Istri Kecil Tuan Ju

Dia Wanitaku.(Sedikit Berubah)



Dia Wanitaku.(Sedikit Berubah)

0Setelah itu ai kembali memperhatikan interaksi Maxwell dengan Virsen yang mengerikan. Udara malam yang sangat dingin dengan angin yang menyentuh kulit menambah kengerian malam ini.     
0

'Kenapa Qiara selalu beruntung? Kemarin Julian dan sekarang Maxwell, apakah dia menggunakan sihir? Padahal aku lebih cantik dari dia tapi kenapa aku selalu kalah darinya! 'Batin Helena sambil mengepakkan tinjunya dan menyeringai jijik kearah Qiara.     

"Apa kamu gila? Kamu menganggap istri orang lain sebagai wanita milikmu? Sungguh kamu membuat nama keluarga Adamson menjadi malu. Bagaimana kalau kakek tahu?" Virsen tidak bisa mengontrol dirinya sehingga ia berani menantang tatapan mengerikan Maxwell.     

"Arggg ... " Virsen berteriak dengan sangat keras ketika wajahnya di pukul dengan keras oleh Maxwell.     

Seketika itu Qiara terkejut dan kaget karena ia tidak menyangka kalau Maxwell bisa terlihat mengerikan seperti ini.     

"Apakah kamu mau di pasung lagi? ' Bisik Maxwell sambil menarik kerah Virsen.     

" Hahaha ... Walaupun kakek menunjukku sebagai pewarisnya, tapi dia tidak akan membiarkan kamu menyakiti anggota keluarga sendiri. Aku akan mengadu pada kakek. " Ucap Virsen setelah meludah. Ia lalu tertawa cukup keras untuk memprovokasi Maxwell agar menunjukkan siapa dia yang asli.     

"Ini peringatan terakhirku, jika kamu mengulanginya lagi, aku tidak hanya akan memukul wajahmu, melainkan membakar mu hidup-hidup. Kamu mengenalku bukan?" Setelah mengatakan itu, Maxwell melepaskan Virsen.     

Seketika itu Virsen memegang lehernya sambil bergidik ngeri. Dia tahu bagaimana nekat dan tidak punya belas kasihnya Maxwell semenjak ia di tunjuk sebagai ketua Mafia.      

"Ayo pergi dari sini karena malam sudah sangat larut ... " Setelah itu Maxwell menarik tangan Qiara untuk meninggalkan tempat itu.     

"Tunggu dulu! " Qiara menghentikan Maxwell dan melepaskan tangannya dari genggaman tangan besar Maxwell.     

"Ada apa? " Tanya Maxwell sambil menatap Qiara dengan sinis.      

"Aku tidak bisa pergi meninggalkan Helena, bagaimana pun juga dia adalah saudariku. Jadi, aku harus kembali menolong Helena agar lepas dari Virsen. "     

Setelah mengatakan itu, Qiara berputar balik. Namun tangannya ditarik lagi oleh Maxwell.      

Helena dan Virsen masih berdiri di tempat mereka masing-masing sambil memperhatikan Qiara dan Maxwell.      

"Apa kamu bodoh? Aku pikir kamu perempuan cerdas. Jika memang Helena benar di sakiti oleh Virsen, dia tidak akan berdiri saja di sana. Selain itu, kamu sudah dibodohi dengan drama mereka." Kata Maxwell dengan serius.      

Qiara terdiam sejenak, ia berusaha memikirkan apa yang baru saja Maxwell katakan padanya tentang Helena. Setelah itu ia menatap Helena dengan sinis.     

Tidak lama kemudian, Qiara kembali mendekat kearah Helena.      

"Kenapa kamu memintaku datang? Apa yang ingin kamu bicarakan? " Tanya Qiara dengan sinis setelah ia berada di hadapan Helena dan Virsen yang sedang menahan sakit di bagian wajahnya.     

Seketika itu Helena merasa gugup dan bingung karena sebenarnya tidak ingin membicarakan apapun dengan Qiara.     

"Aku... "     

Plakk...     

Satu tamparan mendarat di pipi Helena sebelum ia bisa melanjutkan kalimatnya.      

"Argg... Qiara... Kenapa kamu menamparku? " Teriak Helena sambil memegang pipinya yang terkena tamparan keras.     

Untuk kedua kalinya, Helena mendapatkan dua tamparan keras. Dan kali ini yang paling menyakitkan.     

"Aku hanya ingin membuat drama yang kamu buat dengan Virsen terlihat natural. " Jawab Qiara sambil tersenyum.      

