Istri Kecil Tuan Ju

Memulai Lebih Dulu.



Memulai Lebih Dulu.

0Mendengar pertanyaan Julian, pipi Qiara mulai memerah karena ia tiba-tiba berfikir yang tidak-tidak. Bukan hanya itu, ia malah membayangkan yang lebih dari itu, seperti berada di atas ranjang berdua.     
0

'Ya ampun, apa yang aku pikirkan? Kenapa aku menjadi mesum begini? ' Batin Qiara sambil menunduk malu.      

"Tolong jangan pernah paling kan wajahmu dariku. Aku ingin melihatnya! " Kata Julian seraya memegang dagu Qiara agar menoleh kepadanya.      

Qiara langsung menatap Julian dengan tatapan lembut, tepat saat itu, Qiara tidak bisa mengendalikan keinginannya saat melihat bibir lembut ke merah-merahan milik Julian.      

Sudah satu minggu mereka tidak bertemu, dan rasa rindu seakan meledak dan tidak tertahankan dalam hati Qiara sehingga ia tidak mampu membendungnya lagi. Pelukan saja rasanya tidak cukup buat Qiara.     

Tanpa berkata apapun, Qiara langsung mencium bibir Julian dengan berani dan sangat lembut. Seketika itu Julian mengedip-ngedipkan matanya sambil tersenyum karena tidak menyangka kalau Qiara akan memulai duluan. Setiap itu jantung keduanya berpacu lebih cepat, nafsunya mulai memburu di dalam hati, dan karena berada dalam keadaan yang sangat mendukung, suasana sepi dan dingin, Julian pun menarik pinggang Qiara agar lebih dekat dengan tubuhnya, seketika itu ia melumat habis bibir Qiara karena ia juga sangat merindukan istrinya itu.      

Menyadari Julia membalas ciumanya, itu membuat Qiara merasa mau gila. Seketika itu Qiara menutup kembali matanya dan melingkarkan kedua tangannya di leher Julian.      

Merasakan ciuman yang menggairahkan, dengan sentuhan demi sentuhan yang diberikan Julian, Qiara semakin mengeratkan pelukan tanganya di leher Julian.      

"Ayo kita ke kamar! " Kata Qiara yang merasa tidak nyaman jika harus melakukannya di tempat terbuka.      

Tanpa mengatakan apapun, Julian mengangkat tubuh Qiara menuju kamar mereka.     

Hati Julian terasa bahagia karena Qiara sudah kembali seperti dirinya yang dulu hanya saja, Julian harap-harap cemas kalau keras kepalanya dulu akan kembali dan itu membuatnya merasa pusing.      

Dalam Kamar.     

Setelah sampai di kamar mereka, Julian tidak menunggu lama lagi, ia pun kembali menciun Qiara setelah merebahkan tubuhnya di ranjang.      

Sambil tersenyum Qiara membalas ciuman Julian. Lelaki tampan dan seksi itu adalah suaminya yang tidak boleh diambil oleh siapapun. Dari ujung kepala hingga kaki adalah miliknya.      

Setelah puas berciuman , Julian segera melepas pakaian Qiara yang terlihat sudah pasrah menyerahkan diri pada Julian karena dia pun tidak sabaran untuk ke tahap selanjutnya.      

Kini giliran Qiara yang membuka kancing kemeja Julian satu persatu, sambil menatap mata indah Julian yang menggoda.      

Tepat saat baju Julian sudah terbuka, Qiara merasa tersihir ketika melihat dada bidang Julian yang putih dan lembut, ia pun merasa gila dan segera memeluk dan mencium tubuh itu walaupun sudah berulang kali melihatnya. Hanya saja, Julian semakin seksi setelah lima tahun tidak tidur bersama.      

Setelah Qiara selesai dengan Julian, Kini giliran Julian yang tidak membuang waktu untuk merayapi tubuh Qiara dengan menggila hingga merekapun sama-sama menjadi semakin gila karena nafsu benar-benar menguasai fikiran dan hati mereka.     

