Istri Kecil Tuan Ju

Menyelamatkan Mereka.



Menyelamatkan Mereka.

0Jika Maxwell bersaing dengan Julian tentu saja akan sangat seru, karena Maxwell bukan lelaki yang mudah menyerah dengan apa yang dia inginkan.      
0

"Tolong maafkan aku kali ini, aku berjanji tidak akan melakukannya. Jika aku berani melakukannya, maka aku siap untuk kamu tembak sampai mati. " Kata Virsen yang berusaha untuk mengambil simpati Maxwell.      

"Bos, kita harus pergi sekarang, karena Tuan Ju dan pengawalnya sudah menuju kesini setelah aku mengirim pesan pada mereka tentang keberadaan anak Tuan Ju. " Bisik pengawal Maxwell.      

Seketika itu Maxwell melepaskan Virsen lalu melirik pengawalnya.      

"Bawa dia pergi, pastikan dia membayar apa yang sudah dia lakukan hari ini sampai dia kapok. " Ucap Maxwell sambil berjalan menuju helikopter yang baru saja tiba dan tidak jauh darinya karena Maxwell sudah mempersiapkan helikopter itu ketika dia mengetahui kalau Virsen ada di atap bersama wanita yang dia sukai.     

"Bagaimana dengan nona Liana? " Tanya pengawal itu yang membuat Maxwell berhenti.      

"Dia akan baik-baik saja jika Julian menemukannya, saat ini bukan menjadi pahlawan yang aku inginkan, melainkan mengurus perusak itu adalah yang lebih penting sekarang. " Ucap Maxwell sambil melangkah masuk ke helikopter itu.      

Para pengawalnya pun segera menyeret Virsen dan dua anak buahnya untuk naik ke helikopter yang satunya lagi.      

Sementara itu, Qiara yang setengah sadar itu, menyedari kalau orang yang menolongnya adalah Maxwell, namun ia tidak tahu apa yang terjadi setelah itu karena ia sudah tidak mampu bertahan lalu benar-benar pingsan.      

Setelah helikopter Maxwell pergi. Julian dan pegawalnya pun tiba di tempat itu. Seketika itu ia kaget melihat Zio dan Qiara tergeletak berdampingan.      

"Zio... Qiara.. " Teriak Julian sambil mendekat kearah keduanya.      

Andi dan yang lainnya merasa bersalah dan tidak berguna ketika mereka melihat orang yang mereka kawal tergeletak tidak berdaya.      

Namun, mereka tidak tahu siapa wanita yang tergeletak bersama Zio, kecuali Andi.      

"Bos, sebaiknya kita bawa mereka ke rumah sakit dengan segera! " Kata Andi seraya berniat membantu Julian untuk mengangkat Qiara.      

"Singkirkan tanganmu dari dia, biarkan aku yang membawanya. Sementara itu, kamu bawa Zio untukku!" Kata Julian seraya menyingkirkan tangan Andi dari Qiara yang hendak dia angkat itu.      

Andi langsung mengangkat kedua tangannya dengan cepat karena dia tahun betul bagaimana bosnya sangat mencintai wanita yang itu.      

Tidak lama kemudian, Andi mengangkat tubuh mungil Zio lalu membawanya berlari ke bawah.      

Atas perintah Julian, Andi membawa Zio pergi lewat pintu belakang. Sementara itu, Julian meminta Andi untuk mengirim helikopter untuknya karena dia tidak ingin ada yang melihatnya menggendong Qiara, karena dia tahu betul kalau mantan istrinya sekarang adalah seorang artis, dan akan berbahaya jika ada yang melihatnya bersama.      

"Qiara, bangun! Jangan tinggalkan aku sama Zio! Aku tidak pernah benar-benar membencimu! " Ucap Julian sambil memeluk tubuh Qiara dengan erat.     

Tanpa sadar, Julian meneteskan air mata karena dia sangat takut kehilangan Qiara untuk kedua kalinya.      

"Sayang, bertahanlah karena helikopter akan segera tiba!" Ucap Julian sambil mencium kening wanita yang sudah lama dia rindukan itu.     

Tidak lama kemudian, helikopter mendarat setelah lama menunggu dengan perasaan yang kacau.      

"Bos, kami sudah datang! " Kata pengawal nya.      

Tanpa mengatakan apapun, Julian langsung mengangkat tubuh Qiara menuju helikopter itu.      

Rambut Qiara dan Julian tersapu angin kencang dari helikopter itu. Sang pengawal pun langsung membantu Julian untuk membawa Qiara naik ke helikopter nya.      

"Cari tahu siapa yang melakukan ini kepada anakku dan wanita ini. Jika kamu tahu, bawa dia langsung kepadaku. Karena dia harus membayar semua yang sudah dia lakukan!" Seru Julian kepada pengawalnya itu.      

"Siap bos!" Sahut pelayanan itu.      

Tidak lama kemudian, helikopter itu membawa Qiara dan Julian menuju rumah sakit universitas.     

Didalam helikopter itu, Julian tidak bisa berhenti meneteskan air mata sambil menatap wajah teduh Qiara yang tidak bisa ia benci itu. Julian terus memeluk gadis malang itu dengan sangat erat.      

'Aku siap menukar nyawaku demi anak dan wanita yang aku cintai ini. Oleh karena itu Tuhan, selamatkan mereka berdua!' Batin Julian dengan perasaan yang tidak karuan.      

