Istri Kecil Tuan Ju

Merasa Kesal Dan Marah



Merasa Kesal Dan Marah

0Pada saat hendak mengambil buku, tiba-tiba Rena dikejutkan oleh sekelebat bayangan hitam yang tiba-tiba lewat di lorong antara kedua rak buku.     
0

Terlihat Rena hanya diam sejenak, dan kemudian langsung mengambil sebuah buku dari rak.      

Tak tinggal diam Rena langsung bergegas pergi ke Virsen.     

"Ini l!" Kata Rena seraya menjulurkan satu buku cerita kearah Virsen sambil tersenyum riang dan memainkan matanya dengan centil.      

Langsung saja kejadian tadi terlupa dibenaknya setelah melihat sosok Virsen yang tampan dan merupakan pujaan hatinya itu.      

"Kamu ingin aku membaca ini?"tanya Virsen sambil memperlihatkan buku dongen Putri Salju pada Rena yang terlihat sudah tidak sabar untuk mendengarkannya.     

Virsen tidak habis fikir sama Rena yang lagi dan lgi memintanya untuk membaca dongeng receh begitu. Secara nih ya, dia cowok paling keren gitu di kampus masak bacaanya dongen putri salju dan tujuh kurcaci. Rena memang ada-ada saja.     

Mendengar pertanyaan Virsen, Rena lansgung mengangguk senang, karena menurutnya, Virsen terlihat seksi saat membaca buku dongen untuknya.      

'Ya ampun, kenapa aku harus membaca buku dongeng lagi? aku ini kekasihnya bukan pengasuhnya yang harus membacakannya dongeng dulu baru bisa tidur' Batin Virsen sambil menyeringai aneh kearah Rena yang sedang menatapnya dengan antusias.     

Meskipun Virsen sudah bisa menebak itu buku apa, tapi dia tetap mengikuti keinginan Rena dan tidak perduli apa komentar orang yang melihatnya.      

"Baiklah, aku akan baca sekarang. Ini demi kamu ya! " akhirnya Virsen membuka buku yang menurutnya sangat kekanakan.      

Sedang Rena menyangga dagunya dengan kedua tanganya sambil memperhatikan gerakan bibir Virsen bergerak berirama.      

'Ya ampun, bibir Virsen manis banget, gimana rasanya ya kalau di cium oleh dia? hi hi hi ... Aku kenapa jadi mesum begini?. Batin Rena.     

Setelah membatin, Rena kembali fokus pada Virsen yang terlihat menawan dan karismatik saat membaca buku dongeng itu.      

Namun pandangan Rena teralihkan lagi dengan sosok bayangan yang tiba-tiba lewat di belakang Virsen dengan cepat. Dan lagi-lagi Rena langsung memalingkan wajahnya, berpura-pura tidak melihat apapun.      

Beberapa hari kemudian, Rena merasa ada didalam penjara yang gelap.      

'Aaa ... Aku dimana? Kenapa tubuhku luka-luka? Kenapa rasanya sangat sakit. 'Batin Rena seraya memegang tubuhnya yang mulai terasa perih.      

"Halo gadisku! Apa kamu merindukanku? " Mendengar suara itu, Rena terkejut dan langsung nenoleh ke sumber suara, seketika itu seberkas sinar menerangi wajah orang itu.      

"Virsen? "ucap Rena dengan gemetaran karena ia melihat wajah gelap Virsen sambil memegang cambuk di tangan kanannya.      

"Apa yang ingin kamu lakukan? "Tanya Rena dengan ragu.      

Tanpa mengatakan apapun, Virsen langsung mengarahkan cambuknya kepada Rena yang berada dalam kurungan.      

"Arrrggg ... " Teriakan Rena dalam mimpi sampai terbawa hingga ia terbangun.      

Ia menemukan dirinya sudah berada di dalam kamarnya, lebih tepatnya dia duduk di atas ranjang dipenuhi keringat dan nafas yang memburu.      

"Virsen, kenapa kamu muncul kembali dalam mimpiku. Dan juga, siapa bayangan gelap yang selalu mengikutiku, apakah itu Mama?"Tanya Rena pada dirinya sendiri.      

Karena tidak menemukan jawaban, Rena pun turun dari ranjang. Ia berjalan keluar dengan membiarkan gaun panjangnya menyapu lantai.      

