Istri Kecil Tuan Ju

Aku Tidak Pintar!



Aku Tidak Pintar!

0Qiara langsung tersadar dari lamunannya saat mendengar suar Zio.     
0

"Maafkan tante karena sudah diam! Kalau begitu, ayo kita sarapan!"     

Zio pun mengangguk dan pergi ke ruang makan bersama Qiara.     

Setelah selesai sarapan, Qiara mengantar Zio ke sekolahnya bersama Bibi Liu.      

"Sayang ... Kamu sekolah nya yang rajin ya agar kamu pintar! Tante sangat mencintaimu!" Ucap Qiara sambil menatap lembut kearah Zio.     

"Aku tidak pintar." Sahut Zio tanpa ekspresi.     

Qiara mengerutkan dahinya karena dia bingung kenapa Zio mengatakan itu. Padahal Julian pernah memberitahunya kalau Zio itu memiliki IQ yang tinggi.     

Bibi Liu hanya berdiri di samping Zio tanpa mengatakan apapun.     

"Sayang ... Kamu itu pintar. Dan akan semakin pintar apabila kamu bisa belajar dengan rajin." Kata Qiara sambil tersenyum.     

Zio terlihat menarik nafas dan menggeleng kepalanya.      

"Ada apa sayang? Apakah tante salah?" Tanya Qiara dengan cemas karena ia takut menyinggung hati Zio yang kecil dan lembut itu.     

"Tante ... Zio itu tidak pintar. Tapi, Zio ini cerdas." Ucap Zio.     

Qiara langsung terdiam karena ia semakin bingung. Apa bedanya pintar dan cerdas?      

Qiara tertawa kecil sambil menggaruk lehernya karena tidak bisa mengerti bagaimana cara berfikir Zio.     

"Sayang ... Bisakah kamu jelaskan pada Tante apa perbedaan cerdas dan pintar?" Qiara adalah perempuan yang tidak suka penasaran, oleh karena itu ia membuang rasa malunya untuk bertanya pada Zio.     

Selain itu, dia juga ingin tahu seperti apa anak yang memiliki IQ tinggi ini.     

"Di dalam kecerdasan itu ada kepintaran. Namun, di dalam kepintaran belum tentu ada kecerdasan. Orang pintar mengandalkan pengetahuan, orang cerdas mengandalkan logika dan pengetahuan. Orang pintar lebih disiplin dan teratur, orang cerdas lebih kreatif. Orang pintar berpikir panjang sehingga tidak berani  mengambil resiko, sedangkan orang cerdas berusaha menghilangkan resiko. Dan Zio, adalah orang yang cerdas."      

Qiara dan Bibi Liu merasa kagum mendengar penjelasan singkat Zio. Ia terlihat seperti seorang dosen yang sedang menjelaskan satu materi kuliah kepada mahasiswa nya.      

"Ya ampun ... Aku beruntung bisa bertemu bintang kecil yang cerdas ini. Kamu luar biasa sayang! Ya sudah, kamu masuk ke sekolah dan jadilah anak yang baik! Tante akan pergi sekarang!" Ucap Qiara sambil memeluk tubuh kecil yang lembut dan menggemaskan itu.     

Rasanya, Qiara sangat berat meninggalkan Zio. Ia ingin sekali menjadi orang tua yang bisa menunggu anaknya hingga pulang sekolah. Tapi, keadaan sangat berbeda dari kenyataannya.      

"Tante kalau mau pergi maka pergilah, jangan memeluk Zio terlalu lama karena Zio malu di lihatin teman-teman."      

Qiara langsung melepaskan pelukannya sambil tersenyum karena ia tidak menyangka kalau anaknya bisa malu juga.      

"Maafkan tante sayang. Ya sudah, kamu masuk dulu baru tante pergi!"      

"Iya. " Setelah itu, Zio segera dibawa masuk oleh Bibi Liu.      

Qiara pun segera menoleh kearah sopirnya.      

"Saya akan menggunakan taxi, oleh karena itu bapak pulang saja sekarang." Kata Qiara.      

"Maaf nyonya, saya ditugaskan untuk tetap disini sampai sekolah bubar agar tuan kecil tidak perlu menunggu kedatangan saya!" Kata Sopir itu.      

"Baiklah kalau begitu, saya pergi sekarang!" Setelah itu Qiara memperbaiki kaca mata hitamnya dan selendang merah yang menutupi kelapanya hingga ke leher agar tidak ada yang bisa mengenalnya.      

Sesaat kemudian, Qiara masuk ke dalam Taxi dan duduk dengan tenang di bagian belakang.     

