Istri Kecil Tuan Ju

Dua Tuan Muda.



Dua Tuan Muda.

0"Ya ampun, saya kedatangan Tuan Muda Max. Apakah ini mimpi?" Tanya pak wali kota itu sambil memeluk Maxwell.     
0

Setelah itu, Max membalas pelukan pak wali kota dengan sedikit kesal karena ia paling tidak suka berpelukan sama lelaki.     

"Ini bukan mimpi. Aku serius ada disini. Sebenarnya aku datang hanya ingin melihat-lihat saja seperti apa jamuan minum teh itu." Kata Maxwell setelah melepas pelukannya.     

"Siapa pemuda ini Pak Wali Kota? " tanya Tuan Jhosep menyela pembicaraan Maxwell dan pak wali kota.     

"Dia adalah cucu tertua dari Adamson, namanya Maxwell Adamson. Apa kamu ingat? " Jawab Wali kota itu sambil menyentuh bahu Max.     

"Berarti dia adalah Presiden Direktur YM Grup! " Tuan Jhosep tercengang karena ia baru pertama kali bertemu sama pemimpin perusahaan sekaligus cucu tertua keluarga Adamson itu.      

Sebelumnya ia hanya tahu Viona, karena Maxwell tidak pernah muncul di hadapannya apabila dia sedang bertemu dengan Adamson.     

'Dia tampan dan berkuasa, sepertinya dia sebaya dengan Jasmin. Dia cocok menjadi menantuku. Kalau begitu aku akan meminta Jasmin pulang ke kota A untuk ku perkenalkan dengan pemimpin YM Grup.' Batin Tuan Jhosep dengan tatapan yang cerah karena dia sudah menemukan lelaki yang akan dia jodohkan kepada putri tercintanya.      

Sayangnya, dia tidak tahu kalau Jasmin sudah ada di kota A.     

"Kamu benar, dia adalah Presiden Direktur YM Grup. Tapi, dia sangat tertutup sehingga tidak banyak yang tahu tentang dia. Bahkan media pun tidak bisa mengorek tentang dia. Bukankah dia sangat tampan?"Kata Wali kota itu dengan bangga karena ia sudah mengenal Maxwell cukup lama.     

"Luar biasa, aku beruntung bisa datang kesini dan bertemu langsung dengan pewaris YM grup. Walaupun aku tidak begitu dekat dengan kakek mu tapi aku cukup mengenalnya. Senang bertemu denganmu!" Kata Tuan Jhosep sembari menjabat tangan Maxwell.     

"Terimakasih!" Ujar Max sambil tersenyum pahit karena dia merasa jijik menyentuh tangan Tuan Jhosep.      

"Papa?"      

Mendengar suara itu mereka langsung menoleh dan menatap Julian yang sudah berdiri tepat di hadapan mereka.      

"Oh ... Julian, akhirnya kamu datang juga. Bagaimana kabarmu? " Sambut Wali kota dengan ramah.     

"Baik Paman, maaf karena aku telat! " Ucap Julian dengan ekspresi menyesal.      

"Hari ini aku sangat bahagia, karena pemuda yang akan mambantu mengembangkan perekonomian kota A dan sangat sukses di bidangnya ada di acara sederhana ini, aku merasa tersanjung. Terimakasih kalian berdua sudah datang! " Kata Wali kota itu dengan tatapan yang berkaca-kaca.      

Seketika itu Julian menyadari keberadaan Maxwell lalu meliriknya dengan curiga, karena dia merasa Maxwell sedang menjalankan suatu rencana.     

'Kenapa manusia ini ada disini, apakah dia sedang merencanakan sesuatu yang buruk? 'Batin Julian.      

"Terimakasih atas pujian anda! " Kata Maxwell dengan penuh hormat.      

"Paman, ini terlalu berlebihan tapi terimakasih sudah mengatakan itu pada kami. " Sahut Julian mengikuti ucapan Maxwell dengan ramah dan penuh hormat.     

"Hahahaha .. Mereka berdua memang hebat, mereka tau bagaimana cara bicara dengan orang dewasa dan mereka sangat sopan, aku menyukai mereka. Kalau saja aku punya dua anak lagi, kemungkinan aku akan menjodohkan mereka. Sedangkan Sherly sudah menikah setelah di tolak sama Julian. " Ucap Wali kota itu sambil terkekeh.      

