Istri Kecil Tuan Ju

Dia Kembali (Cerita Sedikit Berubah)



Dia Kembali (Cerita Sedikit Berubah)

0'Aku akan pastikan kalau kita akan bertemu lagi!' Batinnya.     
0

Tepat saat itu ia menerima telpon dari nomer yang cukup akrab tapi dia selalu lupa menyimpan namanya. Tanpa pikir panjang, lelaki itu pun mengangkatnya.      

"Halo ... Kevin! " Sapa lelaki itu terlebih dahulu sambil bersandar di mobilnya setelah menggeser icon hijau di ponselnya.      

"Hey ... Bos macam apa kamu? Beraninya kamu terlambat menghadiri audisi ini. Aku heran, bagaimana caramu menjalankan bisnis dengan sikapmu yang super santai ini!. "     

Mendengar teriakan dari seberang telpon. Lelaki itu langsung menjauhkan ponselnya dari telinganya.     

'Entah kenapa aku menjadi bingung. Siapa yang bos dan siapa yang kariyawan?'Batin lelaki itu sambil tersenyum.      

"Bos Maxwell Adamson ... Apa kamu mendengarku? "teriak Kevin lagi dengan suara yang serak.      

"Aku mendengarmu. Jadi, panggil aku Max saja, tidak perlu kamu sebut nama kakek ku di belakang... ." Jawab Max dengan nada suara yang lembut.      

"Terserahlah! Aku akan memulai acaranya tanpa kamu. "     

Setelah mengatakan itu. Kevin menutup telpon karena kesal pada bos sekaligus sahabatnya dari kecil itu.      

'Temperamennya sangat buruk. Bagaimana kalau para peserta kabur akibat ulahnya?'Batin Max sambil memggelengkan kepalanya.     

Tidak lama setelah itu, dia mengemudikan mobilnya menuju YM Entertaiment.      

~Ym Entertaiment ~     

Qiara berhasil sampai tepat waktu di tempat itu. Karena nomernya ada di angka seratusan, ia pun duduk menunggu giliran sambil menonton Tv yang sudah disiapkan untuk para peserta sambil menunggu giliran.      

Diantara banyaknya peserta, tidak ada satupun orang yang Qiara kenal, karena ini pertama kalinya dia terjun kedunia hiburan yang bertentangan dengan hatinya.      

"Aku takut masuk, karena katanya yang audisi kita adalah si Monster Kevin yang tidak punya belas kasihan."     

"Benarkah? Bukankah dia ada di Amerika gara-gara Film terakhirnya gagal? "     

"Dia sudah kembali. Sutradara hebat kota ini sudah kembali. "     

"Aku pikir itu cuma rumor. Kata mereka yang sudah bertemu dengannya, kalau dia tidak akan segan memaki orang yang di anggap tidak layak. Tidak jarang juga dia membuat peserta nangis"     

"Kalau begitu aku harus tampil semaksimal mungkin. "     

Mendengar bisik-bisik dari dua orang disebelahnya, Qiara tetap tenang karena dia tidak punya rasa takut terhadap hal yang tidak penting seperti itu.      

Setelah lama menunggu, kini giliran Qiara yang di panggil. Dia sedikit gugup saat melihat beberapa peserta keluar dengan menangis.      

'Meski ini dunia baru bagiku. Tapi, aku harus percaya diri kalau aku pasti bisa melakukannya dengan baik. 'Batin Qiara meyakinkan dirinya untuk tidak takut dan menyerah.      

Ruang Audisi.     

Setelah itu ia masuk dan berdiri di depan para juri dengan sedikit tegang.      

"Siapa namamu? "Tanya seorang lelaki yang cukup tampan dan berada di tengah-tengah dengan ekspresi dingin yang mempu membuat orang yang melihatnya menjadi merinding.      

"Liana ... "      

Qiara terpaksa menyembunyikan identitasnya yang asli karena ia ingin memulai hidup yang baru.     

"Apa kamu pelajar atau ... "     

"Saya tidak bekerja dan bukan pelajar .. "Jawab Qiara dengan percaya diri.      

"Baiklah, tunjukkan kemampuanmu. Perlihatkan kepadaku bagaimana harusnya wanita pemarah yang kejam, namun sebenarnya baik hati." Kata lelaki itu tanpa ekspresi apapun sambil menatap tajam kearah Qiara.     

