Istri Kecil Tuan Ju

Aku Harus Pergi!



Aku Harus Pergi!

0Qiara tahu kalau dia akan menjadi orang yang paling jahat karena meninggalkan anak dan suaminya untuk kedua kalinya, tapi ia tidak punya pilihan.     
0

'Jika dulu aku meninggalkan mereka karena takut mereka akan di lukai maka hari ini juga sama. Aku pergi karena mereka akan lebih baik tanpa aku seperti dulu. Julian, aku sangat mencintaimu, tapi cintaku tidak mampu membuat anak kita bahagia. Hari ini aku sudah membuatnya terluka, sehingga aku tidak pantas menjadi ibunya. Maafkan aku!' Batin Qiara.     

"Maafkan aku!" Setelah mengatakan itu Qiara berbalik karena di sudah tidak sanggup melihat wajah Julian.     

"Jika kamu tetap ingin pergi, maka aku akan membencimu seumur hidupku. Tidak hanya itu, aku tidak akan pernah menginzinkan kamu bertemu dengan Zio lagi!" Julian mencoba mengancamnya Qiara untuk membuatnya berubah pikiran.      

"Itu akan lebih baik buat kalian. Membenci dan menjauh dariku adalah pilihan terbaik." Qiara tidak sanggup lagi menahan air matanya sehingga ia membiarkan air mata itu keluar membasahi pipinya yang kusam.     

Plak ...      

"Ahhh ... " Qiara merintih sambil memegang pipinya yang tiba-tiba di tampar oleh orang yang belum dia tahu siapa.      

Julian langsung berdiri dengan tegak saat melihat siapa yang menampar Qiara.     

Tepat saat itu juga Andi datang dan memerintah semua orang yang menonton adegan itu bubar. Andi menutup pintu Unit gawat darurat setelah meminta semua orang keluar dan menutup beberapa pintu pasien yang masih dirawat di Unit Gawat Darurat itu.     

Andi tidak ingin urusan bosnya dengan  keluarganya menjadi konsumsi publik, apalagi Julian adalah pengusaha sukses di kota itu.     

.....     

Qiara menoleh kearah orang yang sudah berdiri tegak di hadapannya itu dengan Ekspresi yang mengerikan.     

"Mama?"Ucap Qiara dengan bibir yang gemetaran saat melihat wajah Nyonya Sarah yang sudah lama tidak dia lihat itu.      

"Tamparan tadi tidak sebanding dengan apa yang kamu lakukan pada anak dan suamimu. Tidak cukup kamu membuat mereka menderita selama lima tahun dan sekarang kamu datang kembali? Apa kamu gila? Lihat apa yang sudah kamu lalukan pada cucuku! " Teriak Nyonya Sarah.      

Julian dan Qiara terkejut melihat Nyonya Sarah berteriak karena setahu mereka kalau Nyonya Sarah Adalah orang yang lemah lembut dan tidak pernah marah bahkan saat ia mengetahui suaminya selingkuh dia lebih memilih menahan amarahnya daripada marah.     

"Mama ... " Mulut Qiara bergetar saat menyebut panggilan itu kepada wanita yang dulu sangat mencintai nya itu.     

"Aku bukan Mama mu lagi! Jadi, berhentilah memanggilku Mama! Sekarang, pergi dari sini! Jangan pernah memperlihatkan wajahmu pada cucuku karena kamu hanya bisa membuatnya terluka." Teriak Nyonya Sarah lagi dengan mata yang memerah menahan tangis.      

Sebenarnya Sarah sengaja datang ke rumah Julian untuk melihat Zio karena sudah lama ia tidak bertemu cucunya. Selain itu dia juga ingin membahas tentang tuan Jhosep yang belum juga memberikannya kabar. Tapi, Bibi Liu menceritakan semuanya termasuk tentang Qiara sehingga Nyonya Sarah sangat marah lalu menyusul ke rumah sakit dengan meminta bantuan Andi yang kebetulan juga datang ke rumah Julian untuk mengantar laporan yang Julian tinggalkan di ruangannya.      

"Mama jangan memarahi istriku! Bagaimana pun juga dia tetap ibu Zio. Selain itu, keluarga kita yang lebih dulu berbuat salah pada dia dan kakak nya. " Ucap Julian dengan tegas.     

