Istri Kecil Tuan Ju

Sebuah Perjanjian



Sebuah Perjanjian

0"Tentu saja aku mau jika Tante tidak keberatan, terlebih aku dulu pernah tinggal disini. Akan menyenangkan jika bisa tinggal seperti dulu. " Jawab Viona dengan percaya diri.     
0

"Ummm ... Viona berubah fikiran kok tante. Sepertinya, berkarir di negara sendiri jauh lebih menarik dan aku akan sangat bahagia jika bisa menemani Tante di rumah ini. Bukankah begitu? " kata Viona dengan senyum yang merekah setelah itu ia bertanya untuk menguatkan kalimatnya.      

"Itu baru benar. Lagi pula, kamu sudah terlalu lama berada di luar negeri, Tante sampai lupa bagaimana wajahmu. Tapi, melihatmu hari ini,Tante cukup terkejut karena kamu sangat cantik. "Jawab Sarah seraya mencubit pipi Viona dengan gemas.     

"Hhahahaha ... Tante bisa saja. Aku tetaplah gadis kecilmu yang lucu dan sangat sering bertengkar dengan Julian." Kata Viona sambil terkekeh.     

"Iya, tante masih ingat bagaimana kamu dan Julian bermusuhan. Hanya karena mobil mainan kalian saling pukul dan tidak mau bicara. Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu, kalian sudah tumbuh dewasa. Hehehe ... " Kata Sarah yang ikut terkekeh bersama Viona.     

"Hahaha ... Itu adalah hal yang menyenangkan untuk diingat. Oh iya, kenapa Natan dibawa ke Australia? Bukankah dia baru saja kembali dari Amerika? "Kata Viona dengan heran setelah selesai dengan tawanya.     

"Entahlah, ini semua keinginan Papa nya yang sesuka hatinya. Aku hanya bisa menarik nafas karena kamu tau sendiri kalau Papa nya sudah mengambil keputusan maka tidak ada orang yang bisa membantahnya lagi. "Jawab Sarah dengan sedih.      

"Iya juga sih. Oh iya, bagaimana kalau kita main sekarang? Aku sudah lama tidak ke Mall "Kata Viona mencoba mencairkan suasana karena dia tidak ingin melihat Sarah merasa sedih.      

"Wahhh ... Ide bagus tuh. Tapi, kamu baru datang, apakah kamu tidak mau istirahat terlebih dahulu? "     

Sarah mulai cemas karena Viona baru saja datang, masak sudah mau pergi.      

"Haha ... Tante tidak perlu mencemaskanku, aku ini Viona si gadis kuat dan tidak mudah sakit. Ya sudah kalau begitu, tante sebaiknya berdandan sekarang! Aku tunggu disini! " Kata Viona seraya terkekeh.      

"Baiklah kalau kamu bilang begitu, tante akan siap-siap sekarang. "Sarah akhirnya mengangguk lalu dengan segera ia masuk ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya lalu bersiap-siap.      

Sementraa itu Viona melihat-lihat ke sekeliling memastikan kalau rumah itu masih sama seperti beberapa tahun lalu, waktu dia meninggalkannya.      

'Semua masih tampak sama. Julian juga tampak semakin tampan di foto keluarga ini. Bagaimana pendapatnya jika bertemu aku? 'Batin Viona seraya tersenyum menatap foto keluarga yang ada di dinding itu.      

Sementara itu di suatu tempat, Qiara tampak gembira bermain di salah satu Mall yang ada di kota A bersama Julian yang terlihat seperti anak muda pada umumnya karena kali ini dia tidak menggunakan jas mewahnya seperti biasa melainkan baju kaos yang terlihat biasa saja dengan celana jins hitam yang membuatnya tampil seperti remaja yang menarik dan kekinian sehingga tidak ada satupun yang bisa mengenalnya.      

"Julian ... " teriak Qiara sambil cemberut ketika melihat Julian berjalan begitu lambat.      

Mendengar teriakan Qiara. Julian hanya bisa menarik nafas dalam melihat istri nya yang senang sekali teriak-teriak serta berlari-lari di keramaian.      

Tidak lama setelah itu Julian dengan cepat ia menghampiri Qiara agar tidak berteriak untuk kedua kali nya.     

"Qiara, jangan teriak-teriak begitu! Ini tempat ramai dan gak baik buatmu juga. " seru Julian sambil mencoba memberikan Qiara pengertian.      

