Istri Kecil Tuan Ju

Kekhawatiran Qiara.



Kekhawatiran Qiara.

0Setelah ia masuk ke ruangan Julian, ia melihat ponsel Julian tergeletak di atas meja, seketika itu ia bernafas lega karena Julian tidak sibuk bersama Viona sehingga tidak mengangkat panggilannya.     
0

"Pantas dia gak angkat, ponselnya di tinggalkan saat ia akan rapat." Ucap Qiara sambil menatap handphon Julian dengan cemberut.      

Karena merasa ngantuk, Qiara pun tertidur di sofa dengan nyenyak nya.     

Beberapa saat kemudian.     

Julian sudah selesai rapat dan langsung menuju ruangannya saat Andi memberitahu nya kalau Qiara ada di ruangannya.      

"Tolong jangan biarkan siapapun menggangguku selama istriku masih ada di sini." Perintah Julian.     

"Siap bos. Kalau begitu, saya akan kembali ke ruangan saya!" Setelah mengatakan itu, Andi segera pergi dari hadapan Julian.     

Sedangkan Julian langsung membuka pintu ruangannya dan menemukan Qiara sedang tertidur.     

'Astaga ... Kasian sekali dia, sepertinya dia sudah menungguku cukup lama sehingga ia sampai tertidur. 'Batin Julian sambil tersenyum.     

Ia berjalan pelan menuju sofa. Setelah itu, ia duduk di samping Qiara lalu memandangi wajahnya dengan tatapan yang lembut.     

"Sayang ... Tidur mu sangat nyenyak, apakah kamu terlalu lelah? Maafkan aku!" Ucap Julian sambil membelai wajah Qiara.     

"Ummm... Julian?" Qiara terbangun saat merasakan sentuhan tangan besar Julian di wajahnya.      

"Apakah kamu sudah puas tidurnya? " Tanya Julian sambil tersenyum.      

Tanpa menjawab pertanyaan Julian, Qiara pun langsung bangun dan memeluknya Seketika itu Julian terkejut karena Qiara tidak pernah melakukan ini sebelumnya.      

"Apa ada masalah? " Tanya Julian sambil membalas pelukan Qiara dengan erat sampai Qiara merasa sesak.     

"Longgarkan dulu pelukanmu, karena aku merasa sesak nafas!" ucap Qiara sambil mendorong tubuh Julian agar lebih renggang.      

Mendengar perkataan Qiara, Julian pun langsung melepas pelukannya dan menatap Qiara sambil tersenyum.      

"Maafkan aku! Oh iya, ada apa kamu ke kantor? Aku pikir kamu akan ada di sekolah Zio." Tanya Julian.     

"Aku cuma mau memastikan apakah kamu masih ada di pesta atau kantor. Itu saja." Jawab Qiara seraya menyembunyikan maksudnya yang sebenarnya.      

"Aku akan jelaskan di rumah soal hari ini. Tapi, aku merasa bukan itu tujuanmu datang. Ayok jujur saja!" Kata Julian yang mulai curiga dengan sikap aneh Qiara.     

Julian tidak akan bisa di kelabui oleh Qiara, karena ia terlalu hafal akan Qiara.      

"Begini, aku bertemu Viona di Hotel tadi pagi. Aku fikir dia akan mendampingimu menyaksikan acara pernikahan Nathan. Oleh karena itu aku mau memastikan saja." Kata Qiara dengan gugup.      

Mendengar perkataan Qiara, Julian mengamati gelagatnya sambil tersenyum geli. Ekspresi Qiara benar-benar sangat mudah di tebak.      

"Apa kamu fikir aku akan menghabiskan waktu bersama Viona? Apakah itu artinya kamu sedang cemburu? Selain itu, kamu juga memanggilku sayang sebelum mengakhiri panggilan. Apa maksud semua itu!" Tanya Julian sambil menahan senyumannya.     

Qiara langsung salah tingkah mendengar godaan Julian. Ia tidak bermaksud untuk menempatkan dirinya dalam posisi yang tidak nyaman begini.      

"Julian aku..... " Qiara tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena ia merasa kehabisan kata-kata untuk membuat alasan.      

"Apakah kamu sedang mencari alasan untuk menyangkal semuanya?" Tanya Julian lagi sambil menyentuh wajah Qiara dengan lembut.      

Seketika itu Qiara menatap wajah Julian yang selalu bersinar di matanya.     

