Istri Kecil Tuan Ju

Bersikap Aneh.



Bersikap Aneh.

0Qiara mengerutkan keningnya melihat sikap dingin Julian untuk pertama kalinya.     
0

"Bukankah kamu ingin menungguku selesai syuting agar kita bisa pulang bersama?" Tanya Qiara dengan heran karena Julian tiba-tiba berubah pikiran. Seketika itu Qiara merasa cemas.     

"Keluarlah sekarang dan Sampai ketemu di rumah!" Ucap Julian tanpa menjawab pertanyaan Julian.     

"Baiklah ... " Qiara pun segera keluar walaupun hatinya dipenuhi oleh banyak pertanyaan karena Julian tidak mau menoleh kearahnya.     

Setelah Qiara keluar, Julian segera pergi meninggalkan area Hotel tanpa mengucapkan kalimat romantis pada Qiara.     

Seketika itu Qiara merasa bingung dengan sikap Julian yang tiba-tiba berubah aneh dan sangat dingin.     

'Ada apa dengan Julian? Kenapa dia bersikap seperti itu? Apa ada yang salah dengannya? Atau, rasa cemburunya terlalu besar?' Batin Qiara yang mulai cemas.     

Setelah membatin, Qiara segera masuk ke Hotel karena ia harus menyelesaikan Syuting terakhirnya. Untungnya, Julian tidak tahu kalau dia sudah menangis.     

Sementara itu Julian segera mengemudikan mobilnya menuju Klub yang ada di kota itu untuk bertemu salah seorang temannya.     

Ia tidak bisa memberitahu Qiara dengan jujur karena ia harus menyiapkan diri untuk melawan Maxwell tanpa sepengetahuan Qiara. Sehingga ia terpaksa mengatakan kalau ia akan kembali ke kota A.     

Klub kelas Atas kota C.     

"Halo Julian!" Sapa Marion sambil berjabat tangan dengan Julian yang sudah duduk lebih dulu.     

"Duduklah!" Julian langsung mempersilahkan Marion untuk duduk.     

"Sekarang katakan apa keperluan mu meminta bertemu denganku di kota tercintaku ini wahai raja kota A?" Tanya Marion setelah duduk diseberang Julian sambil tersenyum nakal.     

Julian menatap Marion penuh arti sambil berkata, "Sejarah akan terulang lagi, Maxwell kembali membuat kompetisi."     

Marion terkejut karena ia tidak menyangka kalau dua sahabat yang dulunya berpisah dan berakhir saling membenci itu ternyata di pertemukan lagi.     

"Kompetisi apa lagi sekarang!" Tanya Marion setelah sadar dari keterkejutannya.     

Julian terdiam sesaat, ia lalu menyesap minumannya sampai habis. Setelah itu ia kembali menatap Marion dengan tatapan iblis nya.     

"Dia ingin merebut wanitaku lagi." Jawab Julian setelah melempat gelas yang air nya sudah habis ia minum itu.     

Marion mengerutkan keningnya karena seingatnya kalau Maxwell tidak pernah menunjukkan ketertarikan pada wanita setelah kematian Vania. Tapi sekarang dia malah ingin merebut wanita Julian lagi, apakah takdir sedang bercanda?     

"Apa kamu yakin kalau Maxwell menantang mu untuk urusan wanita? Apakah dia sudah menjadi lelaki normal kembali?" Tanya Marion dengan penasaran.     

Untuk sesat, Julia. Kembali terdiam karena hatinya sangat sakit saat mengingat kisah pilu di masa lalu itu.     

"Hey ... Kenapa kamu diam saja? Apa ada yang salah denganmu? Ayo jelaskan padaku agar aku bisa membantumu melawan Maxwell? Walaupun aku tidak bisa menjamin tingkat keberhasilan yang seratus persen. Tapi, kamu tahu kan kalau aku di juluki manusia dengan ide gila?" Kata Marion yang mulai tidak sabaran.     

Julian terlihat menarik nafas dalam, karena ia tidak punya pilihan selain membahasnya.     

"Aku tidak akan segugup ini jika bukan karena istriku akan di ganggu oleh orang seperti Maxwell. Selain itu, ia sudah berani menyentuhnya di hadapanku." Jawab Julian sambil mengepalkan tinjunya.     

"Hahahaha .... " Marion tertawa sambil bertepuk tangan karena ini merupakan hak yang sangat lucu baginya.     

"Kenapa kamu terlihat senang?" Tanya Julian dengan heran.     

