Istri Kecil Tuan Ju

Lamaran.



Lamaran.

0Julian melirik jam di ponselnya yang sudah menunjukkan pukul dua pagi. Julian pun menahan rasa penasarannya untuk tidak bertanya kenapa Qiara ada di Istana Flory.      
0

Sesaat Kemudian.     

Qiara sudah berada di sebelah Julian dengan ekspresi yang datar.     

"Apa yang kamu pikirkan? " Tanya Julian sambil menggenggam tangan Qiara dengan erat.     

Ia mencoba untuk mengabaikan kejadian malam ini, karena ia tidak kau memperburuk perasaan Qiara.     

Seketika itu Qiara menatap wajah tampan suaminya, ia lalu berkata, "Terimakasih karena selama lima tahun ini kamu sudah membesarkan Zio sendirian. Aku selalu merindukannya setiap malam. Aku pikir hari ini tidak akan pernah ada, bertemu dengannya walaupun aku tahu kamu tidak sepenuhnya memaafkan kesalahanku."     

"Itu tugasku sebagai sebagai seorang ayah tunggal yang ditinggal istrinya. Soal memaafkan, aku memang sulit karena aku sudah sangat marah padamu. Tapi aku tidak pernah berhasil membencimu walaupun aku sudah berusaha keras selama lima tahun. Setiap melihat wajah Zio, aku selalu merindukanmu, oleh karena itu aku kembali kesini karena aku ingin membawamu kembali. " Jelas Julian sambil membawa Qiara ke pelukannya.     

"Aku selalu penasaran, kenapa seorang Julian bisa mencintaiku disaat aku kasar padanya. Tidak hanya itu, aku juga sering kali membangkang padamu. Tapi, cintamu tidak pernah berubah, kenapa? " Qiara mendongak menatap wajah Julian dengan jantung yang deg-degan.     

Tanpa mengatakan apapun, Julian mencubit pipi Qiara sambil tersenyum.     

"Auuu sakit .... Kenapa kamu mencubit ku? " Tanya Qiara sambil meringis kesakitan.     

"Karena kamu sangat menggemaskan, itulah sebabnya cintaku tidak pernah bisa hilang darimu. " Jawab Julian setelah mencium pipi Qiara yang baru saja ia cubit.     

"Hahaha ... Apa kamu sedang merayuku?" Tanya Qiara setelah ia tertawa lepas karena menganggap Julian sangat lucu.     

Melihat Qiara tertawa lepas, Julia tersenyum bahagia karena dia sangat jarang menemukan senyum Qiara setelah mereka kembali bersama.     

Berada di samping Julian saat ini adalah hal yang luar biasa bagi Qiara, dia jatuh cinta seperti anak remaja, namun diwaktu yang bersamaan dia juga merasa menyesal karena terlambat menyadari akan betapa cintanya dia pada Julian.     

"Ya sudah, ayo kita istirahat karena sebentar lagi pagi! " Kata Julian.     

Qiara pun langsung mengangguk karena dia juga masih sangat mengantuk. Seketika itu Julian membawanya tidur dalam keadaan berpelukan.     

'Tuhan ... Terimakasih karena sudah memberikan suami sebaik Julian.'Batin Qiara.     

Keesokan Paginya.     

Julian membawa Qiara jalan-jalan disekitar komplek rumah mewah Julian yang sejuk dan nyaman.     

"Apa kamu tahu kenapa aku membawamu jalan -jalan di pagi hari ini? " Tanya Julian sambil melihat ke langit.     

"Kenapa? "tanya Qiara yang memang tidak memiliki sisi romantis itu.     

"Karena dulu aku selalu melihat Papa membawa Mama jalan-jalan, setelah itu mereka tertawa bersama setiap kembali ke rumah. Dan setiap aku melihat senyum mereka di meja makan saat sarapan, detik itu juga aku berpikir akan melakukan hal yang sama agar aku bisa hidup bahagia sampai tua seperti mereka. " Jawab Julian dengan semangat.     

"Apakah berkata-kata dengan manis adalah ke ahlian mu?" Tanya Qiara sambil tersipu malu.     

Julian menggeleng lalu berkata," Aku tidak pandai dalam hal seperti itu karena dari dulu aku di kenal sebagai lelaki yang kaku dan sangat dingin. Tapi, semenjak menikah denganmu, semua itu muncul secara alami. "     

Qiara hanya tersenyum malu karena ia berpikir kalau Julian sangat manis pagi ini. Ia pun melupakan kejadian berat malam tadi.     

