Istri Kecil Tuan Ju

Bertekad.



Bertekad.

0Dari sentuhan jari Kevin yang menyentuh pipinya, Yumi bisa merasakan kehangatan, seketika itu hatinya menjadi tenang. Dan setiap kali ia berada di samping Kevin, ia menemukan kenyamanan yang tidak pernah ia rasakan dari siapapun.     
0

'Kenapa aku harus bertemu Pak Kevin disaat begitu banyak orang yang memiliki kemungkinan untuk menolongku? ' Batin Yumi.     

Kevin terlihat menarik nafas dalam melihat kondisi Yumi, dia tidak menyangka akan bertemu Yumi dalam keadaan seburuk ini. Dia pun tidak menuntut Yumi untuk menjawab pertanyaannya.      

"Aku ditinggalkan seperti pertama kali pak Kevin menolongku. Tapi, bagaimana bisa bapak ada disini? "      

Mendengar jawaban Yumi, Kevin merasa bersalah karena dia sudah mengikuti rencana Jasmin untuk membiarkan Yumi pergi bersama Nathan.      

"Aku ada pertemuan dengan teman lamaku disini, saat aku akan pulang aku melihatmu makanya aku ada disini. Apakah kamu baik - baik saja? "      

"Apakah aku terlihat baik-baik saja? " Tanya Yumi balik dengan berderai air mata.     

Kevin langsung terdiam dengan tatapan yang rumit saat mendengar pertanyaan balik dari Yumi.      

Yumi menyeka air matanya setelah itu ia kembali membuka mulutnya sambil menatap Kevin.      

"Pak Kevin... Aku minta maaf karena aku tidak mendengarkan nasehatmu, sekarang hatiku sangat sakit sampai aku merasa dadaku sangat sesak, aku bertanya pada diriku apakah Tuhan menciptakan aku hanya untuk disakiti? Aku ingin hidup dengan baik dan bahagia, apakah permintaan itu terlalu berlebihan? " Tanya Yumi lagi sambil memegang tangan Kevin dengan berurai air mata.      

Yumi terlihat sangat putus asa, ia tidak pernah merasa berada di titik paling bawah seperti ini. Ia seperti kehilangan kekuatan dan kepercayaan dirinya.      

Hati Kevin pun ikut ngilu mendengar apa yang dikatakan oleh Yumi. Ia tidak pernah bertemu perempuan yang menyedihkan seperti Yumi.      

"Aku berjanji tidak akan membiarkan siapapun melukai mu, oleh karena itu mulai sekarang kamu harus kuat dan bulatkan tekad mu. Jangan pernah mau jatuh ke lubang yang sama untuk ke sekian kalinya. " Ucap Kevin sambil memegang kedua bahu Yumi.      

Setelah itu Kevin membantu Yumi berdiri dan membawanya masuk ke mobil mewahnya.      

Karena dia memang butuh bantuan, Yumi tidak menolak ajakan Kevin untuk pergi. Ia duduk di dalam mobil Kevin dengan tenang namun tatapan nya sangat kosong.     

Kevin semakin merasa iba kepada Yumi, dia tidak menyangka kalau Nathan lagi-lagi membuat Yumi sedih.      

"Pak Kevin? "     

"Ada apa? "      

"Aku tidak ingin jadi perempuan lemah lagi, mulai sekarang aku ingin berusaha menjadi perempuan yang sukses, aku akan mengejar karirku sampai ke puncak. Aku tidak perduli dengan urusan cinta lagi!" Kata Yumi setelah ia menyeka habis air mata di pipinya.      

Kevin menganggukkan kepalanya karena ia memang menginginkan yang terbaik untuk Yumi. Karena Kevin bisa melihat aura bintang ada dalam diri Yumi.      

"Baguslah kalau kamu bisa memikirkannya, ini kali terakhir aku memberimu kesempatan, jika kamu lewatkan lagi maka kamu harus tanggung sendiri! " Kata Kevin sambil menatap tajam kearah depan.     

Yumi langsung mengangguk karena dia memang sangat ingin menjadi dirinya sendiri bukan budak dari cintanya. Hatinya sudah terlanjur kecewa terhadap Nathan yang berulang kali melukainya.      

"Aku berjanji atas nama Ibuku. " Jawab Yumi dengan tatapan yang menyala, ia mengepalkan tinjunya untuk menahan segala amarah yang hampir meluap dan meledak.      

Mendengar Yumi menyebut nama Ibunya, Kevin langsung meliriknya, setelah itu ia membuat panggilan kepada Maxwell.      

