan dari kemarin hingga sekarang.     

Hati Julian pun menjadi hangat karena senyum Qiara bisa membantu meningkatkan gairah hidupnya.      

"Oh iya, aku punya satu rahasia lagi!" Kata Julian dengan gugup.     

Qiara deg-degan.     

'Rahasia apa lagi yang Julian simpan? Apakah ini akan lebih menyakitkan?' Batin Qiara sambil menatap Julian dengan seksama.     

"Apa itu?" Tanya Qiara setelah selesai membatin.     

"Sebenarnya, orang yang memerintahkan Virsen untuk memisahkan kita enam tahun yang lalu adalah Papa." Jawab Julian.     

Qiara kembali terkejut. Ia tidak menyangka kalau ayah mertua yang sangat baik padanya itu ternyata membencinya sehingga ia tega  memisahkannya dari Julian.     

'Papa ... ' Hati Qiara sakit karena menyayangkan sikap ayah mertuanya itu.     

"Sudahlah, jangan bahas hal yang membuat kita lelah dulu. Sebaiknya kamu bersihkan dirimu lalu kita sarapan bersama. Setelah itu, kita temui Zio di rumah sakit!" Kata Qiara sambil membuka kancing kemeja Julian.     

Melihat Qiara membuka kancing bajunya, Julian tersenyum nakal.     

"Sayang ... Apakah kamu sedang menggodaku?" Tanya Julian.     

Qiara menghentikan apa yang dia lakukan. Setelah itu ia menatap Julian dengan bingung.     

"Menggoda mu?"      

"Iya. Kamu sedang menggodaku." Tegas Julian sambil mengusap bibir Qiara dengan ibu jarinya.      

"Maksudmu seperti ini!" Qiara mencium bibir Julian dengan cepat. Setelah itu ia tersenyum sambil menatap Julian dengan penuh cinta.      

Sambil tesenyum licik Julian menarik tangan Qiara sehingga Qiara langsung  jatuh dalam pelukannya.     

Tidak lama setelah itu, Julian mengambil kesempatan itu untuk  membalikan tubuh Qiara. Dengan cepat Julian  menindihnya sambil tersenyum.     

"Beraninya  kamu menggoda seorang lelaki yang sedang terbakar gairah. Aku sangat merindukan kamu dari kemarin. Oleh karena itu, biarkan aku melepaskan stres ku dengan bantuan mu!" Kata Julian.     

Qiara menantang tatapan Julian, setelah itu ia  mencium bibir Julian dengan durasi yang cepat.     

"Aku akan membantumu dengan senang hati!" Jawab Qiara sambil tersenyum.     

Julian semakin melebar senyumnya. Setelah itu ia  dengan pelan mencium bibir lembut Qiara. Perlahan demi perlahan hingga menjadi buas.     

Setelah itu, Julian  merayap seperti semut di atas tubuh Qiara.      

"Sayang ... Aku merindukanmu!" Ucap Julian sambil menyentuh bagian paling sensitif Qiara.     

"Ahhh ... " Qiara langsung keranjingan karena tangan Julian  benar-benar membuatnya gila.      

Julian bertindak seolah mereka sudah la tidak melakukannya sehingga Qiara cukup terkejut di buatnya.     

Setelah itu, Julian  melucuti semua pakaian Qiara  tanpa sisa. Begitupun dengan Qiara yang juga melalukan hal yang sama dengan Julian.     

"Sayang ... Aku akan masuk!" Bisik Julian dengan tidak tahan.     

"Iya!" Jawab Qiara diantara desahannya.      

Julian pun memulai aksinya. Akan tetapi, ia tidak melakukannya dengan lembut karena dipengaruhi nafsu yang menggila.     

"Ahh ... " Qiara hampir saja berteriak karena  merasakan sakit dan perih karena kecepatan Julian yang tidak biasanya.      

"Apa aku menyakitimu?" Tanya Julian ketika melihat ekspresi Qiara yang terlihat menahan sakit.     

"Tolong lebih pelan!" Ucap Qiara sambil menahan rasa sakitnya.     

"Maafkan aku! Sekarang aku akan lebih pelan lagi!"      

Setelah mengatakan itu, Julian melakukannya dengan sangat pelan sehingga Qiara tidak lagi merasa kesakitan. Nafasnya pun mulai stabil.     

Mereka bercinta untuk melepaskan rindu dan melupakan masalah yang sudah mereka lewati.     

Bercinta adalah cara Julian melepaskan rasa lelah dan banyak pikiran akibat masalah yang dia hadapi belakangan ini.      

Luka bekas tembaknya pun tidak terasa sakit karena yang ada hanya kenikmatan saja.     

Setelah beberapa menit melakukannya tubuh Qiara dan Julian rebah dalam kelelahan dan larut dalam kebahagiaan.     

Masalah yang mereka hadapi terasa lebih ringan.     

"Sayang mandi yuk!". Ucap Qiara sambil meraba dada telanjang Julian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.