Helena menggertakkan giginya karena akal-akalan nya sudah diketahui oleh Qiara.     

Seketika itu Maxwell tersenyum dan semakin tertarik pada Qiara. Perempuan tangguh yang tidak mudah di tindas.      

'Aku harus memilikimu. 'Batin Maxwell dengan tatapan tajam.     

Setelah mengatakan kalimat terakhir nya, Qiara pun segera pergi meninggalkan Helena dan Virsen dengan puas.     

Sementara itu Virsen terbakar amarah karena rencananya gagal untuk kesekian kalinya karena Maxwell lagi.      

'Bagaimana aku harus balas dendam pada Julian jika sekarang Maxwell sudah ikut campur. Jika aku tentang maka itu sama artinya bunuh diri. Maxwell adalah orang gila yang nekat.' Batin Virsen.     

Setelah membatin, Virsen langsung kembali ke dalam Istana Flory diikuti oleh Helena dengan berlari cepat.      

"Apakah kita bisa pergi sekarang atau kita makan malam bersama dulu? " Tanya Maxwell pada Qiara yang sudah sampai di depan mobil Maxwell.     

"Tentu saja aku harus pergi sekarang karena ada orang yang menungguku di rumah. Oh iya, apakah bos akan memecat ku karena aku sudah menikah?" Tanya Qiara dengan ragu.     

Qiara masih ingat apa yang Virsen katakan pada Maxwell tentang dia yang istri orang. Ia pikir kalau ia sudah saatnya mengubur mimpinya menjadi seorang artis.     

Maxwell tersenyum lalu memegang kedua bahu Qiara sambil berkata, "Aku menutup mata dan telingaku tentang itu. Jadi, tutuplah mulutmu juga dan jangan biarkan rahasiaku bocor. Kamu adalah andalan Kevin, jadi aku tidak mungkin memecat mu."     

Untuk beberapa alasan, Qiara bernafas lega. Akan tetapi, ia mulai merasa tidak nyaman saat melihat sikap dan kehangatan yang Maxwell berikan.     

"Bos ... Apakah saya boleh bertanya? "      

"Apa itu?" Sahut Maxwell dengan penasaran.     

"Kenapa bos baik pada saya? Apakah yang bos katakan kemarin itu adalah benar? Apa bos menyukai saya?" Tanya Qiara dengan gugup karena ia merasa takut akan menyinggung Maxwell.     

Mendengar pertanyaan Qiara, Maxwell terdiam. Setelah itu ia bersandar di mobilnya sambil tersenyum kearah langit yang gelap namun bertabur bintang.     

Qiara masih sabar menunggu jawaban Maxwell karena dia butuh kepastian agar ia bisa menentukan sikapnya terhadap Maxwell.     

"Kamu mengingatkan aku pada seorang perempuan. Itulah sebabnya aku ingin memberikanmu yang terbaik. Karena aku sudah gagal melindunginya. " Jawab Maxwell sambil menoleh lagi kearah Qiara.     

"Perempuan? Apakah dia kekasih bos?" Tanya Qiara yang semakin penasaran.     

"Dia adalah gadis yang sangat penting bagiku. Tapi, dia sekarang ada di langit. Ia adalah bintang yang paling terang karena siapapun yang mengenalnya akan selalu bercahaya." Jawab Maxwell dengan tatapan yang berkaca-kaca.     

Seketika itu Qiara menyimpulkan kalau perempuan yang Maxwell maksud sudah meninggalkan.     

'Sepertinya dia sangat mencintai perempuan itu. Kasihan bos.' Batin Qiara dengan cemberut.     

"Sudah larut malam, sebaiknya aku antar kamu pulang? " Kata Maxwell sambil mengukir senyum manisnya karena ia tidak mau Qiara bertanya lebih jauh lagi karena itu hanya akan membuat hatinya sakit.     

"Maaf bos, tapi saya sudah pesan taxi online. Lagi pula aku tidak ingin ada gosip jika ada yang melihat kita bersama. Jadi, aku pamit sekarang!" Setelah mengatakan itu, Qiara pun segera pergi meninggalkan Maxwell dengan perasaan yang rumit sebab Qiara khawatir akan menyinggung Maxwell atau membuatnya marah.      

'Semakin dia menolak ku, semakin aku menginginkan dia.' Batin Maxwell sambil memperhatikan Qiara yang sudah berjalan jauh meninggalkannya sendirian.      

Setelah selesai membatin, Maxwell pun segera masuk ke mobilnya karena dia berfikir kalau dia masih bisa mengusahakan agar Qiara mau diantar pulang olehnya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.