"Jadi, apa kamu fikir aku salah? " tanya Qiara seraya mendongak menatap Julian dengan ekspresi yang gelap dan nada suara yang ketus.     

"Kamu tidak salah sayang! Cuma kamu lupa saja kalau ini bukan di rumah. Ya sudah, Sekarang aku ada disini. Kamu mau aku bagaimana? Tapi, kamu harus janji agar tidak beralari!" Ucap Julian dengan lembut untuk menenangkan Qiara dan memberikan nya jawaban yang kira-kira bisa diterima dengan baik. Selain itu dia tidak lupa untuk menasehati Qiara agar berhati-hati.      

"Kenapa? Aku ini masih sehat dan tidak mungkin jatuh. Jadi, tenang saja! "sahut Qiara dengan masa bodoh dengan nasehat Julian.      

"Baiklah, Qiara memang wanita yang hebat. Tadi, kenapa kamu berteriak? Ini keramaian dan tidak enak dilihat orang. Nanti, kamu disangkanya orang gila lagi. "Kata Julian yang mengalah lagi.      

"Iya maaf. Lagian aku sudah menunggumu lama disini, kenapa kamu begitu lambat? Ayo bergabung denganku untuk bermain! Kebetulan aku baru saja menang sekali!" Kata Qiara seraya menarik tangan Julian ketempat permainan mobil balap sambil tersenyum.     

Ekspresi Julian begitu datar, dia merasa aneh berada di tempat permainan yang sudah lama tidak dia mainkan itu.      

"Aku tidak suka kamu pakai topi, jadi lepaskan saja!" Kata Qiara sambil melepaskan topi Julian begitu saja.      

"Qiara ... Aku ... "Julian lagi-lagi harus mengalah dengan Qiara. Dia tidak mungkin melakukan hal yang kemungkina besar aka merubah mood Qiara.      

Tepat saat itu, wajah Julian langsung dikenali banyak orang walaupun mereka ragu karena penampilan Julian yang tidak seperti biasanya.      

Namun, penampilannya yang hanya menggunakan pakaian ala remaja itu sukses membuat para wanita di Mall kepincut dan histeris, secara mereka menyadari kalau Julian dalah Presedir JJ Grup yang sudah resmi.      

Dari postur tubuh dan garis wajah yang Julian miliki dan latar belakangnya yang kuat, dia sangat menawan.      

Menyadari tatapan dan bisik-bisik para gadis tentang Julian. Qiara hanya tersenyum seraya melirik mereka semua.      

"Ayo ... Kamu harus menang! "Teriak Qiara yang kembali heboh saat melihat Julian begitu serius. Tanpa sadar, Qiara memegang lengan Julian karena dia merasa gemas pada Julian yang tidak kunjung memenangkan permainan.      

"Qiara, kalau kamu memegang lenganku dengan erat begini, bagaimana aku bisa main?" kata Julian dengan heran ketika merasakan tangan Qiara menghalangi gerakan tangannya.      

"Kamu hanya mencari alasan saja. Sudahlah, lanjutkan permainannya!"Kata Qiara yang tidak mau melepas pegangan tangannya.      

Julian kembali fokus pada layar, namun ia akhirnya kalah.      

"Yaaa .... Kalah. Kamu itu laki-laki apa bukan sih? Kenapa main begini saja tidak bisa, aku tidak mau main lagi. Lebih baik kita pergi sekarang ke permainan yang lain! "kata Qiara sambil menatap Julian dengan kesal.      

Julian menarik nafas dalam melihat kelakuan tidak jelas istri nya itu. Perasaan tadi dia maksa untuk main bahkan sudah beli koin banyak. Tapi sekarang harus pergi begitu saja hanya karena dia kalah sekali? Apakah istri nya sekarang seberubah itu karena kehamilannya? .     

"Baiklah!" sahut Julian tanpa banyak tanya lagi karena hari ini Qiara lah bos nya yang harus dia bahagiakan dan turuti kemauan nya.     

"Baguslah, ayo kita pergi!"     

Qiara begitu senang karena Julian menuruti semua kinginannya tanpa mengajaknya debat dulu.      

Qiara menarik lengan Julian untuk keluar dari tempat bermain itu sontak semua wanita yang melihat merasa iri pada Qiara, namun tidak jarang juga yang menghinanya.      

