Istri Kecil Tuan Ju

Mendapatkan Sekutu.



Mendapatkan Sekutu.

0"Apa kamu percaya padaku, bukannya kamu harusnya berhati-hati padaku?"     
0

Mendengar pertanyaan Virsen, Helena langsung menoleh kepadanya sambil tersenyum.      

"Aku akan percaya setelah aku benar-benar memasuki Istana Flory, jadi jangan senang dulu!" Jawab Helena.      

"Hahahaha... Aku suka gayamu tunangan ku!" Ucap Virsen sambil terkekeh kegirangan.      

Tentu saja Helena tidak akan percaya sepenuhnya. Ia akan memberi kepercayaan itu jika ada buktinya. Karena Helena adalah orang yang sangat berhati-hati.      

Setelah itu Virsen mengantarkan Helena ke agensinya     

Rumah Maxwell.     

Sementara itu Kevin mematikan TV itu setelah selesai menonton gosip tentang Helena.     

"Apakah ini artinya kita gagal memberi pelajaran kepada Helena?" Tanya Kevin sambil melirik Maxwell yang masih duduk dengan tenang sambil menyeruput secangkir susu coklatnya yang masih panas.     

"Sialan ... Kenapa minuman ini masih panas, harusnya aku taruh es batu di dalamnya." Kata Maxwell yang mengabaikan pertanyaan Kevin.     

"Hey... Aku bertanya padamu kenapa kamu malah fokus pada susu coklat mu yang tidak penting itu?" Teriak Kevin yang mulai terpancing emosi dengan sikap Maxwell.      

"Apa?" Tanya Maxwell sambil menatapnya dengan heran.     

Kevin benar-benar kesal karena Maxwell lagi-lagi mengabaikan dirinya dan itu sangat memuakkan baginya.      

"Apa kamu tidak menonton TV sampai selesai? Kamu bilang kalau kamu akan memberi pelajaran kepada Helena, tapi kenapa sekarang dia berhasil lolos dan orang suruhan mu malah terlihat seperti pecundang?" Tanya Kevin dengan sinis.     

"Oh itu. Aku sudah memberinya pelajaran kok. Wartawan tidak akan melepaskan skandal menarik ini hingga mereka menemukan jawaban yang memuaskan mereka. Selain itu, Helena berurusan dengan orang yang salah. Jika dia terbujuk rayu Virsen itu artinya hidupnya dalam ketidak tenangan." Jelas Maxwell dengan santai.      

"Virsen Adamson?" Tanya Kevin yang juga tahu siapa Virsen walaupun ia bertemu saat Virsen masih berusia belasan tahun.      

"Dasar orang tua, secepat itu kamu lupa wajah Virsen?" Kata Maxwell.      

"Aku bukan lupa, aku hanya tidak fokus. Baiklah, hari ini cukup buat Helena. Tapi, apa kita perlu memberikan ucapan selamat atas pertunangan mereka?" Kata Kevin sambil mengedipkan matanya kepada Maxwell.      

"Hahaha... Mereka sudah terlanjur basah oleh karena itu aku akan menikahkan mereka. Virsen hanya mencintai Rena sampai mati. Sedangkan si bodoh Helena tidak tahu siapa Virsen. Terjebak dalam pernikahan neraka akan menjadi siksaan yang sepadan untuk Helena." Kata Maxwell sambil tertawa keras.     

Kevin pun tersenyum sedikit melihat tatapan iblis Maxwell yang mulai serius saat ia mengatakan kalau dirinya ingin menghukum seseorang.      

Tentu saja Kevin tahu betul kalau Maxwell sudah bertindak dia tidak pernah setengah-tengah. Dan siapapun yang berurusan dengannya pasti akan menyesal.      

"Aku percaya dengan tatapan iblis itu. Oh iya, aku melihat laporan dosa besar Tuan Jhosep di laptopmu tadi saat aku baru sampai di ruangan ini. Apakah kamu juga akan menghukum Papa nya Jasmin?"      

Kevin tahu betul, jika ada nama seseorang masuk daftar laporan dosa besar, maka Maxwell akan mengejar mereka hingga terjatuh sejatuh jatuhnya.      

Maxwell pun mulai berambisi untuk memiliki Qiara, ia sudah menyampaikan niatnya kepada Julian untuk merebut Qiara saat mereka berada di pesta minum teh waktu itu.      

Walaupun Julian tidak memberitahu nya hubungannya dengan Qiara yang sebenarnya, tapi Julian mengancam Maxwell jika dia berani mendekati Qiara.      

