Istri Kecil Tuan Ju

Apakah kamu senang?



Apakah kamu senang?

0Seketika itu Julian mengangkat tubuh Qiara lalu membalas ciuman Qiara dengan buas      
0

Mereka berdua seakan melayang di atas awan. Cinta terasa sangat manis setelah lama terpendam. Hanya butuh kejujuran maka tidak akan ada yang namanya salah faham.      

"Bagaimana kalau kita jemput Zio, kita akan rayakan hari jadian kita ini bersama putra kita?" Kata Julian setelah puas berciuman dengan Qiara.      

Mendengar kata Jadian, Qiara langsung bingung karena itu lebih cocok bagi orang yang baru memulai hubungan.      

"Kenapa kamu diam, apa ada yang salah!" Tanya Julian yang mulai penasaran dengan kediaman Qiara.     

"Aku cuma bingung dengan kata jadian, bukankah kita sudah menikah lama, bahkan sudah dua kali menikah, bagaimana bisa dikatakan jadian? " Tanya Qiara balik.      

"Hahahaha... Benar juga. Maafkan aku sayang, aku pikir kita baru saja memulai hubungan karena kita baru saja jujur akan perasaan kita. Ya sudah, ayo makan siang bersama Zio di restauran favorit Zio. Bagaimana?" Kata Julian sambil tersenyum malu.      

"Wow ... Pasti menyenangkan ... Hehehe "Qiara tertawa kegirangan, saking senangnya akan bisa makan siang bersama dengan putra tunggalnya itu.      

"Apa kamu sangat senang?" tanya Julian sambil tertawa kecil melihat Qiara yang tersenyum lebar.      

"Bagaimana mungkin aku tidak senang bisa makan bersama anak dan suami yang paling aku cintai. Hehehe."      

"Baguslah ... Itu yang aku inginkan.' Julian kembali memeluk Qiara karena ia ikut bahagia melihat Qiara bahagia.     

'Aku berharap, Qiara akan terus seperti ini. Jangan pernah kembali menjadi perempuan yang keras kepala dan menjaga jarak dariku.' Batin Julian.      

"Biarkan kita berpelukan begini untuk sesaat, jam pulang Zio masih tinggal 30 menit lagi. Nanti, aku akan menelpon pengasuhnya agar menunggu kita datang!" Kata Julian.     

"Iya. Tapi, bisakah kamu melepaskanku sekarang?"      

"Bukankah kamu senang berada di pelukanku? " Tanya Julian sambil tersenyum jahil kearah Qiara.      

Seketika itu, Qiara melirik Julian dengan sinis sambil mencubit perutnya.     

"Arrggg ....."Julian merintih kesakitan saat perutnya di cubit oleh Qiara.      

"Sayang apakah kamu sedang menggodaku?" Tanya Julian dengan ekspresi yang buruk.      

"Karena kamu salah. Padahal aku sudah bilang dibilang jangan peluk malah peluk mulu, ini kantor. Aku khawatir akan ada yang lihat kita." Ucap Qiara seraya memalingkan wajahnya dari Julian karena ia tidak ingin Julian melihat ekspresi nya yang malu dengan pipi yang memerah.      

Tepat saat itu, Julian tidak sengaja melihat lutut Qiara memar, seketika itu ia menjadi panik.      

"Kenapa lutut mu memar?" tanya Julian dengan khawatir.      

Dengan cepat Qiara menyembunyikan lututnya dengan menggukan gaunnya.      

Ekspresi Julian berubah gelap, karena dia tidak rela ada luka sedikitpun di bagian tubuh Qiara. Jika itu karena orang lain maka dia akan menyiksa orang itu, tapi jika itu adalah benda maka dia akan membakarnya.      

"Julian, kenapa kamu menatapku dengan tatapan yang mengerikan seperti itu?" tanya Qiara dengan bergidik ngeri.      

Tanpa menjawab pertanyaan Qiara, Julian pun langsung mengangkat tubuh Qiara.     

"Jualin, kenapa kamu membawaku ke kamar ini, bukanlah kita mau menjemput Zio?" Tanya Qiara ketika Julian mendudukkannya di pinggir ranjang.      

Tidak lama setelah itu, Julian mengambil kotak P3K yang ada di lacinya.     

Sesaat kemudian, Julian kembali ke kamar dengan membawa kotak P3K. Ia pun duduk di samping Qiara sembari mengangkat kedua kaki Qiara ke pangkuannya.      

