Istri Kecil Tuan Ju

Perasaan Yang Tidak Menentu.



Perasaan Yang Tidak Menentu.

0"Kenapa kamu mengajakku makan siang mendadak begini? " Tanya Qiara yang sudah duduk di depan Julian itu sambil mengatur nafasnya.     
0

Manik hitam mata Julian terus mengamati setiap inci wajah Qiara yang cantik di depannya itu. Seolah ia sudah lama tidak bertemu satu sama lain.      

"Jangan hanya menatapku, tapi jawab pertanyaan ku karena aku tidak punya waktu banyak. "     

Sontak Julian tersadar saat mendengar rengekan Qiara.      

"Sayang... Apa kamu baik-baik saja? Kenapa wajahmu di penuhi keringat?" Tanya Julian sambil memegang wajah Qiara.     

Untungnya Restauran itu sudah Julian kosongkan karena dia tahu kalau pertemuannya dengan Qiara belum boleh diketahui oleh orang lain.      

"Tentu saja. Apa Aku terlihat tidak sehat?" Jawab Qiara sambil memegang tangan kekar Julian.      

"Kamu tetap cantik... He.. "      

"Kamu bisa saja. Oh iya, bagaimana kabar Nathan dan Kak Yumi? "     

Seketika Julian tertegun karena dia tidak tahu apa yang Jamin sudah rencanakan buat Nathan dan Yumi yang sudah dua hari tidak terdengar kabarnya itu.      

Ia pun setiap hari mendengar Papa dan Mama nya berdebat tentang Nathan, walaupun Mama nya akan selalu kalah dengan keras nya sikap Papa nya.      

"Nathan dan Yumi?" Tanya Julian lagi mengulangi pertanyaan Qiara dengan gugup.     

Qiara langsung mengangguk.     

"Mereka pasti baik-baik saja karena mereka sedang menikmati kebersamaan yang sudah lama mereka rindukan." Ucap Julian sembari mengalihkan pandangannya ke dinding kaca di sampingnya yang menyuguhkan suasana taman yang indah.      

"Syukurlah. Lalu, bagaimana dengan Papa dan Mama? "Tanya Qiara lagi.     

" Sayang, bisakah kita bahas ini di rumah nanti? Karena sekarang aku ingin makan siang denganmu. " Kata Julian sambil mengelus- elus tangan Qiara.      

"Iya suamiku sayang... " Sahut Qiara sambil tersenyum.      

"Oh iya, aku mau lupa memberitahu kamu kalau sore nanti aku akan berangkat keluar kota karena aku ada pemotretan di sana. " Sambung Qiara lagi.     

Julia terdiam karena ia merasa Qiara terlalu mendadak memberitahunya.      

"Berapa hari? " Tanya Julia tanpa ekspresi.      

Qiara merasa salju akan turun saat melihat ekspresi Julian sangat mengerikan saat mendengarnya akan keluar kota.      

"Paling lama tiga hari. "      

Ekspresi Julian semakin gelap karena dia berat berjauhan sama Qiara walaupun sehari.      

Cukup pekerjaan mereka yang memisahkan, sekarang ia harus melawan jarak dan waktu selama tiga hari dan itu sangat merepotkan.      

"Apa kamu marah? " Tanya Qiara dengan ragu.      

"Tidak," Jawab Julian dengan ketus.      

"Kalau begitu kamu harus tersenyum!" Seru Qiara sambil mencubit pipi Julian dengan gemas.      

"Iya."      

Julian memaksakan senyumnya demi kebagian Qiara. Seketika itu Qiara merasa bahagia melihat Julian mendukung karirnya.      

Tidak lama setelah itu, pesanan mereka datang. Julian dan Qiara pun langsung menyantap hidangan makan siang mereka.      

Beberapa saat kemudian.      

"Sayang, aku harus pergi sekarang karena Andi mengatakan kalau Klien penting ku sudah tiba di kantor. Kamu tidak apa-apa kan aku tinggal? " Kata Julian setelah membaca pesan dari Andi.      

"Tidak apa-apa. Aku bisa sendiri kok sayang. Ya sudah, kamu pergi sana! "      

Julian pun mengangguk lalu segera berdiri dari kursinya.     

"Sayang tunggu! "      

Julian berhenti lalu menoleh kearah Qiara karena dia tidak bisa mengabaikan panggilan sayang yang sangat jarang Qiara ucapkan kepadanya itu.      

"Kenapa sayang? " Tanya Julian sambil tersenyum lebar.      

Tanpa menjawab pertanyaan Julian, Qiara pun langsung mendekat. Setelah itu ia menarik tangan Julian lalu mencium punggung tangannya.      

