Istri Kecil Tuan Ju

Aapkah Harus Bercerai?



Aapkah Harus Bercerai?

0'Sial ... Kenapa aku tidak berpikir untuk menyingkirkan Vidio CCTV itu? Harusnya aku membereskannya terlebih dahulu!' Batin Daniel.     
0

Setelah menonton video itu. Zen Luan mengangkat tongkatnya lalu memukul punggung Daniel dengan keras.     

"Argg ... " Daniel meringis kesakitan karena pukulan Zen Luan sangat keras. Tapi, ia tidak bisa melawan karena itu adalah hukuman yang pantas buatnya.     

"Dasar anak tidak tahu diri ... Beraninya kamu berbuat kasar pada istrimu sendiri. Aku saja tidak pernah memperlakukan nenekmu seperti itu. Kamu pantas mendapatkannya!" Kata Zen Luan sambil memikul Daniel tanpa henti.     

Daniel terus menahan rasa sakit di punggungnya karena dia lelaki yang tidak boleh menunjukkan kelemahannya di depan wanita.     

Sedangkan Jasmin memalingkan wajahnya karena dia tidak mau melihat kekerasan yang terjadi di depannya.     

"Sekarang minta maaf pada istrimu!" Kata Zen Luan setelah mendorong Daniel ke hadapan Jasmin.     

Seketika itu Jasmin terkejut dan menjauh sedikit.     

"Kami akan memaafkannya asal Daniel mau menandatangani surat cerai ini!" Kata Julian sambil menjulurkan surat perceraian itu pada Zen Luan.     

Untuk sesaat, Zen Luan merasa harga dirinya diinjak-injak oleh Julian. Tapi, ia tahu betul siapa Julian yang tidak bisa ia anggap enteng.     

"Apakah harus bercerai?" Tanya Zen Luan.     

"Itu sudah menjadi keputusan kakak ku. Setelah itu, kita tidak akan ada urusan yang seperti ini lagi. Anggap saja mereka tidak pernah menikah. Karena aku juga akan menghapus semua surat-surat yang menunjukkan kalau mereka pernah menikah." Jawab Julian dengan tegas.     

"Aku tidak mau bercerai. Aku berencana untuk memperbaiki pernikahanku dengan Jasmin." Kata Daniel.     

Mendengar perkataan Daniel, Julian berdiri lalu menghampirinya. Tidak lama setelah itu, Julian langsung memberikan pukulan di wajah Daniel.     

"Aargg ... " Jasmin terkejut, ia tidak pernah melihat Julian seperti ini sebelumnya. Jika pun ia marah, pasti ia akan meminta pengawalnya untuk melakukannya.      

Zen Luan hanya diam karena dia tahu kalau Daniel memang pantas mendapatkannya.     

"Aku tegaskan sekali lagi padamu! Kakak ku adalah perempuan terhormat. Seumur hidupnya ia dijaga dan tidak pernah diperlakukan dengan tidak sopan. Tapi, kamu dengan berani melakukannya. Oleh karena itu, segera tanda tangani surat cerai itu sebelum aku bertindak lebih kejam dari ini." Julian tidak segan-segan mengancam Daniel di hadapan Zen Luan yang terhormat itu.     

"Julian hentikan ... Aku tidak mau tanganmu dikotori oleh lelaki seperti dia." Kata Jasmin sambil menarik lengan Julian untuk kembali duduk di sampingnya.      

Julian pun mengikuti perintah Jasmin dengan patuh.     

"Cepat tanda tangan!" Suara Zen Luan yang sangat dingin membuat Daniel berdiri dengan kaki yang gemetar.     

Setelah itu ia mengambil pulpen dan surat cerai itu. Tidak lama kemudian, ia menandatanganinya dengan ekspresi yang gelap.     

'Aku akan pastikan kalau keluarga JJ harus membayar penghinaan ini. Sekarang, kalian boleh menang. Dan untuk Jasmin, aku akan pastikan untuk membawamu kembali kepelukan ku.'Batin Daniel.     

Setelah semua selesai, Jasmin tampak bernafas lega. Ia merasa bahagia karena ia tidak lagi memiliki urusan dengan Daniel.     

"Tuan Zen Luan ... Terimakasih atas pengertian dan bantuannya. Saya akan mengingat hari ini. Kalau begitu, saya dan kakak saya mau pamit pulang agar kakak saya cepat istirahat!" Kata Julian dengan penuh hormat dan sopan.     

"Saya juga mau minta maaf sekali lagi karena ulah cucu saya. Kalau begitu, hati-hati di jalan!" Kata Zen Luan.     

