Istri Kecil Tuan Ju

Perayaan Ulang Tahun.



Perayaan Ulang Tahun.

0"Kamu mau mengajak kami naik kapal pesiar?" Tanya Qiara setelah melihat kapal pesiar yang diperlihatkan oleh Julian.     
0

Julian pun mengangguk.     

"Iya. Tapi, sebelum itu aku mau minta maaf karena tidak ada bersama kalian berdua saat kalian berulang tahun beberapa hari yang lalu. Oleh karena itu aku ingin membayarnya sekarang dengan bermalam di kapal pesiar ini. Ada kejutan yang aku siapkan untuk kalian berdua ... " Jawab Julian sambil tersenyum.      

Qiara dan Zio saling pandang. Setelah itu Qiara tersenyum dan tidak sabar ingin melihat kejutan itu. Tapi, tidak dengan Zio yang ekspresi nya tidak menunjukkan rasa senang atau sedih.      

Melihat itu, Qiara mulai frustasi lagi dan sangat khawatir.     

"Ayo kita naik, agar bisa menikmati sunset dari atas kapal. " Perkataan Julian membuat Qiara tersadar dari lamunannya. Setelah itu ia mengangguk lalu mengikuti Julian dan berjalan di sampingnya sambil berpegangan tangan tanpa sepengetahuan Zio.      

Untuk sesaat Qiara mengurungkan niatnya untuk bertanya tentang Zio karena ia pikir ini belum waktunya.     

Beberapa Saat Kemudian.     

Mereka akhirnya sampai di depan kapal pesiar yang megah dan terlihat sangat indah itu. Semua pelayan pun sudah siap untuk menyambut kedatangan mereka.      

"Indah banget... " Ucap Qiara sambil menatap kapal yang sudah dikhiasi dengan pernak-pernik ulang tahun itu.      

Karena hubungan mereka masih dirahasiakan, Julian tidak mengundang siapapun, kecuali merayakannya bertiga saja dengan anak dan istrinya.      

"Kapal pesiar ini aku beli sebagai hadiah ulang tahu Zio yang genap enam tahun." Jawab Julian dengan bangga.      

"Wow ... Luar biasa. Selamat ya sayang, hadiah yang kamu dapatkan sangat indah dan membuat tante iri. Jadi, kita menaiki kapal pesiarmu kapanpun kita mau. Apakah kamu mau melakukan perjalanan yang panjang menggunakan kapal pesiar ini bersama tante dan Papa?" Kata Qiara sambil menjabat tangan mungil yang lembut itu.      

Julia dan Qiara harap-harap cemas menunggu jawaban Zio. Sementara Zio masih mengerjapkan matanya mengamati ekspresi Qiara yang terlihat khawatir dan cemas.      

"Iya." Jawab Zio sambil menganggukkan kepalanya. Seketika itu, Qiara dan Julian saling pandang lalu tersenyum karena lega.      

"Terimakasih sayang. Tante mencintaimu!" Ucap Qiara sambil mencium pipi kiri dan kanan Zio dengan rakus, hal itu membuat Julian sangat iri.      

"Khem... Khem... " Julian benar-benar iri melihat Zio yang dicium seperti itu oleh Qiara sehingga ia memberikan kode dengan berdehem.     

"Kamu kenapa, apa kamu tidak enak badan? " Tanya Qiara dengan bingung saat melihat Julian terbatuk.      

Julian pun langsung memberikan kode kepada Qiara sambil memegang pipi dan bibirnya secara bergantian.      

"Ada apa? " Tanya Qiara yang memang tidak bisa mengerti kode yang Julian berikan.      

"Ini." Ucap Julian dengan sama-sama sambil menyentuh pipi dan bibirnya.      

"Ummmuahh.. " Julian terdiam ketika melihat siapa yang lebih dulu mengerti kodenya.      

Qiara juga terkejut ketika melihat Zio tiba-tiba mencium pipi Julian seperti sebelumnya.     

"Sayang, apa kamu yang mencium Papa tadi? " Tanya Julian sambil memegang pipinya.      

"Bukankah itu yang Papa maksud dengan menyentuh pipi Papa. " Jawab Zio sambil mengerjapkan matanya.      