Tentu saja Maxwell tidak bodoh. Dia mengatakan itu karena ia melihat Qiara bertemu dengan Julian di taman.     

Sebenarnya Maxwell tidak benar-benar pergi waktu dia melihat Qiara di taman.     

"Dia sudah lama berada di atas, sekarang sudah saatnya dia harus pensiun menjadi orang sombong. Selain itu, dia harus membayar semua perbuatannya pada anak-anak nya dan kejahatan lainnya." Jawab Maxwell dengan raut wajah serius.      

"Jika kamu mau bertindak, tolong pikirkan apa tujuanmu memilih tinggal di kota A selama lima tahun ini. Bukankah kamu tidak mau menjadi seperti kakekmu, atau berubah menjadi Virsen dalam sekejap mata? Aku lebih suka Maxwell si tukang kebun daripada tukang tikam."      

"Satu lagi, nanti malam ada Syuting iklan dengan Liana, apakah kamu akan datang? " Tanya Kevin yang kembali lagi melihat Maxwell.      

"Tentu saja aku akan datang. Karena itu adalah kesempatan langka."      

Maxwell menatap Kevin dengan tatapan yang mengerikan. Ia tidak suka di kalahkan dan dia tidak suka rencananya di gagalkan oleh siapapun.     

"Baiklah ... Waktunya berkebun. Apakah kamu mau ikut?" Kata Maxwell sambil berdiri.     

"Apakah buah di kebun mu sudah matang semua?" Tanya Kevin setelah ia juga berdiri.     

"Tentu. "      

"Kalau begitu ayo pergi!" Setelah itu mereka berdua bergegas menuju kebun buah Maxwell yang ada di belakang rumah itu.     

Rumah Julian.      

Setelah menonton gosip tentang Helena, mata Qiara langsung melotot.      

"Sayang, tante akan menelpon Papa sebentar. Kamu tidak apa-apa kan tante tinggal sendirian? " Tanya Qiara kepada Zio yang sedang duduk menggambar di ruang tamu.      

"Aku tidak apa-apa! " Jawab Zio sambil mengerdipkan matanya melihat Qiara.      

"Anak pintar. Ya sudah, tante akan menelpon Papa sekarang dan akan segera kembali!." Setelah mengatakan itu Qiara mencium kening Zio.      

Tidak lama kemudian, Qiara pun langsung bergegas masuk ke kamarnya untuk menghubungi Julian yang sudah kembali ke kantor beberapa jam yang lalu setelah menikmati makan siang bersama di rumah.      

"Hallo Sayang! " Terdengar suara berat dari seberang telpon.      

"Julian ... Apa kamu tahu berita tentang Helena? Bukankah tunangan nya adalah Virsen, bagaimana mungkin bisa?" Tanya Qiara yang mulai merasa tidak tenang dengan berita baru itu.      

"Mereka sepertinya sudah melakukan kesepakatan, karena aku tahu banget kalau Virsen tergila-gila pada Rena. Jadi, tidak mungkin dia menyebut Helena tunangannya." Kata Julian dengan santai karena dia kenal banget siapa Virsen.      

"Bagaimanapun juga Helena adalah saudariku, jadi aku tidak ingin dia terjebak oleh Virsen. Selain itu, kita tidak tahu kerjasama apa yang mereka sepakati, oleh karena itu apakah ada cara untuk bisa menghentikan Virsen?"     

Qiara tahu bagaimana nekat dan gilanya Virsen, selain itu dia juga menduga kalau Virsen mendekati Helena hanya untuk menghancurkan keluarganya.     

"Hanya ada satu cara... " Kata Julian sambil mengambil nafas dalam.      

"Apa itu?"     

Dari seberang telpon, masih sunyi. Julian belum menjawab pertanyaan Qiara untuk waktu yang sedikit lebih lama.      

"Julian, kenapa kamu hanya diam. Bukankah kamu seharusnya memberitahu aku apa yang harus aku lakukan, atau bagaimana caranya. Bukankah kamu tahu?" Kata Qiara yang mulai tidak sabaran.      

"Caranya adalah, dengan meminta Rena menikah dengan lelaki lain. Dengan begitu ia akan masuk rumah sakit gila. Karena kalau membunuhnya itu sama artinya akan mengibarkan bendera perang dengan keluaga besar Adamason. Karena Virsen adalah cucu paling kecil yang merupakan bagian dari Istana Flory. "     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.