Istri Kecil Tuan Ju

Mendatanginya.



Mendatanginya.

0Helena ikut tersenyum licik karena ia tiba-tiba memiliki ide bagaimana ia harus membuat Julian membenci Qiara. Selain itu dia kembali percaya diri kalau Julian akan menyukainya.     
0

'Qiara ... Aku tidak menyangka kalau kamu sudah menggenggam emas, tapi itu tidak akan lama. Jika Julian tahu kalau kamu sudah pernah  tidur bersama lelaki lain di Hotel enam tahun lalu,  aku yakin Julian akan langsung menceraikan mu. Ternyata, sekaranglah waktunya aku menggunakan vidio itu.'Batin Helena.     

"Ibu, aku akan kembali ke Istana Flory sekarang, soal Qiara dan Julian, aku pasti akan mengurus mereka. Ibu percaya saja padaku karena aku adalah anak Ibu yang cantik dan licik." Kata Helena sambil tersenyum dengan bangga.     

"Baiklah, aku akan tunggu kabar darimu." Kata Ibu dengan penuh harap.     

"Kalau begitu, aku pamit sekarang Ibu!" Setelah itu Helena pergi meninggalkan rumah orang tuanya tanpa sepengetahuan Ayahnya yang sudah tidur lebih dahulu.     

Setelah kepergian Helena, Ibunya  langsung menghubungi Qiara. Ia mendapatkan nomer Qiara dari ponsel suaminya.     

"Halo?" Terdengar suara Qiara dari seberang telpon.     

"Selamat malam artis kecil, ini aku ibumu!" Jawab Ibu sambil tersenyum licik.     

"Ada urusan apa anda menelpon ku?" Tanya Qiara dengan ketus dari sebarang telpon.     

"Aku hanya ingin mengatakan, kalau aku akan membuatmu menyesal karena sudah berani merahasiakan pernikahan mu dengan Julian lima tahun yang lalu.".     

Kaki Qiara gemetar saat mendengar apa yang Ibu tirinya itu katakan, tapi ia sudah siap untuk menghadapi hari dimana semua orang akan tahu hubungan nya tanpa sengaja.     

"Ibu juga tahu kalau kamu punya anak lelaki, tapi sepertinya anak itu tidak mengakui mu, bagaimana kalau Ibu mengajaknya bermain lalu memberitahunya tentang siapa ibu kandungnya?"      

Qiara semakin gemetar karena ancaman Ibu tirinya tidak bisa ia remehkan.     

"Jangan pernah anda berani menyentuh anakku. Jika anda berani mendekatinya lalu menyakiti dia seujung kuku pun maka aku akan melakukan hal yang tidak pernah anda pikirkan sebelumnya. Selain itu, aku tidak tahu ayahku memiliki istri, jadi bagaimana mungkin aku memberitahu tentang pernikahanku?." Ucap Qiara sambil mengepalkan tinjunya.     

"Hahaha ... Aku memang bukan ibu kandungmu. Tapi, baiklah aku tidak akan menyakitinya melainkan memperbaiki apa yang keliru."      

"Aku tidak perduli dengan apa yang anda katakan tentang diriku, yang jelas aku tidak akan pernah membiarkan anda menyentuh anak ku!" Setelah itu Qiara menutup panggilan dengan paksa karena ia merasa sangat marah.     

Ia baru saja selesai syutinv, badannya terasa lelah, tidak ada suami dan anak yang bisa menghiburnya, tapi yang ada malah ular betina menelponnya dan mengubah mood nya menjadi makin jelek.     

Sesaat Kemudian, Qiara memejamkan matanya karena terlalu lelah, awalanya ia ingin menelpon Julian untuk bicara dengan Zio, akan tetapi ia tidak bisa setelah melihat jam yang menunjukkan pukul dua  belas malam.     

Paris.      

Sementara itu, Maxwell duduk di depan jendela kamarnya  dengan tatapan yang menyala buas.     

"Pemilik kebun anggur itu sedang berada di rumahnya. Ia baru saja melakukan perjalanan bisnisnya di Amerika." Kata anak buahnya yang sudah berdiri di sampingnya sejak tadi.     

"Apakah ia bersama keluarganya di rumah itu?" Tanya Maxwell sambil memainkan korek api emas miliknya.     

