Istri Kecil Tuan Ju

Tidak Sabaran.



Tidak Sabaran.

0Kevin menarik nafas karena tidak berhasil mengintip apa yang membuat Maxwell tersenyum dan terlihat tergesa-gesa.     
0

'Manusia aneh itu berulah lagi, tidak bisakah ia menyelesaikan rapat dengan benar? ' Batin Kevin.     

Setelah itu, ia pun segera berdiri dari duduknya lalu keluar dari ruang rapat menyusul Maxwell. Karena dia harus tahu apa yang membuat si aneh Maxwell pergi dengan buru-buru.     

Sementara itu, Maxwell tampak tidak sabaran menunggu lift terbuka karena dia ingin segera bertemu Qiara. Tepat saat itu ia mendapatkan balasan pesan dari Qiara.     

'Bos, aku dan kak Aurel sudah berada di depan rumah anda untuk memenuhi undangan makan siang anda. Kami sengaja datang lebih awal untuk membantu anda masak.'      

Ketika membaca balasan Qiara, Maxwell semakin gelagapan karena takut Qiara akan pulang karena bosan menunggunya yang masih ada di kantor. Maxwell menyesal karena dia lupa kalau dia sudah mengundang Aurel dan Qiara ke rumahnya.      

'Aku sudah di jalan. Jadi tunggu aku, karena beberapa menit lagi aku akan sampai di rumah. Sementara itu, duduklah dengan tenang di ruang tamu. Ada pelayan yang akan melayani kalian duluan. '     

Sandy mengepalkan tinjunya karena ia belum sempat protes akan ide Kevin, tapi semua orang sudah bergegas pergi meninggalkan ruang rapat sehingga ia pun segera meninggalkan ruang rapat juga.     

Di Apartement Nathan.     

Tuan Jhosep sengaja memerintahkan anak buahnya untuk membawa Nathan ke Apartemennya karena dia tidak mau Sarah melihatnya memperlakukan Nathan dengan tidak baik.     

Diluar Apartemen, matahari mulai meninggi, Nathan yang dibawa dalam keadaan pingsan langsung membuka matanya setelah semalaman pingsan. Ia menemukan dirinya sudah berada di kamar apartemennya.     

"Yumi? " Nathan langsung terkejut saat ia mengingat kejadian kemarin.     

Tepat saat ia duduk dan ingin kabur untuk mencari keberadaan Yumi. Nathan terdiam membisu saat melihat wajah mengerikan Papa nya yang berdiri tidak jauh dari ranjangnya.      

"Papa? " Ucap Nathan dengan gugup.     

"Mau kemana kamu? " Tanya Tuan Jhosep dengan nada suara yang dingin.     

"Aku... " Nathan menunduk karena ia tidak tahu harus menjawab apa kepada Papa nya.      

"Apa kamu mau mencari wanita yang hampir merusak hidupmu itu? Apa bagusnya dia sehingga kamu berani mengakuinya sebagai calon istrimu?" Teriak Tuan Jhosep sambil menunjuk kearah Nathan.      

"Aku sudah dewasa, aku berhak menentukan hidupku. Dan tolong jangan ganggu Yumi! "     

Nathan mengangkat wajahnya karena dia merasa sudah dewasa dan bukan saatnya lagi untuk diam seperti dulu.     

"Gampang, aku tidak akan mencampuri hidup gadis itu, asal kamu ikuti perintahku. Di pecat dari GM Entertainment hanyalah peringatan kepadanya agar tidak mendekatimu. "     

Mendengar perkataan Papa nya. Nathan langsung menatap tajam kearah tuan Jhosep. Dia tidak menyangka kalau Papanya yang sangat dicintai oleh Mamanya adalah manusia yang sangat kejam. Dan mungkin, masih banyak kekejaman yang tuan Jhosep lakukan yang tidak di ketahui oleh orang lain.     

"Kenapa Papa menyakiti orang yang tidak bersalah, apakah Papa tidak takut jika hidup mewah dan enak Papa akan berubah karena air mata orang yang Papa sakiti? " Tanya Nathan dengan mata yang memerah.     

Nathan tahu betul bagaimana Yumi sangat mencintai dunia musik, jika dia dikeluarkan dari GM maka impian itu akan hancur seketika. Tidak hanya itu, gosip yang beredar akan membuatnya kesulitan masuk agensi manapun, Nathan tahu betul tentang itu.     

