Istri Kecil Tuan Ju

Akan Aku turuti Maumu.



Akan Aku turuti Maumu.

0Ruang Tamu.      
0

Sementara itu, Nathan masih berlutut di hadapan Tuan Jhosep dengan berlinang air mata. Hatinya sakit saat membayangkan reaksi Yumi ketika membaca surat darinya.     

"Haruskah orang yang terhormat seperti anda melalukan semua ini, membunuh seseorang adalah tindakan yang tercela. Sekarang Papa puas karena sudah membuat anak Papa hancur seperti ini?" Teriak  Jasmin yang baru pertama kali kembali ke rumah setelah bertahun-tahun itu.     

Untungnya,  Sarah sedang istirahat di kamar sehingga ia tidak mendengar kekacauan itu.      

Jasmin yang sedang menemani Ibunya itu langsung keluar saat mendengar suara Nathan yang sedang bertengkar dengan Papanya.     

Hati Jasmin sakit melihat Nathan diperlakukan sekejam itu oleh Papanya.     

"Papa ... Melakukannya karena dia sudah bersalah. Selain itu, Papa melakukannya demi kebaikan Nathan. Sedangkan untuk gadis gendut itu, dia pantas menerimanya karena sudah merayu putraku, walaupun begitu dia pantas untuk hidup tapi hidup menderita. " Jawab Tuan Jhosep dengan tatapan yang mengerikan.     

"Aku yang salah, kenapa gadis itu yang harus Papa hukum?  Kenapa Papa membunuh Ibunya?" Teriak Nathan dengan tatapan yang menyala.     

"Aku tahu kamu yang salah begitu pun juga dengan dia. Oleh  karena itu kalian akan menerima hukuman masing-masing. Tapi, aku akan mengampuni kalian karena sudah berpisah. Jika tidak, Ayah akan menghancurkan kalian berdua. Soal kematian Ibunya, itu bukan karena Ayah. Melainkan dia sendiri yang lemah." Kata Tuan Jhosep tanpa rasa bersalah.     

Mendengar semua itu, kebencian terpancar di mata Jasmin, ia menyesal kembali ke rumah Papa nya yang masih belum juga berubah. Selain itu, dia juga merasa bersalah atas kematian Ibu Yumi.     

Tepat saat itu, satpam memberikan mereka kabar kalau Yumi sudah mengambil surat itu. Tuan Jhosep pun tersenyum.     

"Sepertinya gadis gendut itu tidak boleh aku remehkan, oleh karena itu aku harus mengawasinya! " Ucap Tuan Jhosep.     

"Apa yang ingin Papa lakukan lagi kepadanya? " Teriak Nathan sambil memukul meja di depan Ayahnya.     

"Aku akan putusan apa yang akan aku lakukan padanya. Jika dia tidak mengganggu maka aku akan membiarkannya hidup dengan tenang. Tapi, jika dia membuatku marah, maka aku tidak akan membiarkan dia hidup dengan tenang. " Jawab Tuan Jhosep sambil menatap sinis kearah Nathan.     

"Papa memang tidak berubah, dimana hati Papa? Tidakkah cukup Papa menyakiti  Ibu Rena? Mencampakkan gadis tidak bersalah itu?" Teriak Jasmin yang sudah tidak bisa menahan amarahnya.     

Plak ...      

Satu tamparan yang keras mendarat di Pipi Jasmin.     

"Argg ... " Jasmin terjatuh sambil memegang pipinya.     

"Kakak tidan apa-apa?" Tanya Nathan sembari membantu kakak nya bangun.     

"Kakak baik-baik saja! " Setelah itu Jasmin berdiri sambil menatap tajam kearah Papa nya.     

"Ada apa dengan Ibu Rena?" Tanya Nathan dengan penasaran.     

Nathan tiba-tiba teringat bagaimana Rena sangat membenci dia. Apa mungkin karena itu ulah Papanya?     

"Aku akan membawa Mama ke Amerika, dia terlalu baik untuk tinggal bersama iblis sepertimu. " Setelah mengatakan itu Jasmin berlari menuju kamar Mama nya.      

"Jasmin ... Berhenti kamu ... !" Teriak Tuan Jhosep dengan geram      

Nathan masih bingung dengan apa yang Jasmin sudah katakan, namun yang pasti ia harus membela kakaknya.     

"Tangkap anak pembangkang itu!" Perintah Tuan Jhosep pada pengawalnya.      

Seketika itu, mereka semua menyusul Jasmin.      