Sementara Julian hanya fokus pada istri nya tanpa menyadari ada yang memperhatikan nya karena itu adalah hal biasa baginya.      

Setelah dari tempat bermain, Qiara tiba-tiba merasa lapar. Mereka pun pergi kesalah satu restauran di Mall itu.      

"Aku ingin eskrim. "Kata Qiara seraya menunjuk kepada menu yang ada diatas meja.      

"Baiklah! "     

"Terimakasih Tuan Ju sayang! "Bisik Qiara seraya mencuri ciuaman di pipi Julian.      

Seketika itu Julian memegang pipinya dengan kaget karena ini pertama kalinya Qiara berinisiatip menciumnya di depan umum.      

"Sama-sama sayang! " sahut Julian sambil mencium punggung tangan Qiara dengan tatapan penuh cinta dan sentuhan yang termanis dari seorang Julian.      

"Ya sudah, kamu pesankan aku es krim paling enak disini. " Seru Qiara seraya menarik tangannya dari Julian.      

"Iya. " Jawab Julian seraya memanggil pelayan tanpa emosi.      

Tidak lama kemudian, eskrim yang Qiara pesan datang juga. Ia pun langsung menyantapnya dengan lahap.      

"Julian, Qiara? "     

Mendengar suara akrab itu, Julian dan Qiara lansung menoleh kearah sumber suara.      

"Mama? Viona? " Ucap Julian dengan ekspresi yang rumit. Sudah sekian tahun dia tidak bertemu Viona yang kini sudah berada di depannya.      

Qiara hanya diam memperhatikan sosok Viona yang cantik dan menawan. Memiliki tubuh ramping, rambut panjang, wajah yang mulus membuatnya terlihat sempurna di mata Qiara.      

'Cantik banget, siapa dia? Kenapa Julian seperti Mengenalinya? Dia juga terlihat sangat bahagia bertemu gadis ini. 'Batin Qiara seraya menunduk karena merasa minder dan silau akan kecantikan Viona.      

"Julian, apakah ini kamu? Aku fikir ini pakaian tidak cocok denganmu, bukankah aku sudah pernah memberitahumu mana pakaian yang ping cocok di tubuhmu? "Kata Viona seraya memegang baju kaos Julian.      

Qiara menggigit sendok di mulutnya ketika melirik Viona yang mulai tidak sopan pada Julian.      

'Kenapa Julian mau-mau aja diperlakukan seperti itu? Dasar mata kerajang, tidak bisa melihat cewek cantik sedikit. Katanya cinta, apaan itu, sampah semuanya. 'Batin Qiara dengan kesal.      

"Kamu mulai lagi, kapan kamu datang? "Tanya Julian dengan nada suara yang lembut.      

"Tidakkah kamu mempersilahkan dua wanita cantik ini untuk duduk dulu sebelum bertanya? "Viona merasa kesal dengan sikap Julian yang tidak sopan.      

"Maafkan aku! Duduklah! " Kata Julian dengan eskpresi bersalah.      

"Bagaimana kalian bisa ada disini? "Tanya Sarah dengan ramah pada menantunya.      

"Kami sedang berjalan-jalan!"Jawab Julian dengan sedikit senyum.      

"Tunggu dulu! Siapa gadis kecil yang lucu ini! "Tanya Viona yang sedari tadi mengamati Qiara.      

"Istriku. "Jawab Julian dengan spontan.      

"Wahhh ... Kamu sudah menikah tapi tidak memberitahuku? Apakah begitu? " ekspresi Viona sangat kesal karena seharusnya dia diberitahu namun Julian malah menyembunyikannya.      

"Maafkan aku karena pernikahanku sangat mendadak. "     

Julian berusaha menenangkan Viona agar tidak marah. Qiara masih tetap diam karena dia fikir kalau ini bukan bagiannya dia.      

"Apakah kamu hamil? "Tanya Viona tiba-tiba setelah berurusan dengan Julian.      

Mendengar pertanyaan Viona, baik Julian ataupun Qiara kaget.      

'Aku lupa kalau Viona adalah dokter kandungan. Harusnya aku membawa Qiara pergi dengan cepat. 'Batin Julian.      

Tanpa mengatakan apapun, Qiara langsung menggelengkan kepalanya.      