Seketika itu hati Julian sangat bahagia, Qiara terlihat serius untuk memulai semuanya dari nol dan membayar semua kesalahan yang dia lakukan kepada Julian di masa lalu.      

"Terimakasih sudah memberikan ku semangat hari ini. Aku pergi dulu! "     

Julian tidak lupa mencium kening Qiara lalu pergi meninggalkan Qiara.     

Tidak lama kemudian, Qiara menyusul Julian keluar dari Restauran itu.     

'Brakk'     

Tanpa sengaja di depan pintu Qiara menabrak seseorang.     

"Maafkan Aku! " Ucap Qiara sambil membungkuk menunjukkan penyesalannya.     

"Liana?"     

Qiara mendongak saat mendengar nama samarannya di panggil. Seketika itu ia mendapati seorang lelaki dengan kupluk hitam, mengenakan jaket berwarna abu di depannya.     

"Bos Maxwell? Apakah anda baik-baik saja?"tanya Qiara dengan ekspresi yang rumit karena sejujurnya dia selalu takut setiap kali bertemu dengan Maxwell karena Maxwell adalah sosok misterius yang membuatnya merasa takut.     

Tanpa menjawab pertanyaan Qiara, Maxwell langsung menarik Qiara lalu memeluknya dengan erat. Seketika itu Qiara terkejut sehingga ia terdiam kaku.      

"Liana .. Izinkan Aku memelukmu sebentar saja! " Bisik Maxwell dengan suara yang lembut.      

Maxwell mendekap erat tubuh Qiara yang telah mencuri hatinya sejak pertemuan pertama mereka itu.      

'Liana ... Aku tidak rela jika kamu dan Julian ternyata sudah menikah. Akan aku pastikan kamu menjadi milikku dan Julian harus menerima kekalahan karena tidak selamanya dia akan menang dalam segala hal. Cukup sekali aku kehilangan karena Julian. 'Batin Maxwell sambil mengeratkan pelukannya lagi.     

Sesaat kemudian, Qiara tersadar lalu mendorong tubuh Maxwell yang mendekapnya dengan erat.      

"Ahh ... " Qiara mendesah karena berhasil lepas dari pelukan Maxwell yang membuatnya sesak.      

"Bos, apa yang anda lakukan? " Tanya Qiara setelah mengatut nafasnya dengan baik.      

"Aku menyukaimu dan aku ingin kamu menjadi istriku yang akan mendampingku menaklukan dunia!"      

Qiara terkejut mendengar pernyataan Maxwell yang sangat jujur itu. Dan lebih lucunya lagi, Maxwell tidak kenal tempat saat menyatakan cinta kepadanya.      

"Bos, apakah anda sedang bercanda dengan saya? Tolong jangan membuat hubungan kita terasa canggung dan tidak nyaman!" Kata Qiara sambil menunduk karena dia tidak berani menatap Maxwell yang tidak berhenti menatapnya itu.      

"Kenapa? Apakah kamu sedang menolak ku secara halus? " Tanya Maxwell sambil melangkah lebih dekat lagi kepada Qiara. Seketika itu Qiara terus mundur kebelakang sehingga ia masuk kembali ke dalam restauran yang sepi itu.      

Untungnya para pelayan restauran itu tidak perduli kepada mereka berdua karena mereka tidak ingin terlibat atau ikut campur.      

'Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku jujur kalau aku sudah memiliki suami? Tapi, bagaimana dengan karir yang baru aku mulai. Sedangkan di kontrak sudah aku setujui untuk tidak akan menikah sebelum dua tahun. Sekarang, bagaimana ini? 'Batin Qiara sambil mengepal tinjunya karena sangat panik.     

"Bukan begitu maksud saya bos, tapi bos harus berfikir ulang dan lihat siapa saya. Bos adalah pemilik perusahaan besar sedangkan saya hanya artis kecil yang belum punya nama. Bagaimana anda bisa menyukai saya? " Tanya Qiara dengan suara yang bergetar.     

"Aku tidak suka di tolak. Selama ini aku selalu berhasil mendapatkan apa yang aku inginkan. Tidak terkecuali cinta. Sejujurnya, kamu mengingatkan aku pada seseorang gadis yang memiliki senyum paling manis dan tulus."      

Qiara semakin merasa tercekik mendengar pengakuan Maxwell yang begitu mendadak dan sangat mengintimidasi.      

"Maaf bos, aku tidak pantas menerima perasaan anda yang spesial itu, jadi aku mohon agar Bos berhenti sekarang! " Kata Qiara dengan ekspresi memohon.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.