Sementara itu, Qiano juga terbangun karena mimpu buruknya.      

Ia melihat itu masih jam tiga malam, ia pun segera turun dari ranjang dan masuk ke perpustakaan pribadinya yang Lion sengaja buatkan untuknya.      

Baisanya, kalau Qiano sedang tidak enak perasaannya, dia menghabiskan waktu di perpustakaan itu, karena itulah hobinya.      

Qiano duduk di pojok sambil membaca beberapa buku berat yang hanya mampu di cerna oleh orang-orang tertentu.      

Qiano terlihat tenang dan fokus membaca bukunya. Namun, yang sebenarnya adalah, ia sedang berjuang keras untuk berpura-pura tidak melihat sosok hantu wanita berbaju hitam yang sudah lama menempati perpustakaan di kamarnya. Lebih tepatnya dia adalah penunggu rumah kosong yang dibelikan untuk Qiano.      

"Hei ... Tolong aku, aku tahu kamu bisa melihatku! " suara wanita berbaju putih kusut dan kotor itu terus saja terdengar di telinganya yang sangat sensitive.      

Karena lelah, sosok wanita berbaju putih itu tiba-tiba berubah menjadi sesuatu yang sangat menyeramkan dia perlahan naik ke atas meja dan memandang dengan tajam ke arah Qiano, tak lama setelah itu sosok wanita berbaju putih itu menyemburkan sebuah gumpalan asap berwarna hitam ke wajah Qiano, layaknya seperti asap hitam yang keluar dari mulutnya.      

Bau mulut sosok perempuan itu membuat perut Qiano mulai mual, dia sudah tidak tahan dan akhirnya dia menatap sosok itu dengan kesal dan dengan cepat dia memukul wajah sosok perempuan itu menggunakan bukunya dengan keras sehingga sosok wanita itu terpental dan jatuh dari meja.      

"Aduh ternyata kamu ini memang lebih kejam dari pada penjaga neraka ... Kenapa kamu kejam banget sih? "     

Suara ringisan hantu perempuan itu terdengar memilukan, dia mendongak melihat pemuda itu sembari memegang pinggangnya, tapi kini wajahnya tidak semenyeramkan tadi melainkan hanya wajah pucat pasi sebagaimana seorang mayat.      

Pemuda itu mengerutkan keninganya dan tidak habis pikir melihat hantu itu meringis dan menangis, bagaimana mungkin pinggangnya akan patah secara dia hantu.     

"Jika kamu menggangguku lagi, aku tidak akan mengampunimu, ingat itu! " ucap Qiano dengan kesal, setelah itu dia membereskan bukunya dan mengambil ranselnya lalu bergegas meninggalkan sosok itu.      

"Aaa ... Kenapa semua lelaki begitu kejam? Tidak saat aku hidup bahkan saat aku menjadi roh pun begini masih saja di perlakukan begini sama lelaki. " sosok perempuan itu menggerutu sambil menangis seperti bayi di lantai perpustakaan itu.     

Qiano sebenarnya memiliki kelebihan seperti indra keenam. Namun, hal itu muncul diwaktu tertentu karena Qiano tidak selalu berusaha keras untuk menghilangkannya.      

Keesokan paginya, Qiara tampak berlari terburu-buru, sampai rambut kuncir kuda nya menari-nari kekiri dan kanan serta tali ransel nya merosot ke bahu.      

"Loh? Kok teman-temanku masih ada di luar ruangan? Apakah itu artinya kelas sudah selesai? Harusnya kan masih ada satu setengah jam lagi karena aku cuman telat sepuluh menit. " kata Qiara dengan bingung sambil menggaruk-garuk kepala nya.     

Tepat saat Qiara kebingungan, dia dikejutkan sama orang yang menarik ranselnya yang dengan tiba-tiba.      

"Aaaa ... "      

Ringis Qiara dengan ekspresi terkejut dan sedikit berteriak sambil berjalan mundur.      

"Kenapa kamu ke kampus? Aku sengaja tidak membangunkanku agar kamu tidak kuliah hari ini. " kata Julian yang ternyata ada di kampus dengan ekspresi gelap, sebab ia melihat Qiara berlari kencang menuju kelasnya.      