"Kalau begitu, bolehkah aku mengecek nadimu? " Tanya Viona sambil tersenyum.      

Qiara terdiam karena dia tidak tau siapa Viona dan dia juga tidak mau menerima kenyataan jika divonis hamil.      

"Sayang, kamu jangan takut! Viona ini adalah sahabat Julian, dia seorang dokter kandungan. Jika kamu benar-benar hamil, maka Mama dan Mama mu pasti senang dan kita akan merayakannya. Jadi, biarkan Viona memeriksamu! "Kata Sarah seraya memegang tangan Qiara.      

Viona tersenyum sambil melirik Julian yang terlihat panik. Dia bisa melihat dari wajah Qiara kalau dia lagi hamil, namun dia harus membuktikan dugaannya dengan memeriksa nadi Qiara.      

"Maaf, karena kami harus melanjutkan jalan-jalan kami. "Kata Julian seraya menarik tangan Qiara yang kebingungan.      

"Qiara ... Ayo pergi! "Kata Julian.      

Viona dan Sarah merasa bingung dengan sikap Julian yang gugup dan langsung membawa Qiara pergi begitu saja.      

Tanpa banyak tanya, Qiara pun mengikuti Julian dengan patuh.      

Tidak lama setelah itu, Julian membawa Qiara ke taman bermain sesuai dengan permintaannya. Sepanjang perjalanan, mereka berdua tidak membuka suara sedikit pun seakan mulut mereka terkunci.      

'Hamil? Apakah benar aku hamil? Aku sudah telat dua bulan. 'Batin Qiara seraya memegang perutnya.      

"Aku ingin pulang! "Kata Qiara setelah lama terdiam.      

"Pulang? Bukankah kita harus pergi ke taman hiburan"Tanya Julian dengan terkejut.      

"Aku sudah tidak tertarik. Jadi, kita pulang saja "Jawab Qiara tanpa melirik Julian.      

"Baiklah! "     

Setelah bicara dengan Julian, Qiara pun segera mengirim pesan pada Yumi untuk membelikannya tespek.      

'Aku malu. 'Balas Yumi.      

'Tolong aku!'     

'Baiklah! Aku akan usahakan membelikanmu! '     

Setelah mendapat balasan yang meyakinkan, Qiara pun menutup ponselnya. Sedangkan, Julian hanya diam tanpa menaruh curiga pada Qiara. Namun, ia terganggu dengan munculnya Viona.      

Tidak lama kemudian, mereka sampai di rumah.      

"Sebaiknya kamu pergi ke kantor, karena aku ingin istirahat sekarang!" Kata Qiara seraya berjalan masuk menuju kamarnya.      

Julian mulai merasa khawatir melihat gelagat Qiara yang cuek.      

Namun, dia tidak mau menganggu Qiara sehingga dia memilih pergi dari rumahnya.      

Waktu terus berlalu. Yumi pulang membawa tespek itu untuk Qiara.      

"Apa kamu yakin? "Tanya Yumi yang juga merasa khawatir.      

"Ak berharap tidak hamil karena itu tidak mungkin. " jawab Qiara seraya mengambil tespek itu dengan gemetaran.      

"Tapi, kalau kamu sudah melakukan hubungan suami istri sama Tuan Ju, bisa jadi kamu hamil. "Jelas Yumi.      

Qiara cemberut dan mengingat berapa kali dia sudah melakukannya dengan Julian. Namun, dia percaya pada Julian yang sudah berjanji untuk tidak membuatnya hamil.      

"Aku akan periksa dulu, agar kita segera tau apa aku hamil atau tidak. "Ucap Qiara dengan sedikit gemetar.      

"Apa kamu tau caranya? "Tanya Yumi ketika mengingat kalau ini yang pertama bagi Qiara.      

Tanpa menjawab pertanyaan Yumi. Qiara langsung menganggukkan kepalanya dengan polosnya.      

"Aku akan bantu. Kita bisa lihat yotube. "Kata Yumi menawarkan diri karena dia juga penasaran dengan Qiara.      

"Aku bisa sendiri dengan melihat yotube juga. "      

Setelah mengatakan itu, Qiara pun langsung masuk ke kamarnya. Beberapa menit kemudian, Qiara mondar mandir dengan tangan gemetaran. Dia takut sehingga keringat dingin.      