Marion menarik nafas dalam setelah itu ia mulai mengatur nafasnya dan berkata,"Akhirnya dua sahabat yang dulu selalu bersama dan akhirnya berpisah karena kebencian sekarang kembali bertemu hanya karena urusan seorang wanita. Apakah itu tidak terlalu lucu?"     

Julian terdiam, ia masih ingat bagaimana hubungannya hancur dengan Maxwell sehingga yang tersisa hanyalah kebencian.     

"Dia lebih mencintai kebunnya dari pada seorang wanita. Dia tidak tertarik lagi pada seorang  wanita setelah kematian orang yang dia cintai.  Lalu,  bagaimana mungkin ia ingin berkompetisi denganmu lagi untuk urusan wanita?" Sambung Marion sambil menatap heran kearah Julian.     

"Itu dulu, tapi sekarang dia memiliki perasaan itu. Sayangnya, perasaannya itu tumbuh pada orang yang salah. Aku tidak akan membiarkan wanitaku sekaligus ibu dari anak ku diambil oleh orang lain untuk kedua kalinya." Setelah mengatakan itu, Julian segera pergi meninggalkan Marion karena ia tidak ingin bicara lama-lama tentang Maxwell.     

Marion menepuk dahinya karena bingung dengan sikap Julian.     

"Dia sudah lebih tua, tapi dia masih saja suka cemburuan. Tapi, aku penasaran ingin tahu siapa wanita yang mampu menarik Julian dan Maxwell dalam sebuah kompetisi lagi seperti dulu? Dua lelaki yang sebanding lalu siapa yang akan dipilih? Kalau aku jadi dia, aku akan pilih dua-duanya ... Hahahaha ... " Marion tertawa keras sambil memainkan gelas minumannya.     

Marion tidak sabaran untuk menunggu apa yang akan terjadi selanjutkan kepada dua orang yang dia kenal itu.     

Keesokan Paginya.     

Qiara terbangun dari tidurnya. Tapi, ia tidak menemukan Julian di sampingnya. Ia semakin bingung karena sejak pulang dari kota C  kemarin ia belum melihat Julian.     

Ia pun mencoba menghubungi nomer Julian, akan tetapi nomer Julian tidak aktif.     

"Ada apa dengan Julian? Kenapa dia pergi sepagi ini? Atau, dia tidak pulang semalam? Apa karena kemarin dia melihatku di pegang oleh Maxwell? Seperti itukah kalau Julian cemburu?" Qiara terus bertanya-tanya pada dirinya untuk menghilangkan rasa penasaran nya.     

Tepat saat itu, ia dikagetkan oleh suara ponselnya.     

Ia pun segera menjawabnya karena panggilan itu dari Aurel.     

"Selamat pagi kakak Aurel ... " Sapa Qiara setelah menggeser icon berwarna hijau di ponselnya.     

"Selamat pagi! Kamu dimana?" Tanya Aurel dari seberang telpon.     

"Aku baru bangun. Ada kakak?" Jawab Qiara dengan pelan karena ia memang masih merasa mengantuk.     

"Bisakah kamu ke kantor hari ini sebelum ke lokasi Syuting?"     

"Baiklah, aku akan ke kantor sekarang."     

"Kalau begitu aku tutup sekarang. Sampai ketemu di kantor!" Setelah itu Aurel mematikan obrolannya.     

Qiara pun meletakkan kembali ponselnya dan melenturkan tubuhnya setelah tidur cukup lama.     

Setelah itu, Qiara turun dari ranjang dan mencoba mengabaikan keberadaan Julian karena ia harus segera ke kantor.     

Beberapa saat kemudian.     

Setelah rapi, Qiara pun keluar dari kamar. Tapi, ia dikejutkan oleh Zio yang sudah berdiri di depan kamarnya.     

"Oh astaga ... Sayang, sejak kapan kamu ada disini?" Tanya Qiara sambil memegang dadanya karena kaget.     

"Papa bilang kalau aku harus mengajak tante untuk sarapan." Jawab Zio sambil mengedipkan matanya beberapa kali.     

Qiara terdiam sesaat. Ia bingung kenapa Julian justru bicara dengan Zio tapi tidak dengannya.      

'Ada apa dengan Julian?'Batin Qiara dengan perasaan yang mulai tidak tenang.     

"Tante ... Kenapa diam saja?" Tanya Zio dengan bingung.      

Qiara langsung tersadar dari lamunannya saat mendengar suar Zio.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.