Istri Kecil Tuan Ju

Tidak Bisa Tinggal Diam.



Tidak Bisa Tinggal Diam.

0"Mau kemana ?" Qiara terkejut saat menemukan Maxwell sudah ada di hadapannya sambil membawa gunting pemotong rumput.     
0

'Apakah dia tukang kebun yang bisa menghilang? Perasaan dia baru saja berada jauh dariku, tapi kenapa dia sudah ada di depanku? Selain itu, kenapa dia membawa gunting ke dalam hotel?'Batin Qiara sambil menyeringai aneh kearah Maxwell.     

Sebenarnya Maxwell berlari melewati jalan pintas untuk bisa menghentikan Qiara.     

"Mau makan siang ... " Jawab Qiara sambil menggaruk lehernya.     

"Ayok!" Ucap Maxwell sambil menarik tangan kanan Qiara.     

"Ayok apa?" Tanya Qiara dengan bingung. Setelah itu,  Qiara menarik tangannya dari genggaman Maxwell karena ia merasa tidak nyaman.     

"Kita makan siang bersama. Kebetulan aku belum makan! Apakah kamu mau menemaniku makan?."      

"Baiklah ... Tapi, aku bisa jalan sendiri." Jawab Qiara sambil berjalan lebih dulu dengan gugup karena ia tidak tahu bagaimana harus melarikan diri dari Maxwell.     

Melihat tingkah lucu Qiara, Maxwell hanya bisa tersenyum.     

'Gadis ini mengingatkan aku pada seorang perempuan yang paling penting dalam hidupku. Apakah dia reinkarnasi dari perempuan itu?' Batin Maxwell sambil berjalan di belakang Qiara.     

Sesaat kemudian mereka berdua sampai di salah satu Restauran yang tidak jauh dari Hotel tempat mereka menginap.     

Restauran.     

"Kenapa kamu menatapku begitu? Apakah masih ada yang ingin kamu pesan?" Tanya Maxwell setelah membuat pesanan untuk dirinya dan untuk Qiara tanpa bertanya pada Qiara terlebih dahulu.     

"Aku cuma bingung bagaimana bos tahu kalau aku suka  nasi goreng pakai telur dan sayuran yang banyak?" Tanya Qiara dengan ekspresi yang rumit.     

Qiara benar-benar bingung, karena seingatnya ia belum pernah memberitahu siapapun, bahkan tidak dengan Julian. Lalu, bagaimana Maxwell bisa tahu?     

"Aku bertanya pada asisten mu, dia sering melihatmu makan  nasi goreng. Jadi, mulai sekarang percayalah kalau aku akan selalu memperhatikanmu dan melalukan apa saja buat kamu. Selain itu, aku akan membuatmu bahagia selamanya."Kata Maxwell sambil tersenyum.     

"Terimakasih!"      

Qiara tidak tahu harus mengatakan apa pada Maxwell, sehingga ia mengucap kata terimakasih yang singkat untuk mengakhiri pembicaraan.     

Maxwell hanya tersenyum mendengar ucapan terimakasih dari Qiara karena ia tahu kalau Qiara pasti sangat kesal padanya oleh karena itu ia memilih untuk tidak bicara lagi.     

Tidak lama kemudian, pesanan mereka datang, mereka pun langsung menyantap makanannya dengan lahap. Karena Qiara merasa sangat lapar setelah selesai olah raga.     

"Ini enak banget. Sekali lagi terimakasih!" Ucap Qiara sambil mengunyah makanannya. Qiara berharap kalau ia dan Maxwell akan menjadi teman baik karena Maxwell sudah sering membantunya.     

"Sama-sama, kalau kamu suka makanan disini, lain kali kita kesini lagi!" Bisik Maxwell.     

"Ukhuk ... Ukhuk ... " Qiara langsung  terbatuk karena ia tidak menduga kalau Maxwell akan mengatakan hal itu.     

"Pelan-pelan kalau makan, jadi batuk kan!" Kata Maxwell sambil memberikan gelas berisi air kepada Qiara.     

Seketika itu Qiara mengambilnya lalu minum untuk menghilangkan batuknya.     

'Astaga ... Kenapa aku merasa grogi begini? Apakah Bos Maxwell memiliki tujuan lain padaku? Mungkinkah ia benar-benar suka padaku?' Batin Qiara  sambil mengatur nafasnya.     

"Apakah hari ini syuting terakhirmu disini?" Tanya Maxwell.     

"Iya. Setelah itu aku akan langsung pulang. Kemungkinan sore ini. " Jawab Qiara dengan salah tingkah.     