Dia sudah yakin caranya benar sesuai dengan apa yang dia lihat di yotube.      

Waktunya sudah tiba. Dengan perjuangan keras dan dada yang berdebar kencang, dengan pelan Qiara mengangkat alat tespek itu.      

Tidak lama kemudian, Qiara melotot dengan mata yang berkaca-kaca saat melihat dua garis di alat itu.      

Dada Qiara terasa sesak seakan sulit bernafas, kakinya gemetaran seketika itu terbayangan semua perlakuan Julian kepadanya yang selalu memintanya untuk berhati-hati. Dia juga mengingat waktu dia beberapa kali jatuh sakit.      

"Arrgggg .... Tidak mungkin ... Ini tidak mungkin. Aku tidak mungkin hamil. " Teriak Qiara seraya merosot ke lantai.      

Teriakannya sampai terdengar keluar.Seketika itu Yumi dan Bibi Mu terkejut dan langsung menghampiri pintu kamar Qiara, namun dia mengunci pintunya, seketika itu mereka semakin panik.      

"Ada apa dengan Ny. Muda? "tanya Bibi Mu dengan panik.      

"Dia lagi ngecek apakah dia hamil atau tidak menggunakan tespek. Apa mungkin hasilnya positif makanya dia teriak? "jelas Yumi dengan ekspresi yang bingung.      

"Apa? " Bibi Mu terkejut mendengar penjelasan Yumi.      

"Kenapa Bi ?" Tanya Yumi yang semakin bingung.      

"Ny. Muda memamg hamil. Tapi, Tuan Ju sengaja tidak memberitahunya karena menakutkan hal seperti ini terjadi. "Jelas Bibi Mu dengan perasaan yang tidak tenang.      

Yumi terkejut mendengar penjelasan Bibi Mu, dia pun merasa bersalah karena sudah membantu Qiara untuk mendapatkan tespek itu.      

"Lebih baik Bibi Mu telpon Tuan Ju, saya akan berusaha menenangkan Qiara agar tidak melakukan hal yang membahayakan dirinya dan bayi itu. "Kata Yumi.      

Bibi Mu pun langsung menghubungi Julian dengan cepat karena keadaannya benar-benar gawat. Qiara berteriak terus-terusan di kamarnya.      

"Ada apa Bi? "Tanya Julian dari seberang telpon.      

"Ny. Muda sudah tau kalau dia hamil. Sekarang dia lagi ngamuk di kamar. "Jawab Bibi Mu dengan suara yang bergetar.      

Julian kaget dan panik mendengar penjelasan Bibi Mu. Tanpa mengatakan apapun, Julian langsung pulang dari kantor.      

Tidak lama kemudian, Julian sampai di rumahnya. Ia parkir secara acak lalu berlari masuk kedalam rumah.      

"Tuan, Ny. Muda tidak mau membuak pintunya. "Kata Bibi Mu dengan panik.      

"Arrrggg ... "      

Julian bisa mendengar teriakan Qiara dari balik pintu kamarnya. Seketika itu Julian semakin panik.      

"Qiara buka pintunya! "Teriak Julian seraya menggedor pintu dengan keras.      

Qiara tidak juga membuka pintunya. Hanya teriakan dan tangis dari dalam kamar yang di dengar.      

"Tolong ambil kunci cadangan kamarku! "Seru Julian pada Bibi Mu.      

"Saya sudah mencarinya, sepertinya Ny. Muda yang mengambilnya. "Jawab Bibi Mu.      

Mendengar penjelasan Bibi Mu. Julian menarik nafas kesal. Ia tidak punya pilihan selain mendobrak pintu kamarnya.      

"Qiara buka pintunya! " Suara Julian terdengar sangat keras dan menakutkan.      

Ketiga kalinya, akhirnya Julian bisa mendobrak pintu itu. Seketika itu ia menemukan Qiara sedang memegang gunting di tangannya dengan mata yang memerah.      

"Sayang, jangan lukai dirimu! Tenanglah dan mari kita bicara! "Kata Julian seraya berjalan menghampiri Qiara.      

Yumi dan Bibi Mu hanya berdiri diam menyaksikan Julian dan Qiara.      

"Menjauhlah kamu pembohong! Aku sudah bilang kepadamu agar tidak membuatku hamil, tapi kenapa kamu ingkar janji!" Teriak Qiara seraya mengarahkan gunting itu pada Julian.      