'Sepertinya dia yang dinamakan Kevin. Karena juri yang lain hanya diam seakan mereka duduk sebagi pelengkap. 'Batin Qiara seraya menatap Kevin dengan sedikit canggung.     

"Ayo mulai! " Seru Kevin lagi dengan tidak sabaran karena masih ada peserta lain yang harus dia audisi.     

Qiara pun langsung mengangguk. Peran itu tidak begitu sulit baginya karena itu sesuai dengan karakternya yang mudah marah.     

Tidak lama kemudian, Qiara pun mulai beracting dengan membayangkan semua luka dan kekesalan pada dirinya yang pernah ia alami dimasa lalu.     

Kevin terdiam saat melihat acting Qiara yang begitu alami tanpa dibuat-buat. Emosi Qiara saat marah benar-benar memperlihatkan sosok wanita yang kejam dan tidak kenal ampun. Akan tetapi, disisi lain wajahnya menunjukkan betapa polosnya dia.     

Setelah Qiara selesai beracting. Kevin hanya mengangguk dan tidak memberi komentar apapun.      

"Pengumuman siapa yang terpilih akan di tempel minggu depan. Jadi, silahkan datang pada waktu itu. Sekarang, kamu boleh keluar! "Kata Kevin tanpa banyak komentar.     

Semua juri tersenyum kearah Qiara, karena mereka bisa menebak kalau Kevin menyukai acting Qiara. Karena jika ia tidak suka, ia pasti akan menghina orang itu dengan mulut pedasnya.     

Qiara pun mengangguk lalu keluar dari ruangan yang cukup menegangkan itu, sayangnya dia tidak mengerti kode yang diberikan oleh para juri lain padanya.     

Tepat saat ia keluar dari ruangan itu, Qiara tidak sengaja mendengar berita yang menarik perhatiannya. Ia pun segera berbalik dan melihat kearah Telivisi itu.     

'Kabar terkini tentang Raja dunia bisnis kota A. Dia sudah kembali setelah lima tahun memilih tinggal di Eropa. Dia semakin tampan dan berkarismatik. Para perempuan yang mengidolakannya pasti sangat senang dengan kedatangannya. Siapa lagi dia, kalau bukan Julian Al Vero. Sayangnya semua perempuan di kota A ini harus patah hati karena kabarnya ia pulang untuk melakukan pernikahan dengan Presiden Direktur Istana Flory yaitu Viona.'     

Mendengar nama itu, hati Qiara terasa sakit, ia terduduk di bangku tunggu itu karena merasa kakinya lemas.     

'Dia kembali lagi untuk menikah lagi? Kenapa dia harus kembali sekarang setelah aku ada di kota A. 'Batin Qiara dengan tatapan yang memerah.      

Setelah lama membatin, tiba-tiba Qiara teringat anaknya. Seorang putra yanng dilahirkannya dengan bertaruh nyawa. Namun, Julian membawanya pergi sebelum ia melihat wajah putranya. Dia hanya tau kalau anaknya adalah lelaki.      

'Apakah putraku pulang bersamanya? Aku ingin sekali melihatnya. Dulu aku pikir akan baik-baik saja menyerahkan putraku. Tapi, aku selalu merindukannya setiap kali aku mendengar suara tangis dan tawa bayi. 'Batin Qiara dengan mata yang berkaca-kaca.      

Setelah itu Qiara berlari menunuj Lift. Tanpa sadar ia menekan tombol lantai paling atas.     

Menyadari dirinya berada di lantai paling atas, Qiara pun keluar dari lift lalu pergi ke atap karena ia juga butuh melampiaskan rasa sesaknya diatas gedung yang sepi itu.     

Sesaat kemudian, Qiara berdiri di pinggir sambil melihat ke langit bersamaan dengan terpaan angin yang menyapu lembut wajah dan rambutnya yang panjang hingga pinggang yang hitam dan panjang.      