"Tentu saja, mereka berdua adalah simbol yang cerah untuk kota A. Sepertinya kita perlu bertemu dengan tuan Adamson untuk berterimakasih karena dia sudah mengirim cucunya hebat ke kota A. " Tambah Tuan Jhosep sambil tersenyum melihat Maxwell dan Julian.     

Maxwell merasa ingin muntah melihat sikap manis Tuan Jhosep yang memujinya secara berlebihan.      

Tuan Jhosep tampak senang melihat wali kota itu menyukai Julian juga, setidaknya di masa depan dia tidak akan kekurangan dukungan jika ia ingin menjabat untuk jabatan yang lebih tinggi dari seorang Menteri.      

"Tentu, kalau begitu mari kita nikmati pesta kecil ini!"     

"Oke."     

Setelah itu mereka semua kembali menikmati pesta.      

'Meskipun kamu memiliki seribu anak yang cantik sayangnya aku tidak akan pernah mau menjadi menantu mu. Aku terlalu pemilih untuk standar mu.' Batin Max sambil menyesap minumannya setelah ia mengambil satu gelas minuman dari pelayan.      

'Aku muak rasanya ada di acara ini, tapi aku harus mencari tahu dimana Papa menyembunyikan Nathan. Aku tidak ingin mengecewakan Kakak.' Batin Julian yang juga memiliki tujuan sama dengan Maxwell. Bedanya dengan Maxwell, Julia belum tahu lokasi Nathan.     

"Apa kita bisa bicara berdua??" Tanya Maxwell kepada Julian yang sadari tadi terdiam.      

"Aku tidak ada waktu. " Jawab Julian sambil memalingkan wajahnya dari Max. Ia masih teringat bagaimana sikap Maxwell saat di konfrensi pers waktu itu.     

"Ayolah, ada hal yang ingin aku bicarakan kalau tidak aku akan membakar mobilmu sekarang juga!" Maxwell mulai memaksa Julian dengan ancaman.     

Julian menjadi geram mendengar apa yang Max katakan, dia tahu bagaimana watak Max yang bisa melakukan apapun dengan berkedip saja.      

"Jangan menatapku begitu, ayo bicara baik-baik!." Setelah mengatakan itu Max berjalan menghampiri tempat duduk yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.      

Julian menarik nafas dalam, setelah itu ia menyusul Maxwell untuk duduk karena dia memang harus bicara dengan Max.      

Sementara itu, di suatu tempat Kevin langsung menuju lokasi dengan beberapa pengawal yang dikirim Max untuknya.      

"Kenapa Tuan Jhosep sangat bodoh? Mengurung seseorang di tempat strategis itu, baiklah kita akan melakukan misi penyelamatan. Penyanyi yang aku percaya itu harus segera selamat." Kata Kevin sambil memasuki mobil mewahnya.      

Tidak lama setelah itu, Kevin dan para pengawal Maxwell langsung pergi menuju lokasi yang sudah mereka targetkan.      

Gedung Kosong.     

Setelah menempuh perjalanan yang panjang, Kevin akhirnya sampai di gedung itu.     

Ia dan pengawal Maxwell masuk dengan mengendap-endap, sesekali dia bersembunyi di balik tembok ketika melihat anak buah Tau Jhosep lewat.     

"Kita berpencar! "Bisik Kevin pada pengawal itu karena dia bisa melihat begitu banyak pengawal yang berjaga di sekitar gedung.     

"Baik bos" Jawab pengawal itu sambil menunjukkan rasa hormatnya.      

Setelah sepakat, mereka langsung menyebar namun sebelum itu, Kevin mengelabui para pengawal itu dengan melempar kayu kearah yang berlawanan dengan posisinya.      

Seketika itu semua pengawal Tuan Jhosep langsung panik, kesempatan itu di gunakan Kevin dan pengawal nya untuk masuk melalui pintu samping.      

Satu persatu pengawal Tuan Jhosep bisa di lumpuhkan oleh Kevin kemudian diikat menggunakan tali.     

Kevin menutup mulutnya menggunakan masker agar identitasnya tidak terungkap.     

"Katakan di mana bos mu menyekap gadis itu! " Tanya Kevin sambil membekuk kedua tangan pengawal yang berhasil dia tangkap.     

"Aku tidak akan memberi tahu mu!" Jawab penjaga itu sambil berusaha melepaskan diri dari pegangan Kevin.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.