Sesaat kemudian, Julian berdiri di depan Qiara sambil tersenyum.     

"Ada apa lagi? "tanya Qiara dengan heran.     

"Apakah kamu mau menjadi istriku? "tanya Julian.     

Qiara terdiam dengan ekspresi bingung. Setelah itu ia bertanya," Istrimu? Maksudnya apa? Bukanlah aku sudah menjadi istrimu? "     

"Harusnya aku melakukan ini sebelum kita menikah, tapi aku merasa tidak apa-apa untuk melakukannya walaupun kita sudah menikah. " Jawab Julian sambil menggenggam kedua tangan Qiara.     

Qiara tidak bisa berkata-kata lagi, karena jawaban Julian sudah mampu membekukan darahnya, dia menunduk malu karena merasa tersanjung.     

Seketika itu Julian merasa gemas pada gadis kecilnya itu, ia pun berlutut sambil mendongak lalu berkata, "Qiara , maukah kamu menjadi teman dalam susah dan senang ku? Menjadi ayah dari anak-anakmu dan berada di sampingmu sampai tua?. "     

Qiara merasa terbius dengan kalimat sederhana Julian.     

"Apakah kamu benar-benar ingin menua bersamaku? " Tanya Qiara sambil menatap Julian dengan curiga.     

"Harusnya tanpa aku beritahu kamu sudah tahu jawabannya. "     

"Aku tahu. " Setelah mengatakan itu Qiara pun memeluk Julian dengan erat.     

"Terimakasih atas cinta yang besar ini." Ucap Qiara. Julian pun hanya mengangguk sambil mengeratkan pelukannya.     

"Sebelum kembali ke rumah, aku ingin memperlihatkan mu sesuatu apa kamu mau! " Tanya Julian setelah melepaskan pelukan mereka.     

"Iya." Jawab Qiara dengan senang hati.     

Seketika itu Julian langsung membawa Qiara ke tempat yang dia maksud.     

Untuk sesaat, Julian mencoba mengesampingkan masalah yang lain karena hari ini ia ingin melepaskan semua lelahnya dengan membuat Qiara merasa bahagia      

 Beberapa menit kemudian.     

Mereka berdua sampai di belakang rumah mewah Julian.      

"Ya ampun, sangat indah. Kapan kamu melakukannya? " Tanya Qiara setelah melihat keindahan taman belakang rumah itu yang sudah dihiasi oleh Julian.     

"Kapan aku melakukannya itu tidak penting, karena yang lebih indah dari ini masih ada. " Bisik Julian sambil memeluk Qiara dari belakang.     

Seketika itu mata Qiara terbelalak melihat keindahan yang terpampang di depannya sambil merasakan hangatnya pelukan Julian.     

"Apa yang lebih indah dari ini? Apakah itu ada di kamar? " Tanya Qiara sambil melirik Julian.     

"Itu kamu. " Jawab Julian sambil mencuri ciuman di pipi Qiara.     

Seketika itu pipi Qiara merah merona, ia merasa kembali jatuh cinta kepada Julian saat mendengar apa yang baru saja Julian katakan.     

"Gombal... "     

"Aku tidak pandai merangkai kata, oleh karena itu setiap yang terucap dari mulutku adalah fakta. " Setelah itu Julian memutar tubuh Qiara agar menghadapnya. Seketika itu Qiara menatap mata Julian dengan penuh arti.     

"Sayang, mari hidup selamanya bersama anak-anak kita. Jangan berpisah lagi karena aku tidak akan sanggup pisah dari kamu! " Ucap Julian dengan ekspresi memohon.     

Seketika itu Qiara meneteskan air mata setelah mendengar ucapan Julian. Ada rasa bahagia sekaligus sedih di hatinya karena dahulu ia pernah menyia-nyiakan lelaki di depannya itu.      

Tidak lama setelah itu Julian mengeluarkan satu kotak kecil berwarna putih. Ia menyodorkannya kepada Qiara sambil tersenyum.     

"Ini apa? " Tanya Qiara sambil menatap tajam kearah Julian.     

Tanpa mengatakan apapun, Julian langsung membukanya dan mengeluarkan satu cincin berlian yang sangat indah.      

Seketika itu Qiara menutup mulutnya karena kaget dan tidak menyangka.      

"Oh astaga... Kenapa kamu memberiku hadiah seperti ini? " Tanya Qiara lagi dengan heran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.