Qiara langsung menutup mulutnya agar Julian tidak melihat ia tertawa, sementara Julian menjadi cemberut karena yang dia inginkan adalah Qiara.      

"Ya sudah, ayo kita naik sebelum sunset terlewatkan. " Kata Julian dengan salah tingkah karena merasa malu.      

"Oke."     

Beberapa saat kemudian.     

Qiara dan Zio sudah berada di dalam kapal merayakan ulang tahun Qiara dan Zio untuk kedua kalinya.      

Setelah memakan potongan kuenya, Zio pun tertidur dengan posisi kepalanya bersandar di dada bidang Julian.      

"Sayang, aku tidurkan Zio di kamar dulu." Setelah mengatakan itu, Julian pun segera bangkit membawa Zio masuk ke kamarnya.      

Karena bosan, Qiara pun keluar untuk menikmati keindahan malam di tengah laut. Ia berdiri di pinggir sambil berpegangan dan mendongak menikmati keindahan bintang di langit malam.      

Tepat saat itu, Qiara merasa tubuhnya hangat, seketika itu ia melirik mantel hitam menyelimuti tubuhnya yang hampir beku, setelah itu dia mendongak dan menemukan sosok lelaki jangkung dengan kemeja putih yang di masukkan ke dalam celana kain hitamnya yang tingginya sampai mata kaki berdiri sambil menatap bintang dan membiarkan rambut nya di tiup angin malam yang dingin.     

"Julian? " Ucap Qiara dengan pelan.      

"Terimakasih dan maaf! "     

Mendengar perkataan Julian, Qiara pun menatapnya dengan ekspresi yang rumit.     

"Untuk apa? " Tanya Qiara.      

"Untuk semuanya. " Jawab Julian seraya membalas tatapan Qiara.      

Mendengar jawaban Julian, Qiara hanya menatap Julian tanpa kata. Hanya air mata bisu yang bisa menjelaskan semuanya.      

Melihat itu, Julian merasa patah hati, segera dia mengangkat kedua tangannya dan dengan lembut dia menyeka air mata Qiara di pipinya.     

Setelah itu Julian menarik tubuh Qiara ke pelukannya." Jangan katakan apapun, menangis lah jika memang itu yang bisa membuat hatimu lega!"     

Qiara tidak menolak pelukan Julian, dia malah merasa nyaman bisa menumpahkan semua kesedihannya dalam pelukan suaminya itu.     

Semakin lama Qiara memeluk erat tubuh ramping Julian, seketika itu hati Julian terasa ngilu mendengar isak tangis istrinya itu. Dia tahu kalau Qiara sakit melihat sikap dingin Zio kepadanya terlebih ketika ia mendengar Zio mengatakan kalau dia hanya anak Papa      

"Sayang? "     

"Umm.. " jawab Qiara.     

"Apakah selama lima tahun ini kamu begitu menderita? Apakah hidup terasa sulit bersama Mama?" Tanya Julian.      

Mendengar pertanyaan Julian, tangis Qiara semakin keras. Ia menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Julian yang merupakan tempat ternyaman nya.      

"Jangan menangis lagi, percayalah kalau kamu tidak sendirian mulai sekarang. Ada aku dan Zio yang akan selalu ada. Jangan khawatir, Zio akan menerimamu secara perlahan jika dia sudah terbiasa denganmu. Selain itu, kita akan bawa Mama tinggal bersama kita. Bagaimana?" Ucap Julian sambil menepuk-nepuk bahu Qiara.      

Qiara tertegun sejenak, setelah itu ia mendongak melihat makhluk tampan dan manis yang merupakan suaminya itu.      

"Aku akan berusaha mempercayaimu. Tapi, aku tidak bisa membawa Mama tinggal bersama kita karena ini belum waktunya. Aku hanya berusaha agar Mama di perlakukan dengan baik di kota B oleh paman dan Bibi ku." ucap Qiara sambil tersenyum dalam tangisnya.      