'Aku tau kalau dunia hiburan itu kejam. Aku tidak akan bisa menjadi diriku sendiri jika pun aku sudah diterima. Tidak bebas makan dan minum ditempat yang aku inginkan. Bahkan untuk kentut pun Aku tidak boleh sembarangan. Tapi, aku tidak punya pilihan. Aku harus berdiri tegak dan hidup dengan baik karena aku tidak ingin direndahkan oleh mantan suamiku yang mungkin sudah bahagia bersama wanita barunya." Batin Qiara dengan perasaan yang rumit.      

Setelah selesai membatin, Ia mendongak kembali dan merasakan dirinya ada di kolong langit dengan perasaan yang bahagia dan tidak akan ada yang bisa merenggut kebahagiaannya ketika ia tidak mengizinkannya.      

Bersama angin yang berhembus, Qiara melepaskan semua beban di hati dan fikirannya hanya karena masa lalu yang berusaha keras ia lupakan.      

Cekrek ...      

Mendengar suara dari arah kirinya Qiara terkejut dan langsung menoleh kearah sumber suara dengan ekspresi sinis.      

"Siapa di sana?" Tanya Qiara seraya melangkah pelan mendekati tempat yang tidak jauh dari pintu menuju ke atap.      

Mendengar suara Qiara yang cukup keras itu. Muncul muncul sosok lelaki tinggi menggunakan baju kaos putih dan celana jins hitam dengan ekspresi yang menggemaskan.      

Tidak lama kemudian, ia berjalan menuju tempat Qiara berdiri sambil tersenyum.      

"Hey ... Berhenti di situ!" Kata Qiara menghentikan lelaki itu.      

Seketika itu, ia berhenti di tempat tanpa mengatakan apapun. Melihat lelaki itu berhenti tanpa mengatakan apapun Qiara berjalan menghampirinya dengan tatapan sinis.      

"Siapa kamu? Kenapa kamu ada disini? Apa kamu meu melakukan kejahatan?"Tanya Qiara seraya menatap lelaki itu dari atas hingga bawah.      

Lelaki itu tidak bergeming sedikit pun. Ia malah tersenyum semakin lebar sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celananya.      

"Kenapa kamu tersenyum seperti itu? Apa kamu mengenalku? "Tanya Qiara lagi seraya mengepalkan tinjunya.      

"Halo Nona, kita ketemu lagi! "Ucap lelaki itu dengan nada suara yang lembut.      

Qiara terdiam mendengar apa yang lelaki itu katakan. Ketemu lagi? Dia tidak ingat pernah bertemu lelaki ini.      

"Kamu pikir aku akan tertipu? Maaf, karen aku bukan orang yang mudah di tipu. " Kata Qiara yang benar-benar tidak ingat padanya.      

"Gadis kecil, kenalkan aku adalah Maxwell yang tadi pagi hampir menabrak mu. Apa kamu ingat? "Kata Maxwell dengan tatapan yang lembut tapi nakal.      

Qiara terdiam lagi ketika mendengar apa yang dikatakan Max kepadanya. Seketika itu ia pun mengingat kejadian tadi pagi waktu ia hampir di tabrak.      

"Kenapa kamu ada disini? "Tanya Qiara seraya memalingkan wajahnya.      

"Untuk menanyakan siapa namamu." Jawab Max dengan santai.      

"Jadi, kamu mengikutiku? "Qiara mulai gelagapan karena kesal.      

Max malah tersenyum sambil mengangkat kedua bahunya.      

Qiara benar-benar malas berurusan dengan orang yang plin plan. Ia pun segera pergi dari hadapan Max. Namun, langkahnya terhenti saat melihat bayangan Max mengikutinya.      

"Hey ... Berhenti disitu! Jangan melangkah lagi! Aku tidak suka diikuti oleh lelaki aneh sepertimu. Jadi, biarkan aku pergi dan kamu tidak perlu bertanggung jawab apapun padaku. "Kata Qiara setelah berbalik melihat Max.      

"Katakan siapa namamu, baru aku akan pergi. "Kata Max yang tidak mau melepaskan Qiara. Ini adalah kebetulan yang kedua kali buat Max bisa bertemu Qiara.      

"Apa kamu bekerja disini? "Tanya Max lagi.      

Merasa kesal dengan sikap Max. Qiara pun segera melangkah lagi tanpa memperdulikan apa yang dikatakan oleh Max.      