Hanya seminggu berpisah, tapi rasanya sudah bertahun lamanya, dia tidak menyangka akan serindu ini, padahal pernah berpisah lebih lama dari ini.      

Bersama deburan ombak yang mendayu membuat kapal sedikit bergoyang, Qiara dan Julian larut dalam perasaan masing-masing.      

Keesokan paginya.      

Sinar mentarai terasa begitu menyengat menyelinap di balik jendela yang menunjukkan kalau matahari sudah muncul.      

Qiara membuka matanya perlahan dan menemukan kalau dirinya masih berada di dalam pelukan Julian.      

Qiara tersenyum sambil membelai wajah tampan Julian yang bersinar di pagi hari.      

'Aku tidak mengerti apa itu cinta. Aku juga tidak sepenuhnya memahami diriku sendiri. Tapi, yang aku tahu kalau aku ini merasa sangat nyaman dan bahagia berada di sampingmu. Suamiku, si lelaki tua yang dulunya aku tolak. 'Batin Qiara sambil tersenyum.      

"Apakah aku terlalu tampan sehingga kamu begitu senang melihatku! " Qiara terkejut mendengar pertanyaan Julian yang ternyata sudah terbangun itu.      

Tepat saat itu Julian membuka mata dan menemukan Qiara ada di depannya. Dengan licik Julian pun mencuri ciuman pagi Qiara sambil tersenyum.      

"Selamat pagi istriku sayang!" ucap Julian setelah berhasil mencium bibir Qiara.      

"Kenapa kamu tersenyum seprti itu? Aku kan jadi malu." Kata Qiara sambil menutup wajahnya.      

"Malu kenapa? Bukankah tidak ada yang harus dimalukan saat tubuh kita menyatu seperti ini? " Kata Julian sambil menarik tubuh Qiara yang masih telanjang untuk lebih dekat.      

"Julian, kenapa kamu membuatku semakin malu? " Qiara berusaha melepaskan diri dari pelukan Julian karena merasa benar-benar malu saat mengingat kalau semalam dia mulai duluan.      

"Karena kamu istriku. Dan aku sangat senang ketika kamu mau memulai duluan. " Kata Julian lagi sambil meraba tubuh Qiara.      

"Julian, hentikan. Ini sudah pagi dan kita harus menemui Zio agar dia tidak bingung mencari kita. Terlebih jika dia datang ke kamar ini dan menemukan kita tidur di ranjang yang sama, itu akan membuatnya curiga. Kamu tahu sendiri bagaimana watak Zio " Kata Qiara yang berusaha menjauhkan tubuh Julian darinya lagi.      

Julian tersenyum tanpa melepas pelukannya lalu ia berkata dengan manja, "Aku masih ingin memelukmu, karena sepertinya tubuhmu sudah membuatku tergila-gila. Tenang saja, Zio biasanya sarapan jam segini bersama pengasuhnya. Dia tidak pernah mencoba menemukanku kalau bukan aku yang menemukannya. "     

Qiara mulai geram dengan kelakuan Julian, diapun menatap Julian dengan sinis seraya berkata, "Sebaiknya kamu segera melepaskanku sebelum aku melakukan tindakan yang akan kamu sesali. "     

"Aku tidak mau. Tolong kasihani aku yang sudah lama merindukanmu ini. Butuh waktu lima tahun untuk menahan diriku dari godaan banyak wanita hanya karena aku tidak ingin di sentuh wanita lain selain dirimu. Apa kamu mengerti! " Kata Julian seraya memulai kembali dengan menggerakkan tangan nakalnya.      

"Julian.... " Qiara pun mulai terprovokasi dengan ulah nakal Julian.      

Tepat saat itu terdengar suara pintu yang akan di buka. Qiara dan Julian langsung terkejut dan menoleh kearah pintu dengan mata yang melotot.      

"Siapa itu? " Tanya Qiara pada Julian dengan sedikit gemetaran karena dia takut kalau itu adalah Zio. Sebab jika itu pelayan tidak mungkin akan berani mengganggu bos mereka.      

"Aku fikir sudah mengunci pintunya semalam. Tidak mungkin akan ada yang masuk. " Kata Julian sambil menatap pintu yang memang sudah di kunci.      