"Julian..... " teriak Qiara dengan sangat keras sampai Julian langsung melepas ransel Qiara karena harus menutup telinga nya.      

Qiara tampak terenggah-enggah melampiaskan kekesalannya akibat dirinya yang sudah terlambat dan ditambah dihadang oleh Julian.      

"Sayang, bisakah kamu pelankan suaramu! Karena ini sangat mengganggu telingaku." kata Julian dengan ekspresi yang rumit.      

Mendengar Julian memanggilnya sayang, Qiara langsung menileh ke kiri dan kanan dengan panik karena dia takut ada yang melihat atau mendengarnya.      

"Julian, tidak bisakah kamu bicara pelan-pelan?" kata Qiara seraya menggertakan giginya.      

"Jangan teriak makanya! " Kata Julian dengan sinis.      

"Wajahmu itu jelek dan selalu minta untuk di teriaki, jadi jangan salahkan aku. Dan satu lagi kalau kamu ke kampus, agap kita tidak saling kenal!"Jawab Qiara secara langsung dengan volume suara yang tinggi dan ekspresi yang garang.      

Julian menarik nafas dalam mendengar apa yang Qiara katakan. Dia tidak habis fikir kalau istrinya itu masih saja bersikap seperti itu padanya.      

'Apakah menjadi suamimu begitu buruk dimatamu sehingga kamu tidak mau ada yang tau hubungan kita? 'Batin Julian seraya memicingkan matanya dengan heran.      

"Kenapa kamu diam? Apa ada yang salah? "Tanya Qiara dengan ketus.      

"Dasar kucing liarku yang mengemaskan."Ucap Julian sambil tersenyum simpul.      

"Aku bukan kucing" Kata Qiara lagi sambil menggertakam giginya.      

"Hahahha ... Bagiku kamu itu kucing liarku yang menggemaskan!" Sahut Julian sambil terkekeh.      

"Kucing itu hewan, sedang aku manusia. Makanya pakai kaca mata agar kamu bisa membedakan mana kucing mana manusia. " kata Qiara lagi menimpali ucapan Julian yang terkekeh memandangnya.      

"Ohhh ... Tentu kamu benar kalau kucing itu hewan sedang kamu itu manusia. Tapi, manusia yang suka teriak itu tidak ada bedanya dengan kucing. Tapi, aku suka padamu. " balas Julian sambil berkedip kearah Qiara.     

Mendengar perkataan Julian, Qiara merasa frustasi karena Julian masih saja menunjukkan betapa dekatnya mereka, padahal dia sangat khawatir akan ada yang melihatnya. Entah kenapa lorong menuju kelasnya sangat sepi.      

"Hahhhh ... Sudahlah! Gombalanmu itu tidak berkelas, dan tidak mampu membuatku Baper. Lagian ngapain juga kamu disini pagi-pagi kayak orang kurang kerjaan saja, apa kamu sudah di PHk?" Ucap Qiara dengan ketus karena bagi nya kehidupannya di kampus tidak dicampuri oleh Julian. Seakan mereka tidak saling mengenal.      

"Aku kesini untuk memintakanmu izin untuk tidak kuliah. Tapi, kamu tenang saja karena kamu tidak akan ketinggalan mata kuliah, karena selama satu minggu aku memberikan tiket liburan untuk dosenmu. Sehingga, teman-temanmu yang lain ikut libur " jelas julian sambil tersenyum.      

"Hahahaha ... Terimaksih Tuan Julian atas pertolongan nya. Tapi sayang nya aku tidak suka caramu ini. Aku ingin belajar dan bukankah kita sudah sepakat untuk liburan hanya di kota A itupun sore nanti. "Kata Qiara yang merasa sakit kepala mihat kelakuan suaminya yang begitu sombongnya.      

Setelah mengatakan itu, Qiara pun bergegas pergi dari hadapan Julian sambil berjalan seperti kucing mencari tikus karena dia khawatir kalau Julian mengikutinya sehingga banyak orang yang akan melihatnya.      

'Dasar suami yang suka seenaknya. Dia fikir kampus itu area bermain apa? Aku mau belajar tapi dia malah mengusir dosenku, kapan aku pintarnya. Sepertinya, dia minta di hajar kali ya.'Batin Qiara sambil bersender di tiang besar yang ada di gedung kampus itu.      