Max hanya terdiam sambil memperhatikan jalan Qiara. Ia tidak marah, malah semakin tertarik pada Qiara.      

'Jangan panggil aku Maxwell jika aku tidak tau siapa kamu. 'Batin Max.      

Setelah Qiara menghilang di balik pintu. Maxwell pun mengikat tali ke pinggangnya dengan kuat. Setelah itu ia terjun kebawah menuju mobilnya karena dia tidak mau bertemu beberapa mahasiswi yang mengidolakannya.      

Tepat saat itu. Qiara berhenti saat sampai tangga lantai tiga ketika ia melihat Maxwell berjalan menuju mobilnya seraya memasang kaca matanya dari kaca lantai tiga itu. Seketika itu Qiara terkejut bukan main karena seingatnya, ia belum lama meninggalkan atap.      

'Apa dia manusia? Bagaimana mungkin dia bisa lebih dulu sampai dibawah daripada aku? Jalan menuju lantai dasar hanya tangga ini. Kalaupun dia pakai lift, itu hanya ada di lantai empat. Tidak mungkin dia sampia secepat ini kan? 'Batin Qiara yang terus bertanya-tanya.      

Nama Maxwell memang sangat asing ditelinga Qiara. Sehingga ia tidak begitu tau siapa dia. Tapi, dia tidak mau tahu tentang seorang lelaki. Ia hanya ingin fokus menjadi sukses untuk membuktikan kalau dia pasti bisa tanpa bantuan orang lain dan menghidupi ibunya.     

Sementara itu, pada waktu yang sama, beberapa wartawan dan penggemar menunggu di Bandara saat mereka mendengar kabar kepulangannya.      

Setelah lama menunggu, mereka harus kecewa karena ternyata Julian sudah berada di mobil meninggalkan Bandara dari pintu belakang karena anaknya tidak suka melihat keramaian.     

Rumah Keluarga Al Vero.     

Tidak lama kemudian, mobil mewah berwarna hitam itu memasuki area kediaman keluarga Al Vero. Semua orang langsung menyiapkan ponselnya untuk mengambil gambar.     

"Itu dia Tuan Ju!"     

Suara teriakkan salah seorang wartawam membuat suasana semakin riuh karena mereka juga sudah menunggu sejak pagi di depan rumah Al Vero.      

Mendengar suara teriakan itu, semua wartawan langsung berlari menghampiri mobil itu di parkiran.      

Akan tetapi, mereka lagi-lagi gagal mewawancarai Julian karena ia tidak mau keluar. Satpam pun langsung menutup pintu gerbang setelah mobil Julian masuk.     

Setelah keluar dari mobil, Julian bersama yang lain langsung masuk ke dalam rumah.     

Sesaat kemudian.     

Julian berkumpul bersama keluarga besarnya setelah lama tidak berkumpul dan ngobrol banyak.     

Akan tetapi obrolan mereka terhenti ketika melihat sesosok Bintang kecil yang baru berusia lima tahun itu berdiri sambil memegang tab miliknya dengan ekspresi yang dingin tapi menggemaskan.      

Melihat kemunculannya, semua orang langsung tersenyum melihat betapa menggemaskan dan tampannya anak laki-laki itu yang seperti cetakan kedua dari Julian.      

Para tetua yang hadir pun menjadi melongo dan terpesona dengan sosoknya yang asing tapi sudah bisa mencuri hati mereka.     

"Ya ampun, cucuku sudah bangun! Apa kamu lapar sayang? "tanya Sarah seraya menghampiri Bintang Kecil itu.      

Namun, belum sempat Sarah sampai, ia malah berlari menghampiri Papanya yang duduk dengan anggun di sofa itu.      

"Bintang Kecil, ada apa denganmu? Kenapa kamu melarikan diri dari nenek? "Tanya Julian seraya menatap putranya yang sudah menempel di pelukannya dengan bingung.     

Sarah kecewa melihat Bintang Kecil itu melarikan diri darinya.      

"Julian, apa kamu tidak pernah menceritakan tentang Mama padanya? Kenapa sekarang takut sama Mama? Bukankah Mama pernah menggendongnya sewaktu kecil? "tanya Sarah dengan sedih ketika ia sudah duduk di kursinya.      