"Lepasin aku!" Teriak Jasmin yang hampir saja membuka pintu kamar Mama nya.      

Mereka tidak mau melepaskan Jasmin, mereka malah menyeretnya ke hadapan Tuan Jhosep.     

"Seret dia ke gudang!" Seru  Tuan Jhosep kepada pengawalnya yang sudah membawa Jasmin ke hadapannya.     

Seketika itu mereka semua menahan Jasmin dan menyeretnya menuju gudang.     

"Papa, tolong jangan sekap Kakak Jasmin, biarkan dia pergi. Sebagai gantinya aku akan melakukan apa saja yang Papa perintahkan!" Kata Nathan sambil memeluk kaki Papa nya dengan erat.     

"Nathan ... Jangan lakukan itu jika kamu tidak mau menyesal... " Teriak Jasmin yang tidak rela membiarkan adiknya berkorban demi dia.     

Sayangnya Nathan tidak memperdulikannya, ia tetap memohon sambil memeluk erat kaki ayahnya.     

"Baiklah, kamu pergilah ke kamarmu dan tunggu perintah dari Papa. Jika kamu patuh, maka Papa akan membiarkan kakak mu pergi." Kata Tuan Jhosep.     

Nathan langsung mengangguk dan segera berlari menuju kamarnya.     

Setelah itu Tuan Jhosep memerintahkan pengawalnya membawa Jasmin keluar dari rumah dan tidak di izinkan untuk bertemu dengan Mama nya lagi.     

Di kamar Nathan.     

Nathan duduk di ranjangnya, ia sangat marah pada dirinya sendiri, ia membenci dirinya karena ia tidak bisa menghentikan kekejaman Ayahnya pada wanita yang ia cintai.     

'Yumi ... Tolong maafkan aku karena sudah membiarkanmu berurusan dengan Papaku. Harusnya aku tidak pernah kembali padamu dan membiarkan mu untuk hidup bebas mengepakkan sayap mu. Sekarang aku sadar kalau cintaku hanya akan melukai kamu.'Batin Nathan sembari menangis tersedu.     

Penyesalan selalu datang terlambat sehingga ia tidak tahu harus berbuat apa untuk menolong Yumi. Dia juga tidak tahu apa yang Papa nya sudah rencanakan untuk Yumi.     

Rumah Kevin.     

Tidak lama setelah itu, Yumi sampai di rumah Kevin.  Yumi keluar dari mobil dengan bantuan Kevin.     

Sesaat kemudian.     

"Apakah kamu sudah makan?" Tanya Kevin sambil menatap Yumi dengan kasihan setelah mereka berada di dalam rumah.     

"Aku ingin istirahat." Jawab Yumi sambil menunduk karena yang dia butuhkan memang istirahat.     

"Baiklah, aku akan mengantarmu ke kamar." Kata Kevin yang tidak mau banyak bertanya.     

"Apakah aku boleh minta tolong?" Tanya Yumi sebelum Kevin membantunya kembali ke kamar.     

"Katakanlah!"      

"Kemarin aku mendapatkan pemberitahuan kalau aku mendapatkan beasiswa untuk belajar musik di Royal College Music, Inggris, akan tetapi aku belun melakukan registrasi dan batasnya hingga minggu dapan. Aku ingin pak Kevin membantuku untuk berangkat ke sana, karena aku tidak ingin menunda apapun lagi. Awalnya aku ingin membatalkan kepergianku makanya aku menyimpannya. Tapi, sekarang aku ingin pergi secepatnya." Kata Yumi dengan tatapan yang berapi-api.     

Sebenarnya ia malu karena takdir terus mempertemukannya dengan Kevin. Ia tidak mengerti kenapa bisa ia selalu terlibat dengan Kevin. Namun, satu yang pasti. Kalau Kevin adalah penyelamatnya.      

Kevin terkesan dengan tekat Yumi yang sudah bulat, kali ini dia setuju untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Salain itu, jika Yumi pergi jauh maka tidak akan ada yang bisa meremehkan ataupun menyakitinya.     

Kevin memegang tangan Yumi sembari berkata," Malam ini juga kamu bisa berangkat, aku akan menemanimu bersama Gavin. Setelah itu kembalilah kesini dengan kekuatan yang maksimal agar tidak akan ada lagi yang bisa melukai dan menganggap mu remeh.  Kamu pasti bisa!"      

Entah kenapa, Yumi tersenyum lebar saat Kevin menyebut nama Gavin. Tentunya ia sangat senang jika Gavin bisa ikut atau menemaninya saat di sana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.