"Sayang, kita jalan bersama! "kata Julian yang tiba-tiba sudah berada di samping nya.     

"Ohhh astaga ... " ucap Qiara seraya terkejut dengan ekspresi buruk.     

Saking kaget nya dia hampir keseleo dan jatuh ke lantai akibat tubuh nya yang berputar karena terkejut.      

"Qiara... " kata Julian seraya menangkap pinggang Qiara dengan panik karena dia takut Qiara jatuh dan membawa hal buruk bagi bayinya.      

"Kalau jalan harus hati-hati! Jangan kayak orang kesurupan! "kata Julian yang mencoba menasehati Qiara dengan tatapan sinis.      

"Siapa yang jalannya cepat. Ini semua karena kamu tau! Hampir saja aku jantungan untung nya aku tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Dasar mulut bau! " Teriak Qiara lagi dengan tatapan mematikan dan ekspresi garang.      

Mendengar perkataan Qiara, Julian pun mencoba mencium bau napas nya karena tidak terima dibilang mulut bau.     

"Mulutku tidak bau kok, tadi pagi aku malah mandi air panas. Kamu tau sendiri kan kalau aku selalu menyikat gigi dengan teratur! "Jelas Julian ucap dengan polos nya.      

Mendengar perkataan Julian, Qiara langsung menyerengai sinis ke arah nya sambil berkata, "Aku yang mencium nya bukan kamu, jadi menjauhlah dariku karena aku mau muntah saking bau nya mulutmu itu!"     

"Sayang apa kamu serius? Apa kamu sedang membuat lelucon? Ummm... Aku rasa ini lucu, dan aku merasa hidupku lebih berwarna sekarang karena aku memilikimu dalam hidupku! "sahut Julian sambil terkekeh.      

Qiara menepuk jidatnya melihat Julian yang semakin aneh. Dia sampai bingung harus memakinya dengan kata-kata apa agar Julian tersinggung lalu pergi dan tidak mengganggu nya.      

'Ya Tuhan, kenapa manusia satu ini bertingkah aneh? Dulu waktu engkau menciptakannya, dia terbuat dari apa sih?' Batin Qiara sambil menatap Julian dengan sinis.      

"Kamu sudah gila, pengusaha abal-abal yang sukanya menggoda anak kecil dan kerja sesuka hatinya. Aku malas bicara denganmu " ucap Qiara sambil menggeleng-gelengkan kepala nya.      

"Kamu benar, aku gila karena kamu. Hehehe... " kata Julian lagi sambil terkekeh.      

"Ahhhh ... Sudah, sudah. Aku tidak mau mendengar dan melihat wajah burukmu yang selalu ingin membuatku muntah. Sekarang juga kamu pergi dan tinggalkan aku disini, segera!" teriak Qiara dengan frustasi sampai rambut nya yang di kuncir terlepas dari ikatan nya.      

Seketika itu Julian terdiam, dia menatap Qiara dengan sendu tanpa bergerak dan mengatakan apapun.     

Melihat Julian terdiam, Qiara menunduk dan berfikir apakah dia sudah keterlaluan pada Julian yang merupakan suaminya yang sangat perhatian padanya.      

'Apa aku sudah keterlaluan? Apa perkataanku sudah menyakiti nya? Atau apa? Ahhh kenapa aku makin frusatasi menghadapi nya, dia diam salah, dia bicarapun salah. Sebenar nya apa mau nya sih hatiku ini?'. Batin Qiara dengan perasaan yang tidak nyaman.      

Tepat saat Qiara menunduk diam, tiba-tiba saja Julian melangkah mendekati nya dan tanpa sepengetahuan Qiara, Julian langsung memeluk Qiara.      

Seketika itu Qiara terkejut, untuk sesaat dia terdiam sambil mengedip-ngedipkan mata nya menikmati aroma harum tubuh Julian yang selalu ingin dia peluk semenjak dia hamil itu dan aura hangat serta fositif dari Julian.     

Tepat saat itu, Qiano yang sedari tadi mencari keberadaan Qiara terkejut sambil mengepalkan pegangan nya pada buku yang dia bawa, seketika itu ekspresi nya langsung berubah dingin saat melihat Julian memeluk Qiara.      