"Dia hanya belum terbiasa Mama!"Jawab Julian tanpa emosi.      

"Apakah namanya Bintang Kecil? "Tanya salah satu tetua disan.      

"Namanya Aditya Febrizio Abiyakta. Kalian bisa memanggilnya Zio karena dia menyukainya. Tapi, aku lebih suka memanggilnya Bintang kecil."Jawab Julian sambil menepuk-nepuk bahu Zio yang sedang bersembunyi itu.     

"Kenapa namanya seperti nama orang Eropa? Dan, nama belakangnya kenapa bukan Al Vero? "Tanya tetua yang lain karena merasa tidak terima marga mereka tidak dipakai.      

"Aku sengaja karena aku ingin dia membawa dirinya tanpa harus bernaung dibawah nama keluarga kita."     

Mereka tidak bisa mengatakan apapun selain menyetujui keputusan Julian.      

"Halo Zio ... Selamat datang di kota A sayang! " Sapa para tetua itu dengan ramah setelah mendapat jawaban Julian.     

Sayang sekali, Zio malah diam tanpa menyambut sapaan itu.      

"Bintang kecil ... Ayo jawab sapaan dari nenek! "Seru Julian dengan nada suara yang lembut.      

"Tidak mau! "Jawah Zio dengan ketus.      

"Tidak sopan kalau kita tidak menjawab sapaan orang tua. Ayo lambaikan tanganmu! "Kata Julian lagi dengan geram karena dia sangat mudah marah setelah berpisah dari Qiara.     

"Tidak mau! " Zio meninggikan suaranya sambil menatap tajam kearah Julian.     

Seketika itu, tatapan Zio mengingatkannya pada tatapan tajam Qiara.      

"Aditya Febrizio Abyakta ... Kenapa kamu mulai membangkang ? Apa kamu mau Papa hukum?" Teriak Julian.     

Mendengar teriakan Julian, semua orang langsung ketakutan dan merasa kasian pada Zio.      

"Aku benci Papa! "Teriak Zio seraya membanting tab nya. Setelah itu ia beralari masuk ke kamarnya lagi.      

Julian terdiam dan langsung menyesali apa yang sudah dia lakukan kepada putranya itu.      

"Julian ... Kenapa kamu membentak putramu? Dia masih kecil. Semarah-marahnya kamu pada Zio, jangan pernah membentaknya, Mama tidak pernah mengajarimu untuk bersikap seperti itu."Kata Sarah dengan kesal.      

Sarah sangat bingung kepada putranya yang kalem dan penurut itu, sekarang berubah menjadi pemarah.      

"Ada apa ini? "     

Mendengar suara itu, Sarah langsung menoleh kearah sumber suara.     

"Viona, syukurlah kamu datang. Tolong bicara sama Zio karena dia sedang ngambek setelah dimarahi oleh Julian. "Kata Sarah yang tahu betul kalau Zio cukup dekat dengan Viona.      

"Julian, kamu melakukannya lagi, tidak bisakah kamu lembut pada anakmu? "kata Viona dengan ekspresi gelap.      

Viona sering mengunjungi Julian di Eropa setiap dia libur agar bisa mengambil hati Julian.     

Setelah mengatakan itu, Viona pun segera pergi ke kamar Zio untuk mengajaknya bicara.      

"Julian, sepertinya pernikahanmu dengan Viona harus di percepat karena Zio butuh Viona. "kata Sarah yang mulai mendesak Julian untuk menikah lagi.      

"Aku akan istirahat dulu, kita bicara nanti saja saat keadaan menjadi lebih nyaman! "Kata Julian seraya mengambil tab yang sudah rusak itu akibat dibanting oleh Zio.      

Setelah mengatakan itu, Julian pun pergi meninggalkan Mama nya dan yang lain tanpa mengatakan apapun lagi. Sarah benar-benar frustasi melihat keadaan anak dan cucunya itu.     

Kamar Julian.     

Di kamar penuh kenangan itu, Julian duduk di pinggir ranjang dengan perasaan yang tidak menentu sambil melonggarkan dasinya.     

Seketika itu ia teringat saat Qiara menanyakan soal malam pertama padanya, ia pun tersenyum tanpa sadar.      