'Hal yang aku sadari saat ini adalah kalau aku sangat mencintai lelaki ini, dia adalah duniaku yang paling indah. Rumah tempatku melepas lelah dan menemukan kebahagiaan.' Batin Qiara sembari memegang tangan Julian yang menyentuh pipinya.      

"Apa aku boleh cemburu?" Tanya Qiara sambil tersenyum karena dia bukan tipe perempuan yang pintar menyimpan perasaannya terlalu lama. Kecuali untuk situasi tertentu ia akan berubah menjadi egois dan keras kepala.      

"Tentu boleh sayang, karena aku adalah suamimu. Akan aneh jika kamu cemburu kepada Andi" Jawab Julian sambil menatap mata Qiara lebih dalam lagi karena ini pertama kalinya Qiara menunjukkan sikap cemburu nya.      

Qiara tertegun melihat tatapan Julian yang lembut, mendadak dia menelan ludah dalam-dalam saat matanya turun melihat bibir Julian yang menggoda, sontak jantung Qiara langsung terpompa dengan cepat.      

"Ke..kenapa kamu menatapku seperti itu ?" tanya Qiara sembari menundukkan pandangan dan menjauhkan wajahnya dari tatapan nakal Julian.     

Entah kenapa ia masih merasa malu saat Julian mulai menatapnya.     

"Kenapa pipimu begitu merah? Padahal aku hanya menatapmu bukan menggodamu. Apakah kamu sedang berfikir yang tidak-tidak?" Julian masih ingin menggoda Qiara yang terlihat sangat lucu itu.     

Ekspresi Qiara menjadi jelek karena sangat malu mendengar godaan Julian yang menurutnya mulai keterlaluan itu.     

'Aku menyesal datang kesini, karena Julian benar-benar membuatku merasa malu.' Batin Qiara.     

"Aku akan pergi sekarang!"     

Qiara ingin segera melarikan diri dari Julian untuk menyembunyikan rasa malunya.     

"Kenapa harus buru-buru sayang?" Pertanyaan Julian menghentikan langkah Qiara yang sudah sampai di depan pintu keluar itu.     

Tiba-tiba saja dia kepikiran akan sesuatu, ia pun segera berbalik lalu berjalan menghampiri Julian kembali.      

"Julian... Aku" Qiara berhenti sejenak karena dia merasa ragu untuk mengatakan apa yang seharusnya dia katakan.     

"Ada apa sayang?" Tanya Julian sambil memperhatikan gelagat Qiara dari bawah hingga atas.      

"Ada yang ingin aku sampaikan padamu." Ucap Qiara sembari mengangkat wajahnya untuk bisa melihat Julian.      

Bibirnya yang merah merona sedikit bergetar karena ia tidak bisa mengatakan seperti apa yang ia fikirkan.      

Julian menarik lengan Qiara sehingga Qiara terkejut dan menemukan dirinya sudah berada di pangkuan Julian.     

Setelah itu, Julian berbisik di telinga Qiara, "Apa yang kamu ingin bicarakan sayangku, apakah itu penting? "     

Qiara merasa panas dingin mendengar bisikan Julian, seketika itu pipinya semakin memerah dan jantungnya mulai berdetak lebih kencang karena ia tidak begitu faham dengan perasaan yang sedang ia rasakan saat ini.      

"Bisakah kamu melepaskanku terlebih dahulu sebelum aku mengatakan semuanya?" Tanya Qiara sambil menelan ludahnya dalam-dalam karena Julian berhasil menggodanya.      

"Tapi, aku masih merindukanmu!" kata Julian sambil mengeratkan pelukannya di pinggang Qiara.      

Qiara menarik nafas dalam, ia bukan tidak suka melihat sikap manja Julian, akan tetapi ia merasa tidak nyaman karena mereka sedang berada di kantor.      

"Hey... Julian. Jangan memancing amarahku, jadi kamu harus segera melepaskanku sebelum aku marah besar! " ucap Qiara dengan sinis.     

Melihat tatapan sinis Qiara yang mulai serius, Julian langsung membebaskan Qiara dari pelukannya.      

"Sayang, kenapa aku merasa kamu sangat sensitif hari ini, apakah kamu sedang menstruasi?" Tanya Julian dengan bingung karena Qiara sangat sensitif menurutnya.      

" - " Qiara kehilangan kata-kata, sebab Julian benar-benar menjengkelkan karena tidak mengerti maksudnya tanpa ia jelaskan.      

Seketika itu Julian tersenyum melihat Qiara menjadi kesal. Bagi Julian, membuat Qiara kesal adalah hal yang menyenangkan karena Qiara terlihat sangat imut dan manis.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.