"Keluarganya tinggal di Amerika. Ia hanya berkunjung ke Paris saat ia sedang  melakukan bisnisnya. Rumornya, ia akan segera pindah ke Amerika setelah ia menjual kebun anggur dan beberapa aset berharganya. "      

Maxwell tersenyum setelah mendengar kabar itu. Ia pun segera berdiri dan menatap anak buahnya dengan tatapan yang mengerikan.     

"Apa yang harus saya lakukan bos?" Tanya anak buahnya sambil berdiri dengan tegap.     

"Kamu tidak perlu melakukan apapun. Ajaklah semua teman-temanmu untuk makan di restauran paling enak disini. Sementara itu, aku akan pergi sendiri untuk menemuinya. " Setelah mengatakan itu, Maxwell segera pergi meninggalkan anak buahnya tanpa membawa senjata apapun.     

Seketika itu, anak buahnya menjadi bingung dan heran. Ia tidak bisa menebak apa yang akan Maxwell lakukan.     

Setelah itu, ia pun segera keluar dari kamar bosnya.      

Maxwell berjalan dengan pelan melewati lorong menuju Lift.      

Seketika itu, ia langsung menghubungi kakeknya yang sedang berada di London.     

"Halo ... " Terdengar suara tuan Adamson dari seberang telpon.     

"Apakah kakek masih ingin menjadi kebun anggur di Paris itu sebagai hadiah ulang tahun nenek?" Tanya Maxwell.     

"Tentu saja. Nenekmu selalu menyebut kebun anggur itu. Katanya, ia ingin menjadikannya tempat berkumpul keluarga agar mereka semua ikut merasakan kebahagiaan dari tempat yang sudah mempertemukan kami." Jawab Tuan Adamson.     

"Baiklah, aku akan mendapatkan kebun itu buat kakek. Aku tutup sekarang!" Setelah itu, Maxwell menutup panggilannya lalu masuk ke Lift.     

'Aku akan segera menyelesaikan semua ini. Karena aku ingin cepat kembali untuk bertemu Qiara. Aku sungguh merindukan perempuan itu. Julian ... Aku tidak hanya akan mengambil kebun darimu. Tapi, aku juga akan mengambil istrimu. Maaf, aku sudah memutuskannya dan tidak ada yang bisa mengganggu gugat keputusanku.' Batin Maxwell sambil tersenyum licik.     

Beberapa saat kemudian.     

Mobil Maxwell berhenti di salah satu rumah mewah yang dijaga ketat oleh begitu banyak pengawal.     

"Robert ... Kamu terlalu berlebihan." Setelah mengatakan itu, Maxwell meminta Rafael untuk memberitahu kan kedatangannya pada pengawal itu agar mereka mau membuka gerbangnya.     

"Kalian siapa dan mau apa?" Tanya seorang pengawal sambil mengarahkan pistolnya kearah Rafael dan Maxwell.     

"Bos ku ingin bertemu Tuan Robert. Apakah dia ada di dalam!" Kata Rafael sambil menunjuk kearah Maxwell yang masih duduk santai di belakang.     

Tentu saja mereka mengenal Maxwell karena Maxwell sudah beberapa kali datang ke rumah besar itu.     

"Silahkan masuk!" Pengawak itu pun segera membukakan pintu buat Maxwell karena mereka tidak ingin kena masalah.     

Sesaat Kemudian.     

Maxwell keluar dari mobilnya setelah Rafael membukakan pintu untuknya.     

"Lain kali, jangan membukakan aku pintu. Karena kamu adalah orang penting bagiku." Ucap Maxwell sambil tersenyum kearah Rafael.     

"Siap bos." Sahut Rafael dengan patuh.     

"Sekarang, waktunya kita menjadi tamu yang baik!" Setelah mengatakan itu, Maxwell memimpin perjalan masuk menuju rumah Tuan Robert.      

Rafael mengikuti Maxwell dengan patuh. Akan tetapi, perasaannya masih dalam mode waspada karena ia tahu betul bagaimana mengerikannya Maxwell saat sedang marah. Ia tahu betul kalau senyum Maxwell itu palsu.     

'Aku berharap Tuan Robert menyelamatkan dirinya dengan mengikuti kemauan bos Maxwell. Jika tidak, kemungkinan ia akan menyesal. 'Batin Rafael dengan sedikit tegang.     

Sesaat kemudian.     

Pelayan rumah itu membawa mereka bertemu dengan bosnya di kolam renang. Karena Tuan Robert sedang menghabiskan masa liburannya dengan berenang.     

Tepat saat itu, mata Robert membulat sempurna saat melihat kedatangan Maxwell dan Rafael.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.