Tidak jarang dia merasakan rindu setiap kali hal kecil mengingatkannya pada Qiara, sayangnya dia tidak tahu bagaimana kabar Qiara dan dimana ia berada.     

'Zio ... Maafkan Papa! Tapi, kenapa kamu malah mengingatkan Papa pada Mama mu? Keras kepala dan rajukanmu membuat Papa selalu ingin marah. 'Batin Julian dengan ekspresi gelap karena rindu yang ia rasa berubah menjadi kemarahan yang menggila.     

Setelah itu, ia melepas pakaiannya agar ia bisa mandi lalu beristirahat setelah melakukan perjalanan jauh.     

Tubuhnya masih sama seperti dulu, berotot dan sangat seksi bahkan semakin bagus. Tidak banyak yang berubah dari Julian, selain umurnya yang bertambah.      

Tidak lama setelah itu, Julian berdiri dibawah shower, ia membiarkan air dingin mengguyur tubuh indahnya dengan perasaan yang tidak menentu.     

Dia sudah kembali ke kota A yang penuh kenangan atas permintaan Papa dan Mama nya. Tapi, haruskah ia menikahi Viona dengan segera demi Zio?     

Setelah ia selesai mandi, Julian pun segera mengenakan pakaiannya lalu keluar untuk memeriksa keadaan Zion yang sedang ngambek.      

~Kamar Zio~     

"Bintang Kecil, Kenapa kamu takut padaku? Bukankah kita selalu main bersama waktu di Eropa? Aku tidak berubah kok! Jadi, ayo bicara sama tante!" kata Viona yang mulai frustasi karena Zio belum berhasil dia rayu.      

"Kamu tidak perlu memaksanya, biarkan dia tenang karena sepertinya dia sangat marah padaku. "Kata Julian yang baru saja masuk ke kamar Zio.      

Julian tahu betul bagaimana watak putranya itu sehingga ia tidak pernah memaksa jika ia tidak mau.     

"Baiklah. Oh iya, apa kita bisa bicara?"kata Viona dengan suara yang lembut.      

"Kamu bisa menungguku di ruang kerjaku karena ku akan bicara berdua dengan Zio. "Jawab Julian tanpa melirik Viona.      

"Oke. "     

Setelah mengatakan itu Viona langsung keluar meninggalkan kamar Zio tanpa banyak bicara lagi karena ia tahu kalau Julian tidak suka banyak bicara.      

Setelah Viona pergi. Julian duduk disamping Zio yang berbaring ke kanan tanpa melihat Papa nya.      

"Maaf! " ucap Julian dengan nada suara yang lembut sambil mengintip Zio.     

Tapi, Zio masih tidak mau menoleh sedikitpun walaupun ia mendengar apa yang Julian katakan.      

"Papa tahu kalau Papa salah. Papa sudah marah sama kamu. Apa kita bisa berbaikan sekarang? " Kata Julian lagi yang tidak mau menyerah.     

Mendengar pengakuan itu. Zio akhirnya menoleh lalu bangun dan duduk di depan Papa nya.      

"Apa kamu mau ikut ke kantor Papa? "Tanya Julian seraya menatap mata putranya yang sangat mirip sekali dengan tatapan Qiara itu.     

Tanpa mengatakan apapun, Zio langsung mengangguk.      

"Baiklah kalau begitu. Besok pagi kita akan jalan-jalan ke kantor Papa. Sekarang tidurlah! "     

"Iya." Zio langsung merebahkan kepalanya di bantal lalu memejamkan matanya.     

Sebagai ayah tunggal yang juga harus bekerja, Julian sangat jarang memiliki waktu berdua bersama Zio.      

Pengasuh yang biasanya bersama Zio tidak bisa ikut pulang ke kota A sehingga Julian sedikit khawatir sebab putranya sangat sulit cocok sama orang.      

Sesaat kemudian.     

Julian segera keluar setelah mencium putranya yang sudah tidur itu.     

Setelah itu ia bergegas menuju ruang kerjanya karena Viona masih menunggunya di sana.     

Ruang Kerja.     

"Apakah Zio sudah tidur? "Tanya Viona ketika ia melihat Julian masuk ke ruang kerjanya.      

"Iya. " Julian duduk tanpa ekspresi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.