"Mau kemana nona?" Tanya sipir taxi itu.      

Qiara yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya itu langsung mendongak melihat kearah supir taxi itu dengan ekspresi yang rumit karena ia merasa mengenal suaranya.      

Tanpa menjawab, Qiara pun menarik topi yang supir taxi itu gunakan dari arah belakang.     

Seketika itu Qiara terkejut melihat siapa orang yang duduk di belakang bangku pengemudi.      

"Hi ... " Sapa nya sambil tersenyum dari balik spion depan.      

"Bos Maxwell? Kenapa anda menjadi supir taxi seperti ini? Apakah ini pekerjaan sampingan bos?" Tanya Qiara dengan heran.     

"Taxi ini khusus mengantarkan kamu ke tujuan. Jadi, kamu harus bersyukur karena taxi ini juga gratis. "Jawab Maxwell sambil tersenyum lebar.     

Qiara menepuk jidatnya sambil bersandar di bangku pengemudi. Ia tidak menyangka kalau bosnya semakin hari semakin aneh saja.     

'Sepertinya dia sudah tidak waras. Bukankah dia bos besar YM Grup? Apa dia tidak sibuk seperti Julian sehingga ia memiliki waktu menjadi supir taxi?' Batin Qiara sambil mengatur nafasnya karena sudah dikejutkan oleh Maxwell.     

"Nona ... Apakah anda mau ke kantor YM Entertainment?" Tanya Maxwell lagi yang melakoni perannya dengan baik sebagai sopir taxi.     

"Iya. " Jawab Qiara dengan malas.      

"Baiklah, kita akan sampai dalam waktu lima menit!" Setelah mengatakan itu, Maxwell kembali memasang topinya lalu mempercepat laju mobil taxi itu.     

Qiara tidak perduli dibawa ngebut oleh Maxwell karena pikirannya sedang kacau gara-gara Julian tidak juga bisa di hubungi. Sekarang, dia tambah cemas karena Maxwell sedang bersamanya. Bagaimana kalau Julian tahu?     

Beberapa saat kemudian.     

"Nona, kita sudah sampai di depan YM Entertainment. Apakah nona tidak mau turun?" Tanya Maxwell sambil menoleh kearah Qiara yang sedari tadi terdiam.     

Qiara pun langsung tersadar dan melihat Maxwell.     

"Oh ... Kita sudah sampai. Kalau begitu saya akan turun sekarang. Oh iya, terimakasih untuk tumpangannya, lain kali bos jangan lakukan ini karena saya tidak nyaman! Permisi!" Setelah mengatakan itu, Qiara bergegas keluar dari taxi tanpa menunggu apa yang akan Maxwell katakan.     

Maxwell hanya tersenyum mendengar perkataan Qiara. Jika cara ini membuat Qiara tidak nyaman, ia masih punya cara lain untuk bisa mengambil hati Qiara.     

Setelah itu, Maxwell meninggalkan YM Entertaimen karena ia harus segera pulang untuk menyiram kebunnya.     

Sementara itu, Qiara seperti orang linglung saat ia berjalan menuju pintu masuk.      

Tepat saat itu, Qiara berhenti sebelum sampai di pintu utama karena ia melihat banyak orang yang menghalangi pandangannya di depan.     

Pintu utama kantor YM Entertainment  ini dipenuhi dengan para wartawan yang sedang memegang mikrofon dan kamera.     

Ia juga melihat seorang perempuan berdiri dengan tegak di depan pintu sedang menjawab pertanyaan para wartawan itu.     

Qiara pun mencoba untuk lebih dekat agar ia bisa mendengar apa isi dari wawancara para wartawan dengan perempuan itu, karena sepertinya ada berita yang sedang heboh sehingga para wartawan dari berbagai perusahaan mengerumuni YM Entertainment.     

'Bukankah dia adalah Helena?' Batin Qiara setelah melihat dengan jelas siapa perempuan yang sedang di wawancara itu.     

"Nona Helena ... Apakah kabar yang beredar tentang wasiat dari kakak anda itu benar? Bahwa dia ingin anda menikah dengan dengan tuan Ju? Ada berita yang beredar kalau kakak anda adalah pacar tuan Ju yang sangat di cintai. Apa itu artinya kalau tuan Ju akan mengikuti wasiat itu demi orang yang dia cintai?"     

Badan Qiara menjadi tegang. Ia tidak menduga kalau Helena menggunakan kisahnya dengan Julian untuk meningkatkan popularitas nya yang hampir hancur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.