"Kita bicarakan dulu dengan kepala dingin untuk menemukan solusinya. Aku juga akan menjelaskan semunya kepadamu. "Kata Julian yang masih berusaha tenang.      

"Aku tidak mau bicara denganmu."Teriak Qiara lagi.      

Julian terdiam sesaat, dia mencoba memikirkan apa yang harus dia lakukan.      

Tepat saat itu, Julian memeperharikan tangan Qiara yang gemetaran saat memegang gunting. Dia mengambil kesimpulan kalau Qiara tidak akan melakukan hal yang akan membahayakan dia dan bayinya. Jika pun dia ingun bunuh diri, susah dia lakukan ketika dirinya ada di rumah.      

Setelah mengambil kesimpulan, Julian pun berjalan menghampiri Qiara tanpa ragu dengan tatapan sinis.      

"Menjauh dariku! "     

Julian terus berjalan menghampirinya tanpa gentar dengan ancaman Qiara.      

"Aku akan menuruti kemauanmu jika kamu bisa tenang! "Kata Julian seraya memeluk Qiara.      

Merasakan pelukan hangat itu. Qiara pun merasa tenang lalu melepaskan gunting yang dia pegang.      

"Kamu pembohong. Kamu selalu berjanji tapi kamu juga yang mengingkarinya. Aku ingin cerai! "ucap Qiara seraya menyeka air matanya.      

Julian terdiam sejenak. Dia tidak ingin bercerai, tapi dia tidak ingin membuat Qiara mengamuk sehingga ia sampai mencelakai dirinya.      

"Iya. Setelah kamu melahirkan anak kita. Aku akan melepaskanmu! "jawab Julian menginyakan permintaan Qiara.      

"Apa kamu bisa di percaya? "Tanya Qiara dengan mulut yang gemetaran.     

"Kali ini aku akan berpegang dengan janjiku. Tapi, aku punya peraturan. Apakah kamu mau mendengarnya? "Kata Julian dengan wajah serius.      

Qiara pun mengangguk. Setelah itu Julian meminta Qiara untuk menunggunya di kamar sedang dia pergi ke ruang kerjanya.      

Yumi dan Bibi Mu langsung pergi sesuai dengan perintah Julian.      

Tidak lama kemudian, Julian masuk ke kamarnya lalu membawa sebuah kertas dan polpen.      

"Bacalah terlebih dahulu sebelum kamu tanda tangan! "Seru Julian.      

"Kamu saja yang membacanya karena aku malas membacanya."Jawab Qiara dengan ketus.      

Julian pun langsung membaca surat perjanjian yang dia buat.      

"Setelah kita bercerai, hak asuh anak sepenuhnya milikku. Semua tentangmu akan aku singkirkan sehingga anak itu tidak akan pernah tau siapa ibunya karena aku tidak pernah membiarkan kamu bertemu dengannya. Tapi, kamu tenang saja, karena aku akan memberikan sejumlah uang untukmu melanjutkan kehidupanmu sehingga kamu tidak akan kekurangan uang. Bagaiaman? Apakah kamu masih mau bercerai dariku? "Kata Julian setelah membacakan surat perjanjian itu.      

"Apa aku boleh mengurangi atau menambah surat perjanjian ini? "Tanya Qiara dengan tatapan sinis.      

"Silahkan! "Kata Julian seraya menyerahkan kertas itu.      

"Kamu saja yang tulis! "Kata Qiara seraya mendorong kertas itu kembali kepada Julian.      

"Katakanlah! "Seru Julian setelah menarik nafas dalam.      

"Aku ingin kamu mencoret bagian ketika kamu ingin memberikanku uang. Karena aku tidak butuh dengan uangmu. Aku bisa hidup dengan kerja kerasku sendiri. Selanjutnya, aku tidak ingin melahirkan disini dan yang terakhir, jika kita ketemu di masa depan, berpura-puralah kamu tidak mengenalku dan jangan pernah ikut campur dengan urusanku! "Jelas Qiara.      

Julian melotot kepada Qiara ketika mendengar permintaan Qiara yang terdengar sangat kejam padanya. Dia pikir Qiara akan menghapus bagian ketika dia tidak di izinkan bertemu dengan anaknya. Tapi, ternyata ia salah.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.