"Aku akan mengikuti perkataan mu. Tapi, mulai sekarang, ceritakan apapun padaku semua kesulitan dan apa yang kamu rasakan. Karena kamu berada di dunia hiburan, aku hanya ingin mengatakan, jangan perduli kan orang yang tidak menyukaimu karena itu hanya akan membuat hatimu gelisah. Tapi fokuslah kepada orang yang menyukaimu karena mereka adalah kekuatan yang akan membawamu untuk terus melangkah ke depan. Dalam hidup, akan selalu ada orang yang tidak menyukai kita, jadi maklumi dan jangan terpengaruh. " Kata Julian sambil mencium kening Qiara.      

Qiara termenung mendengar semua ungkapan bijak yang keluar dari mulut suaminya yang memang sudah sangat dewasa itu. Qiara tidak pernah menyangka kalau Julian akan bisa berkata sebijak itu.     

"Akan aku ingat. "Jawab Qiara sambil tersenyum manis.      

"Kalau begitu, aku akan mengajakmu ke suatu tempat. Apakah kamu mau?" kata Julian sambil memegang pinggang Qiara lalu menatapnya dengan lembut.     

"Kemana? " tanya Qiara dengan heran.     

"Ada deh. Tapi kamu harus menutup matamu dulu" Seru Julian seraya mengeluarkan kain hitam dari saku celananya.     

"Kenapa harus menutup mata? " tanya Qiara dengan heran.     

"Jangan banyak tanya lagi, sekarang tutup mata dan ikuti perintahku" Julian mulai geram dan langsung menutup mata Qiara. Seketika itu Qiara menjadi pasrah.      

Setelah itu dia membimbing Qiara untuk berjalan ke tempat yang dia maksud. Sesaat kemudian, Julian berhenti tepat di bagian paling depan dari kapal pesiar itu.      

"Apakah masih jauh? " tanya Qiara yang mulai tak sabar.     

"Sudah sampai, tapi jangan buka matamu dulu sebelum aku perintahkan, awas ya! " ucap Julian setelah itu dia membuat panggilan kepada Andi.      

Qiara benar-benar mengikuti perintah Julian meskipun rasa penasaran melanda hatinya. Dia tetap menutup mata dan berdiri dengan tenang.     

Kelopak mata Qiara mulai bergetar mencoba mengintip di balik kain penutup itu, akan tetapi dia langsung menutup matanya rapat-rapat ketika mendengar langkah kaki mendekat padanya.     

"Bukalah matamu sekarang" Seru Julian sambil melingkarkan tangannya di pinggang Qiara.     

Dengan pelan Qiara membuka matanya, seketika itu mulutnya menganga karena takjub dengan apa yang dia lihat.     

Keindahan kembang api yang bertuliskan aku cinta kamu, saling bersautan dengan suara ombak yang mendayu di malam hari.      

"Bagus banget. " Ucap Qiara tanpa berkedip sedikitpun melihat pemandangan itu.     

"Apa kamu suka? " bisik Julian sambil meniup telinga Qiara.      

"Suka banget, apakah ini kamu yang melakukannya?"     

Julian langsung mengangguk, setelah itu dia merasa bahagia melihat wajah Qiara tampak berseri dengan senyum menghiasai wajahnya.     

Setelah itu, mereka berdua duduk di bagian depan kapal menikmati pemandangan yang di suguhkan oleh lautan yang indah, namun udara dingin di malam itu terasa menusuk tulang.      

"Apa kamu kedinginan sayang? " Tanya Julian yang berada di belakang Qiara sambil memeluknya.      

"Bagaimana mungkin aku merasa kedinginan jika kamu memelukku seperti ini. Atau, kamu yang kedinginan? " Jawab Qiara seraya bertanya balik kepada Julian.      

"Aku sudah biasa dengan dingin. Jadi, kamu tidak perlu mengkhawatirkan aku!"      

"Tapi tanganmu sangat dingin. "Kata Qiara sambil memegang kedua tangan Julian.     

"Jika aku kedinginan, memangnya kamu akan melakukan apa agar membuatku merasa hangat? " Tanya Julian sambil tersenyum licik.      

Mendengar pertanyaan Julian, pipi Qiara mulai memerah karena ia tiba-tiba berfikir yang tidak-tidak. Bukan hanya itu, ia malah membayangkan yang lebih dari itu, seperti berada di atas ranjang berdua.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.