"Qiara? "ucap Qiano dengan pelan.     

Sadar dengan kehadiran Qiano, Qiara pun melotot melihatnya yang berdiri tepat dibelakang Julian.      

"Qiano? "Kata Qiara dengan mata melotot.      

Setelah mengatakan itu, Qiara langsung mendorong Julian yang merupakam suaminya itu dengan sekuat tenaganya.      

Julian pun terpental ke belakang, untung nya dia bisa menjaga keseimbangan nya sehingga dia tidak jatuh ke lantai.      

"Qiano, apa kamu sudah lama disana?" Tanya Qiara dengan gugup.      

Jantung Qiara berdetak tidak karuan, dia grogi dan sedikit bergetar secara yang memergoki nya itu adalah Qiano yang dia cintai meskipun mereka tidak dalam satu hubungan resmi.      

"Apa hubunganmu dengan Tuan Ju? Kenapa dia memelukmu? "Tanya Qiano seraya berjalan mendekati Qiara. Namun, Julian langsung menghalanginya dengan ekspresi gelap.      

"Apa kita bisa bicara? "Tanya Julian dengan suara yang dingin.      

"Apakah ada hal penting yang ingin anda sampaikan? "Tanya Qiano balik seraya menantang tatapan Julian.      

"Tunggu dulu, kalian tidak bisa bicara berdua tanpa aku. Disini akulah yang harus lebih tau dari kalian. " Kata Qiara seraya menyingkirkan Julian dari hadapannya. Namun, Julian malah menariknya agar tetap berdiri dibelakangnya.      

"Bagaimana Qiano? "Tanya Julian lagi.      

"Baiklah, dimana anda mau bicara? "Tanya Qiano yang memiliki ekspresi sama dengan Julian.      

"Kita bisa bicara di mobilku. " jawab Julian.      

"Baiklah! "Jawab Qiano tanpa takut.      

"Aku akan ikut ke mobil! " Kata Qiara lagi yang berusaha menengahi Julian dan Qiano.      

"Kamu akan pulang diantar pak Joni. Jadi, jangan banyak tingkah jika kamu tidak mau dia kenapa-napa! " Kata Julian seraya melirik Qiara dibelakangnya.      

Seketika itu Qiara terdiam dan menunduk ketakutan setiap melihat lirikan mengerikan dari Julian.      

'Kenapa Qiara begitu patuh pada Tuan Ju? Ada apa ini? 'Batin Qiano dengan ekspresi heran.      

Tidak lama kemudian, Julian pergi bersama Qiano dan meninggalkan Qiara.      

Tanpa mengatakan apapun Qiano mengikuti Julian dengan patuh.      

Dia yang ingin menemui Qiara sampai rela telat masuk kelas, malah diperlihatkan dengan pemandangan yang mengejutkan. Wanita yang dia cintai malah ada dipelukan orang lain.      

Qiara menjadi cemberut, lalu berjalan menyusul Qiano dan Julian sebab di parkiran dia sudah di tunggu oleh Pak Jono.      

"Qiano, aku tau hubunganmu dengan Qiara. Oleh karena itu, aku ingatkan padamu untuk menjauhinya. " Kata Julian setelah mereka duduk bersama di dalam mobil itu.      

"Apa hak anda untuk meminta saya menjauhinya? " Tanya Qiano dengan ketus.      

"Apa kamu yakin akan baik-baik saja jika mendengar kebenarannya?"Jawab Julian seraya bertanya kembali.      

"Katakan saja! Aku bukan pengecut yang akan menyerah dengan kebenaran. "Kata Qiano dengan tegas.      

"Suatu hari nanti, kamu akan tau siapa Qiara. Mengingat kamu adalah adik ipar rekan bisnisku, aku tidak akan mengusikmu. Jadi, penuhi permintaanku dengan hormat ini! "Jelas Julian dengan tegas.      

"Apapun hubunganmu dengan Qiara, aku tidak akan mundur sama sekali. Karena aku mencintai dia. Baiklah kalau begitu, aku pamit! "     

Setelah mengatakan itu, Qiano keluar dari mobil Julian dengan ekspresi gelap. Dia tau siapa orang yang sedang dia tantang, namun dia bukan orang yang mudah menyerah atau takut pada sesuatu karena itu bukan jiwanya.      