"Kamu dimana? " Tanya Kevin dengan suaranya yang dingin.      

"Aku sedang menonton berita yang menyenangkan, apakah kamu mau tahu? "Jawab Maxwell dari seberang telpon.      

"Apa itu? "     

"Tua bangka itu sudah berhasil aku kacaukan, dia sepertinya sedang menikmati fasilitas bintang lima di kantor polisi, tapi itu tidak apa-apa karena yang penting bagiku nama baiknya hancur. "Jelas Maxwell sambil tersenyum licik.      

"Bagus kalau kamu senang, itu artinya kamu sudah mendapatkan apa yang aku minta?"     

"Jangan panggil aku Maxwell jika kau tidak bisa menemukan hal sekecil itu, terlalu mudah bagiku untuk melakukannya. Sekarang kamu tinggal bawa Yumi ke rumahmu, karena dia sudah ada di sana. "      

"Bagaimana kamu bisa tahu kalau aku sedang bersama Yumi? " Tanya Kevin dengan curiga.      

Terdengar suara tawa yang cukup keras dari seberang telpon, seketika itu Kevin langsung melihat sekeliling mobilnya untuk menemukan CCTV yang di pasang oleh Maxwell.      

"Apa kamu memasang CCTV? " Tanya Kevin setelah ia memeriksa tapi tidak menemukan apapun.     

Yumi langsung menoleh saat mendengar pertanyaan Kevin.      

"CCTV? " Tanya Yumi dengan bingung.      

Kevin hanya melirik Yumi sebentar lalu kembali fokus berbicara dengan Maxwell tanpa menjawab pertanyaan Yumi.      

Seketika itu Yumi diam karena dia tidak ingin menganggu Kevin bicara.      

"Aku sudah mengatakan kepadamu untuk berhati-hati saat menggunakan mobilku, jangan sampai kamu melakukan hal mesum di sana karena aku bisa menonton mu. Satu lagi, kamu tidak akan bisa menemukan CCTV di mobil itu. Jadi, fokuslah menyetir, jangan sampai mobilku lecet. Setelah itu bawa Yumi ke rumahmu! " Setelah mengatakan itu Maxwell mengakhiri panggilan begitu saja.      

"Hey... Orang gila... " Teriak Kevin dengan kesal karena dia belum selesai bicara.      

"Apa ada masalah? " Tanya Yumi dengan heran.      

"Tidak ada. Oh iya, Aku punya kejutan buat kamu. Apakah kamu mau datang ke rumahku? "     

"Tapi sudah malam, bukankah tidak sopan datang ke rumah cowok malam-malam? " Tanya Yumi dengan gugup.     

"Aku tidak akan melakukan apapun padamu, karena aku tidak tertarik. Tapi, aku ada satu kejutan buatmu. Jadi, duduklah dengan tenang dan jangan bicara! "     

Yumi langsung diam karena dia tidak ingin membuat Kevin marah dan kesal lagi, bisa jadi dia akan di buang di jalanan.      

Rumah Julian.      

Qiara yang baru saja sampai di rumah dengan ekspresi yang sendu itu langsung melirik kepada putranya yang terlihat berlari menghampiri nya.     

"Zio ....." Teriaknya cemas sambil berjalan cepat mendekati putranya yang terjatuh saat berlari mengahampiri nya.     

"Auwww... Sakit ... " Ringis Ziao sambil menatap lututnya yang lebam karena berbenturan keras dengan lantai itu.      

"Sayang.. Apa kamu baik-baik saja? " Tanya Qiara sambil menyentuh lutut Zio dengan cemas.      

"Sakit .... Hiks..." Jawab Zio sambil memegang lututnya.      

'Ya Tuhan, anakku terluka, apakah ini pertanda buruk? ' batin Qiara dengan perasan yang mulai bingung.     

Dengan cepat, Qiara membawa Zio ke gendongannya. Setelah itu ia mendudukkan Zio di sofa.      

"Sayang ... Mana yang sakit?" Tanya Qiara.     

"Ini... hiks.." Jawab Zio dengan berderai air mata. Setelah itu ia langsung menunjukkan lututnya yang lebam kepada Qiara.      

"Tante akan mengobati mu. Jadi, kamu Sajang nangis lagi! Karena anak lelaki tidak boleh nangis. " Kata Qiara sambil menyeka air mata di pipi Zio.     

Zio langsung mengangguk dan mengatur nafasnya.      

"Sayang, lain kali kamu tidak boleh berlari ya, soalnya Mama khawatir kamu akan terluka lebih dari ini! " Kata Qiara yang tidak sadar sudah memanggil dirinya Mama.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.