"Jaga bicaramu, kamu sedang bicara dengan Papamu. Asal kamu tahu, keluarga kita terlahir dari keluarga kaya raya yang hartanya tidak akan pernah habis hingga tujuh keturunan. Oleh karena itu, kamu harus menikah dengan wanita yang pantas untukmu agar kehidupan anak-anakku terjamin juga. " Kata Tuan Jhosep dengan sombongnya.     

"Kenapa aku tidak bisa Papa perlakukan seperti kak Julian? ? Bukankah dulu istri kak Julian terlahir dari keluarga biasa? Tapi, Papa menyukainya. Kenapa aku tidak boleh? " Teriak Nathan yang mulai menyinggung ketidak adilan Papanya.     

Satu tamparan melayang di pipi Nathan hanya karena dia sudah berteriak kepada orang yang lebih tua.     

"Arggg... " Nathan meringis sambil memegang pipinya yang kena tampar.      

"Soal Julian, Papa punya alasan kenapa tidak mengatur hidupnya. Begitu juga dengan kamu dan saudaramu yang lain. Dan jangan pernah ungkit soal istri Julian yang dulu, karena dia sudah mati." Ujar tuan Jhosep.     

Nathan terdiam saat mendengar perkataan Papa nya yang benar-benar tidak adil menurutnya. Dia dan saudaranya yang lain bukankah sama saja dengan Julian? Tetap anaknya.      

Nathan ingin sekali memberitahu Papa nya kalau Julian sudah kembali hidup bersama dengan Julian. Tapi, bayangan Zio yang bahagia melihat Qiara kembali membuat Nathan menahan dirinya.     

"Kecuali, kamu keluar dari salah satu ahli waris seperti Jasmin, kemungkinan Papa tidak akan mengaturmu. Tapi, sekarang sudah terlambat. Kamu harus tetap ada di Apartemen ini, sampai hari pernikahanmu tiba. " Setelah mengatakan itu, Tuan Jhosep meninggalkan Apartemen itu tanpa memperdulikan Nathan.      

"Papa... " Teriak Nathan dengan keras, namun kedua tangannya di pegang oleh dua pengawal Tuan Jhosep sehingga ia tidak bisa berlari mengejar Papa nya untuk memohon.      

"Tolong tenang Tuan Muda, kami tidak akan melukai anda! " Kata salah satu pengawal itu.     

"Lepaskan aku! Aku muak menjadi anak dari bos besarmu itu. Aku membencinya jadi aku mohon lepaskan aku brengsek!. "Nathan masih berusaha melepaskan diri dari pengawal Tuan Jhosep, akan tetapi mereka terlalu banyak sehingga Nathan tidak bisa bergerak.     

Karena tidak punya pilihan, dua pengawal itu memukul bagian belakang leher Nathan sehingga ia langsung pingsan.      

"Tidurkan tuan muda di ranjang, setelah itu kalian sita ponsel dan matikan telpon yang ada di Apartemen ini. Jangan lengah karena Tuan muda bisa dengan mudah meloloskan diri dari kalian. " Kata ketua dari semua pengawal yang ada di Apartemen itu.      

"Baik." Sahut mereka semua dengan patuh pada ketuanya.      

Tidak lama setelah itu, mereka menidurkan Nathan di ranjang lalu berjaga di tempat yang sudah mereka tentukan masing-masing.     

Rumah Maxwell.     

Tidak butuh waktu lama, mobil Maxwell berhenti di depan rumahnya yang unik.      

Siapa sangka akan ada rumah mewah di balik tembok yang dipenuhi oleh rumput hijau dan daun yang bergelantungan di tembok itu.     

"Apakah tamuku sudah di layani?" Tanya Maxwell pada Satpam rumahnya.      

"Mereka sudah di dalam." Jawab satpam itu dengan penuh hormat.     

Setelah itu, Maxwell mengangguk lalu melempar kunci mobilnya kepada satpam.     

Sementara itu, Qiara masih tidak percaya ada rumah sebagus dan semewah ini dibalik tembok besar yang diselimuti tumbuhan sepertu lumut.     

Untuk bisa masuk ke rumah itu, Qiara harus melewati pintu kecil yang berada ditengah-tengah tembok itu.     

Qiara pikir kalau Maxwell adalah bos pelit karena memiliki rumah aneh dan sangat sederhana. Tapi, ternyata rumah itu tidak hanya megah melainkan sangat indah.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.