'Anak kecil itu sudah menentangku. Haruskah aku berdiskusi dengan Lion? ' Batin Julian seraya mengepalkan tinjunya.      

Tepat saat itu, Eny melponnya karena dia harus segera datang menghadiri rapat. Ia pun melihat jam ditangannya yang menunjukan pukul sembilan kurang tiga puluh menit.      

"Kita ke kantor sekarang!" Seru Julian kepada Andi yang berada di kemudi.      

"Baik bos! "sahut Andi dengan tegas.      

Tidak lama setelah itu, Andi pun meninggalakan parkiran kampus.      

Tidak lama kemudian, Qiara sampai di rumah dan langsung melempar tasnya di sopa saking kesalnya kepada Julian yang merusak harinya.      

Namun, ia lelah dengan perasaannya yang selalu ingin bersama Julian. Oleh karena itu, dia langsung mengirim pesan pada Julian tentang rencananya, tapi sayang sekali ponsel Julian mati.      

Waktu terus berlalu. Setelah menyelesaikan pekerajaannya, Julian pun langsung mengaktifkan ponsel nya. Seketika itu dia mengerutkan kening nya melihat begitu banyak pesan dari Qiara, bahkan terakhir kali Qiara mengirim lokasinya ke Julian.     

Selain itu ada juga pesan dari pelayannya yang mengatakan kalau rumahnya sedang di kerumuni wartawan.      

Seketika itu, Julian pun segera keluar dari kantor itu.      

Tidak lama setelah itu mobilnya meninggalkan area kantor dan mengaktifkan pelacak nya untuk menemukan posisi Qiara.      

Julian sempat heran karena lokasi yang dia lihat ada di pinggiran kota A seketika itu pun kecemasan merasuki hatinya karena Qiara dan bayinya tidak boleh berada ditempat yang kotor.      

"Ngapain Qiara ada disini? Apakah terjadi sesuatu dengan nya?" tanya Julian pada diri nya sendiri.     

Karena merasa sangat khawatir, Julian pun mempercepat laju mobil nya menuju lokasi itu.      

Setelah lama di perjalanan, Julian akhirnya sampai. Dia terdiam melihat area pasar malam yang begitu ramai karena sebenarnya dia juga tidak pernah datang ketempat seperti ini, dikarenakan dia selalu di jaga dan tidak dibiarkan bermain ditempat yang buruk.      

"Gara-gara Klien brengsek itu, aku sampai lupa janjiku untuk membawa Qiara jalan-jalan. Aku tidak menyangka akan sampai malam begini. "Kata Julian lagi dengan kesal pada dirinya sendiri.      

Setelah bicara pada dirinya sendiri, Julian pun langsung membuat panggilan kepada Qiara. Untungnya dia mengangkatnya.      

"Halo, "      

Julian menjauhkan ponsel nya ketika dari seberang telpon terdengar suara Qiara dibarengi suara ribut yang membuat pendengaran terganggu.     

"Halo Julian! " kata Qiara untuk yang kedua kali nya.      

"Kamu dimana?" tanya Julian seraya berteriak agar Qiara mendengarnya.      

"Apa?" teriak Qiara lagi karena tidak mendengar suara Julian dengan jelas.      

Merasakan situasinya tidak menyenangkan, Julian berfikir kalau ia percuma saja bicara dengan Qiara sebab tempat Qiara sepertinya sangat ramai.      

Tanpa berfikir panjang, Julian pun akhir nya menutup telponnya dan memilih turun dari mobil mengandalkan alat pelacaknya yang bisa mendeteksi keberadaan ponsel canggih Qiara.      

Tidak lama setelah itu Julian akhir nya menemukan posisi Qiara yang sedang asik makan lolipop yang cukup besar sebari menonton pertunjukam sulap diantara banyaknya penonton yang berkerumun, dan itu membuat ekspresi Julian berubah gelap.      

"Qiara ayo pulang!" kata Julian sambil menarik tangan Qiara dari kerumunan.      

Merasa tangannya di tarik, Qiara pun langsung menoleh kearah Julian seraya berkata, "Julian, kenapa kamu baru datang? "     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.