"Arggg... " Qiara teriak dengan pelan sambil menutup wajahnya ketika ia mendengar engsel pintu di gerak-gerakkan.      

"Kenapa kamu takut? Pintu terkunci sehingga orang yang di luar tidak akan masuk. " Kata Julian sambil tersenyum.     

Tok tok tok..      

Karena tidak bisa membuka pintu, orang yang ada diluar pun mengetuk pintu berulang kali sehingga Qiara dan Julian saling pandang dan memiliki fikiran yang sama.      

"Zio, apakah kamu yang diluar? " Tanya Julian dengan nada suara yang keras.      

"Papa... "     

Mendengar suara mungil itu, Qiara tersentak kaget dengan ekspresi yang buruk.      

"Julian, bagaimana ini? Zio tidak akan suka melihat kita bersama begini. Karena kemarin saja pas aku keluar dari kamar dia terlihat marah dan bertanya kenapa aku ada di kamar. " Jelas Qiara yang mulai bingung.     

"Sayang, kamu harus tenang. Bagaimana pun juga Zio harus menerima kalau kamu sekarang adalah istriku. Tidak hanya itu, dia juga harus tahu kalau kamu adalah Mama kandungnya " Kata Julian tanpa ekspresi.      

Setelah mengatakan itu, ia turu dari ranjang untuk membukakan Zio pintu. Namun, langkahnya terhenti ketikan melihat tangan Qiara menarik pegangannya.      

"Jangan lakukan ini, aku tidak mau merusak hubungan bersama Zio hanya karena dia tahu aku ibunya. Selain itu, aku juga belum siap mengatakan kalau aku Mama nya. " Kata Qiara dengan ekspresi memohon.      

Julian tidak bisa menolak permintaan Qiara. Dia pun langsung mengangguk lalu turun dari ranjang setelah mengenakan pakaiannya yang ia pungut di lantai.      

Tidak lama setelah itu, Julian membuka pintu untuk Zio, sedang Qiara bersembunyi di kamar mandi sekaligus untuk mandi.     

"Pagi sayang, ada apa kamu mencari Papa? " Tanya Julian ketika melihat putranya mendongak memandangnya sambil mengerjap kan matanya.     

"Ini sudah jam delapan pagi. Kenapa Papa sama Tante tidak keluar untuk sarapan? " Tanya Zio tanpa ekspresi.      

Julian terdiam mendengar pertanyaan Zio. Ia pun berjongkok menyamakan tingginya dengan Zio.      

"Oh itu, Papa kecapek an sayang, makanya Papa kesiangan. Oleh karena itu, terimakasih karena sudah membangunkan Papa. Soal tante, mungkin masih ada di kamarnya. Papa akan menelponnya nanti. " Jawab Julian dengan gugup.      

Tepat saat itu, Zio fokus pada leher Julian dan mengabaikan jawabannya. Ia mengerjapkan matanya untuk memastikan apa yang dia lihat.      

Julian terlihat sangat seksi menggunkan kemeja putih yang sedikit berantakan.      

"Ada apa sayang! " Tanya Julian yang merasa aneh melihat putranya yang hanya diam sambil memperhatikannya.      

"Apakah Papa sudah digigit nyamuk? " Tanya Zio.      

"Nyamuk? " Julian bingung.      

"Leher Papa ada merah-merahnya seperti sudah di gigit nyamuk. " Kata Zio sambil menunjuk ke leher Julian.      

Seketika itu Julian kaget mendengar apa yang Zio katakan. Ia gugup sambil memegang lehernya. Ia teringat kalau semalam Qiara sedikit gila sehingga meninggalkan bekas di lehernya.     

"Hahaha... Kamu benar. Semalam Papa di gigit nyamuk. Ya sudah, Papa akan mandi sebentar lalu menemui mu di meja makan. Sekalian, Papa akan cari tante buatmu." Kata Julian sambil terkekeh malu.      

 "Iya. " Ucap Zio sambil mengangguk. Setelah itu, Zio meninggalkan kamar Julian.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.