Julian dan Jasmin pun segera berdiri. Setelah itu mereka menunjukkan hormatnya lalu pergi dari hadapan Zen Luan.     

Sesaat Kemudian.      

Julian dan Jasmin sudah berada di dalam mobil. Mereka duduk bersebelahan dan Andi sebagai supir mereka.     

"Terimakasih!" Ucap Jasmin dengan sedikit kaku karena ia tidak pernah mengucapkannya sebelum ini.     

"Tidak perlu berterimakasih. Aku melakukan apa yang seharusnya aku lakukan  sebagai adik." Sahut Julian sambil tersenyum manis.     

Jasmin pun mengangguk sambil tersenyum dan Julian merasa lega melihat senyum kakaknya lagi yang kembali tertuju padanya.     

Sementara itu, di suatu tempat perjamuan. Aurel mengajak Qiara untuk bertemu seseorang yang mengaku mengagumi Qiara.     

Qiara yang hanya tahu kalau itu pertemuan antara pemilik perusahaan iklan yang akan menggunakan jasanya itu pun terlihat patuh mengikuti Aurel tanpa banyak bertanya.     

"Halo Aurel ... Senang bisa melihatmu!" Kata seorang lelaki dengan jas hitam yang rapat dan penuh wibawa. Ia cukup tampan dan ramah.     

"Maaf CEO Eric  .. Kami sedikit terlambat. Oh iya, ini adalah Qiara!" Kata Aurel dengan ekspresi bersalah.     

Eric pun langsung menoleh ke arah Qiara sambil tersenyum lembut. Ia lalu berkata, "Halo Qiara ... Akhirnya kita bis bertemu."     

Qiara yang tidak fokus itu hanya diam, sehingga Aurel langsung menyenggol lengannya agar ia berhenti melamun.     

"Qiara ...  CEO Eric  sedang bicara denganmu!"      

Suara Aurel pun menyadarkan Qiara dari lamunannya.      

Qiara  menarik napas sejenak, menenangkan suasana hati secepat mungkin, lalu tersenyum dan memiringkan kepalanya melihat CEO Eric.     

"Iya, senang bisa bertemu anda juga." Jawab Qiara tanpa bisa membaca apa niat Aurel mempertemukan di dengan CEO Eric.     

Eric tersenyum mendengar ucapan Qiara yang terlihat seperti  gadis kecil yang menggemaskan.     

Melihat keadaan ini, Aurel mengedipkan matanya karena merasa puas melihat respon Qiara yang sopan dan ramah pada Eric dengan begitu ia akan mudah mendapatkan banyak iklan dari perusahaan Eric yang cukup terkenal di bidangnya walaupun tidak sebesar YM dan JJ Grup.     

Setelah itu, Aurel  mencari alasan untuk pergi. Sebelum ia benar-benar pergi, Aurel  memberikan isyarat tatapan mata pada Qiara agar melakukan yang terbaik.     

Setelah Aurel pergi, Eric dengan lancang memegang tangan Qiara. Seketika itu, Qiara langsung  menarik tangannya kembali sembari berkata, "CEO Eric, di sini terlalu ribut, bagaimana kalau kita mencari tempat yang lebih tenang untuk bicara?"     

Perkataan Qiara membuat Eric melihatnya dengan nakal. Rasa sukanya pun semakin besar sehingga ia langsung  menganggukkan kepala.     

"Kalau begitu mari ikuti aku sekarang!"Kata Eric dengan tidak sabaran.     

"Astaga ... Sepertinya aku perlu ke kamar mandi sebentar. Apakah anda mau menungguku?" Kata Qiara dengan tiba-tiba.     

"Baiklah. Aku akan menunggumu. Tapi, jangan lama-lama ya!"      

"Tentu!" Setelah itu Qiara segera pergi dari hadapan Eric.      

Akan tetapi, Qiara malah ikut membaur bersama banyak tamu yang hadir di perjamuan itu.     

Setelah itu, Qiara  mengambil segelas champane dari nampan pelayan yang melintas, lalu mencari tempat yang tidak terlihat untuk duduk menghilangkan lelah dan kesal pada sikap Eric yang sangat lancang.     

Tepat saat itu, beberapa wanita kalangan atas berjalan ke tempat duduk di sebelahnya, sambil minum champane mereka mulai bercerita satu sama lain.     

Awalanya Qiara mengabaikannya, tapi ia sedikit tertarik saat mendengar topik yang cukup suru. Ia pun memasang telinganya baik-baik tanpa harus melihat mereka yang sedang bercerita.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.