"Julian, aku bisa melakukannya, jadi kamu tidak perlu repot begitu." Qiara yang bisa mandiri merasa tidak enak melihat Julian membantunya mengobati memar di lututnya.      

"Diam lah, ini tidak akan lama ! " ucap Julian tanpa ekspresi.     

Selama mengobati Qiara, Julian tidak berkata sepatah katapun, dia terlihat serius dan marah seperti orang yang baru saja di rusak barang kesayangannya.     

"Maaf karena sudah membuatmu khawatir. Karena terburu-buru kesini, aku tidak sengaja menabrak kursi yang ada di depan meja riasku." Ucap Qiara dengan suara pelan.      

"Selesai" ucap Julian tanpa mendongak melihat Qiara yang baru saja menjelaskan situasinya.      

'Apakah dia marah?'. Batin Qiara.      

"Terimakasih" ucap Qiara sambil menunduk mencium kening Julian dengan senyum yang manis.      

Julian tertegun sambil melihat wajah imut Qiara yang berseri-seri.     

Melihat Julian menatapnya, Qiara bergegas berdiri dengan grogi     

"Sebaiknya kita segera menjemput Zio karena aku tidak ingin dia menunggu lebih lama lagi. " Kata Qiara dengan terbata-bata.     

Mendengar perkataan Qiara, Julian pun tersenyum sambil berkata, " Jangan terluka lagi. Oleh karena itu aku akan membakar kursi itu. Aku akan meletakkan kotak P3K ini dulu! "     

Setelah mengatakan itu, Julian segera keluar untuk meletakkan kembali kotak P3K itu di laci. Qiara pun mengikuti Julian dari belakang dengan patuh tanpa mengatakan apapun.      

"Kamu jangan khawatir, karena kita akan melewati pintu keluar pribadiku sehingga tidak akan ada yang bisa melihat kita bersama." Kata Julian setelah selesai mengenakan jasnya.     

"Baiklah." Sahut Qiara sambil tersenyum.      

Setelah itu mereka berdua bergandengan tangan keluar dari kamar Julian.      

Eny dan Andi tersenyum melihat dua orang yang mereka hormati itu akur dan tentunya sang bos tidak akan berada lagi dalam Mood yang buruk.      

Sementara itu di suatu tempat. Yumi dan Nathan di minta untuk mengganti mobil atas perintah Jasmin karena ia belum percaya pada pengawal Julian.     

"Kenapa kita harus mengganti mobil?" Tanya Yumi dengan bingung setelah ia sudah duduk di dalam mobil bersama Nathan.      

"Aku yakin ini semua atas perintah kak Jasmin, karena yang di depan itu adalah asisten setianya." jawab Nathan sambil menggenggam erat tangan Yumi seakan takut Yumi hilang dari sampingnya lagi.     

"Kak Jasmin? Aku pikir dia membenciku." Kata Yumi sambil menunduk.      

"Kakak ku adalah perempuan berhati lembut, hanya saja Papa mengubah nya menjadi perempuan yang kasar. Tapi, satu yang pasti, yaitu dia merestui hubungan kita." Ucap Nathan sambil mencium punggung tangan Yumi dengan mesra.      

"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Nathan ketika ia melihat Yumi masih tetap menunduk dan tidak merespon perkataannya.      

"Ahhh... Aku tidak apa-apa." Jawab Yumi sambil mengangguk , setelah itu ia mendongak sembari melihat wajah Nathan dengan baik-baik.      

Melihat tatapan lembut Yumi, Nathan pun tersenyum lalu menarik Yumi ke dekapannya.     

"Aku penasaran akan satu hal." Ucap Yumi tiba-tiba sambil tersenyum.     

Nathan segera melepas pelukannya lalu menatap tajam kearagc perempuan yang dia cintai itu.     

"Apa yang membuatmu penasaran! Katakan saja padaku!" Tanya Nathan sambil tersenyum.     

"Dari dulu aku selalu bertanya-tanya, mungkinkah seorang Nathan bisa mencintaiku? Hingga kemarin setelah kamu kembali aku masih bertanya-tanya karena disukai oleh mu dengan tulus rasanya tidak mungkin. Tapi, hari ini aku menemukan jawaban dari pertanyaan itu." Kata Yumi sembari mendongak melihat wajah tampan Nathan.      

"Apa itu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.