"Julian ... Apa maksudmu?" Tanya Sarah yang tidak rela melihat Julian membela Qiara dengan meletakkan kesalahan terlebih dahulu pada keluarganya.     

Tepat saat itu, dokter yang memeriksa Zio keluar dari ruang rawat. Mereka semua menghentikan obrolan itu dan segera menemui dokter.     

"Dokter, bagaimana keadaan cucu Saya?" Tanya Nyonya Sarah dengan khawatir.     

Qiara dan Julian juga menunggu jawaban dokter dengan harap-harap cemas.     

"Saya sudah membalut luka nya. Dan tadi dia sempat mengamuk, tapi kami segera memberinya suntikan pemenang agar dia bisa istiarahat. Selain itu dia kekurangan cairan karena sepertinya dia belum makan dan minum seharian sehingga tubuhnya lemas. Kami akan memindahkannya ke ruang rawat inap. Tapi, dia membutuhkan seorang psikolog untuk cepat pulih"  Dokter itu memberikan penjelasan yang cukup lengkap tanpa meninggalkan satu penjelasan dari hasil pemeriksaan nya.     

Kaki nyonya Sarah menjadi lemas. Ia merasa matanya mulai kabur. Untungnya Julian segera menangkap tubuh ibunya sehingga tidak terjatuh ke lantai rumah sakit yang dingin.     

"Mama tenanglah! Zio akan baik-baik saja!" Kata Julian yang mencoba kuat untuk menenangkan hati Ibunya.     

"Julian ... Bagaimana Mama bisa kuat melihat cucu Mama yang menggemaskan dan cerdas itu berulang kali masuk rumah sakit. Setiap kali dia seperti ini, dia harus di dampingi oleh psikolog. Baru saja dia mencoba menjalani hidup normal nya dengan sekolah reguler, sekarang dia harus kembali ke posisi terendahnya. Aku kasian sama dia. Andai  saja aku bisa menggantikan nya agar ia bisa menjadi kehidupan masa kanak-kanannya dengan normal." Kata Nyonya Sarah sambil memeluk Julian dan menangis sesegukkan.     

"Mama jangan nangis lagi! Sebaiknya kita masuk untuk melihat keadaan Zio!" Kata Julian sambil menyeka air mata ibunya.      

Qiara sudah tidak kuat melihat orang-orang yang dia sayangi menangis dan terluka. Oleh karena itu ia segera pergi dari tempat itu tanpa sepengetahuan Julian.      

Hanya Andi yang melihat Qiara. Andi pun berinisiatif untuk mengikuti Qiara karena dia takut kalau Qiara akan melakukan hal buruk. Dia melakukan semua ini demi bos nya karena dia sudah menganggap keluarga bos nya sebagai keluarganya sendiri.      

Julian membawa ibu nya masuk ke ruangan itu sebelum Zio dipindahkan karena mereka tidak sabar melihat keadaan Zio.     

Karena panik melihat ibunya sedih dan tidak sabar melihat anaknya, Julian pun tidak menghiraukan Qiara sehingga ia tidak tahu kalau Qiara sudah pergi.      

"Dokter, apakah cucuku bisa sembuh dari penyakit PTSD ini?" Tanya Nyonya Sarah setelah ia melihat cucunya yang sedang terbaring di ranjang pasien seperti orang yang sedang tidur.      

Dokter yang sedari tadi mengikuti Julian hingga masuk kembali ke ruangan Zio itu terkejut mendengar pertanyaan Nyonya Sarah.      

Dia sudah menduga kalau anak yang baru saja ia periksa memiliki mengidap PTSD tapi ia belum berani menyimpulkan nya sebelum ia memeriksa lebih lanjut sehingga ia tidak menyampaikan dugaannya itu kepada Julian dan Sarah selain menyarankan agar mendatangkan psikolog yang khusus menangani anak.     

"Pada sebagian kasus PTSD, gejala gangguan ini bisa saja membaik dalam beberapa minggu meski tanpa penanganan khusus. Namun, gejala PTSD bisa bertambah parah akibat beberapa hal, termasuk ingatan dari kejadian traumatis di masa lalu. Gejala tersebut bisa menyebabkan pengidap PTSD tidak memiliki gairah untuk menjalani aktivitas harian, tidak bersemangat, bahkan menimbulkan gangguan kesehatan tertentu dalam jangka waktu yang lama." Jawab dokter itu.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.