"Baguslah. Tapi, kamu tidak merasa kesulitan kan? Karena Kevin tidak ada?"      

Qiara menoleh kearah Maxwell, seketika itu ia berniat untuk menanyakan kenapa Kevin tiba-tiba pergi.      

"Tidak bos. Semua berjalan lancar. Oh iya, memangnya Pak Kevin kemana?" Tanya Qiara dengan penasaran.     

...     

"Dia sedang ada tugas penting dariku.      

Sudahlah, jangan bahas Kevin. Nanti, apakah kamu mau pulang denganku?" Jawab Maxwell sembari bertanya kembali pada Qiara dengan tatapan yang penuh arti.     

"Tidak perlu, saya bisa pulang sendiri. Oh iya, saya sudah selesai makan, kalau begitu saya akan pergi sekarang!" Setelah mengatakan itu Qiara menyeka mulutnya dengan tisu lalu ia segera melarikan diri agar Maxwell tidak menahannya lagi.     

Maxwell pun tidak menghentikan Qiara karena ia sudah merasa puas bisa makan  siang bersama Qiara.     

Beberapa saat kemudian.     

Qiara berhasil kabur dari Maxwell. Karena syutingnya masih lama, Qiara memutuskan untuk melanjutkan rencananya jalan-jalan di kota C.      

Selain itu, ia juga ingin  berbelanja seorang diri untuk membelikan Zio mainan yang dia suka. Ia pun segera naik taxi sebelum Maxwell melihatnya.      

Akan tetapi, ia tidak lupa memberi kabar kepada Aurel kalau dia akan pergi sebentar. Aurel pun mengizinkannya dengan syarat ia harus kembali tepat waktu.     

Di dalam taxi, Qiara sangat menikmati suasana kota C yang sejuk dan tidak terlalu ramai seperti di kota A.      

Tepat saat itu ia melihat sekelompok laki-laki sedang mengerumuni seorang perempuan yang bertubuh kecil di suatu gang.      

Awalnya Qiara tidak mau ikut campur, tapi nalurinya sebagai seorang perempuan membuatnya menghentikan taxi nya lalu keluar untuk menolong perempuan yang terlihat sangat ketakutan itu.     

'Aku tidak ingin terlibat masalah, tapi aku tidak bisa melihat kejahatan meraja lela di depan mataku. Baiklah, kali ini saja!' Batin Qiara sembari berjalan mendekati orang-orang itu.     

"Aargg ... Kakak tolong aku, mereka mau membunuhku!" Teriak gadis itu sambil memanggil kakaknya karena hanya kakak yang bisa ia pikirkan.     

Salah satu dari lelaki itu langsung mencekik leher sang gadis, seketika itu ia berjuang agar tetap sadar disaat lehernya di cekik oleh penjahat itu.     

"Tolong ... " Gadis itu berusaha untuk membuat suara dengan kata yang sama. Tapi, penjahat itu semakin menekan lehernya hingga ia hampir kehilangan nafas.     

"Lepasin dia ... " Teriak  Qiara sambil melempar batu kearah orang yang mencekik gadis itu.     

"Aduhh, siapa itu?" Ringis lelaki itu sambil memegang kepalanya yang terkena lemparan batu.     

"Sekarang cari siapa yang melempar batu ini!" Teriak lelaki tua itu lagi setelah rasa sakitnya tidak terlalu sakit.     

"Aku ada disini!"Ucap  Qiara sambil tersenyum licik.     

Mata para penjahat itu langsung melotot melihat Qiara yang tersenyum licik sambil menatap kearah mereka. Lelaki tua itu pun langsung melepaskan tangannya dari leher gadis itu.     

"Nona, apakah kamu mau mengantar nyawamu atau melayani kami? Sepertinya wajahmu sangat cantik dan kulitmu begitu mulus." Kata lelaki tua itu sambil menatap tajam kearah Qiara.     

"Aku akan melayani kalian, oleh karena itu majulah!" Jawab Qiara sambil melebarkan senyumnya.     

Sedangkan gadis itu masih memegang lehernya sambil duduk dengan nafas yang tidak beraturan.     

Sesaat kemudian.     

Gadis itu akhirnya  bisa melihat dengan jelas siapa wanita yang sudah membantunya.      

'Siapa perempuan cantik ini?' Batin hadis itu  dengan tatapan yang khawatir karena orang yang menolongnya adalah wanita.     

Salah satu dari penjahat itu  berjalan mendekati Qiara dengan sombong dan percaya dirinya      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.