Tidak lama kemudian, mereka sampai di rumah sakit dan dengan segera Julian membawa Qiara masuk ke UGD dengan bagian para perawat yang sudah menunggunya di bagian atas gedung.      

"Dokter tolong segera periksa dia untukku! " seru Julian dengan panik ketika melihat dokter yang akan masuk ke ruang UGD.     

"Tenanglah Tuan! kami akan melakukan yang terbaik untuk nya" ucap dokter itu sambil menepuk pundak Julian.      

Seketika itu Julian pun mengangguk lalu memilih duduk dengan cemas di bangku tunggu setelah ia mendengar kabar baik dari Andi yang mengatakan kalau Zio tidak apa-apa.      

Sesaat kemudian dokter keluar dari ruang UGD dengan ekspresi yang tenang.      

"Bagaimana keadaanya Dokter?". tanya Julian dengan tidak sabaran.     

"Tuan Ju tidak perlu panik dan khawatir, pasien yang Anda bawa tidak apa-apa karena dia hanya terkena obat bius dengan kadar yang tidak begitu tinggi. " jelas dokter itu sambil tersenyum dan menepuk pundak Julian lagi.      

"Terimaksih dokter! "Julian menarik nafas lega mendengar penjelasan dokter. Setelah itu dia meminta agara Qiara di pindahkan ke salah satu ruangan VVIP yang sangat mewah tepatnya berada di sebelah ruangan Zio.     

Setelah Qiara di pindahkan, Julian langsung duduk di samping tempat tidur pasien sambil menatap lekat wajah Qiara yang sudah lama tidak dia lihat dan tentunya sangat ia rindukan walaupun selama ini dia menyembunyikan nya dari banyak orang.      

Perlahan Julian mengangkat tangannya untuk membelai pipi Qiara sambil berkata,"Sayang ... Kenapa tubuhmu sangat kurus sekarang? Seingatku, kamu sangat doyan makan sehingga tubuhmu menjadi berisi. Oleh karena itu cepatlah bangun! jangan tidur terus dan membuatku khawatir!"      

Tanpa sadar, Lagi-lagi Julian meneteskan air mata yang tidak terbendungkan lagi. Hatinya remuk redam melihat wanita yang dia cintai itu terkapar dengan wajah pucat di ranjang pasien.     

Tepat saat itu, salah satu pengawal Julian masuk membuka pintu ruangan Qiara dengan pelan.      

"Maaf bos, ini ponsel Ny. Qiara yang tertinggal diatas gedung Rena Galery . Selain itu, acara nona Rena berjalan lancar dan tidak ada yang tau tentang kejadian ini. Hanya saja, ada dua helikopter yang pergi meninggalkan gedung sebelum kita sampai diatas. Namun, saya belum bisa memastikan siapa pemilik helikopter itu. " Jelas pengawal itu sambil menjulurkan ponsel Qiara.      

Julian terdiam sejenak ketika mendengar penjelasan pengawalnya. Namun, dia tidak mau mengambil pusing karena fokusnya saat ini adalah Qiara.      

Tidak lama kemudian ia mengangguk sambil mengambil ponsel Qiara.     

Pengawal itu merasa aneh dengan ekspresi dan sikap bosnya yang lebih memperdulikan wanita itu daripada anaknya yang dia titipkan kepada Andi.      

Seketika itu, timbul rasa penasaran dibenak pengawal itu sehingga ia berjanji akan memperlakukan wanita yang terbaring itu dengan sangat baik ketika wanita itu sudah sadar.     

'Siapapun perempuan ini, sepertinya dia akan menjadi Nyonys Bos saya, oleh karena itu saya harus melakukan yang terbaik kepada wanita ini untuk mendapatkan simpati bos. 'Batin pengawal itu.      

Tepat saat itu, Julian melirik pengawalnya yang masih berdiri di belakangnya tanpa bergerak.     

"Kenapa kamu masih di sini?" tanya Julian dengan sinis.      

"Maaf bos, saya akan pergi sekarang." Kata pengawal itu yang terkejut mnedengar apa yang dikatakan oleh Julian.      

Setelah mengatakan itu sang pengawal langsung keluar dari ruangan Qiara, sedangkan Julian kembali fokus pada sosok wanita cantik yang terkapar di ranjang pasien.      

'Apakah kamu masih mencintaiku sayang? Hari ini aku sangat senang karena melihatmu mau mengorbankan dirimu untuk anak kita. Terimakasih sayang!'Batin Julian sambil mencium punggung tangan Qiara. .     

Setelah bergumam, Julian meninggalkan ruangan Qiara untuk memeriksa keadaan Bintang Kecil nya yang juga membutuhkan dirinya itu.      

Jam 12 Malam.     

Setelah menemui Zio hingga larut malam, Julian pun kembali ke kamar Qiara dengan ekspresi yang sangat lelah karena dua orang yang dia cintai masih belum sadar sejak mereka di bawa ke rumah sakit.     

"Sayang, kenapa kamu belum bangun? Tidakkah kamu tahu kalau Bintang Kecil sangat membutuhkanmu sekarang! "Ucap Julian sambil menggengam tangan Qiara dan menciumnya berulang kali.      

Sepanjang malam, Julian terus menatap wajah Qiara seolah itu tak cukup untuknya. Namun, tanpa sadar Julian ketiduran sambil memegang tangan Qiara.      

Keesokan paginya.     

Di ruang VVIP yang luas itu, kelompak mata Qiara bergetar, wajahnya tenang namun sedikit pucat, walaupun begitu tidak mengurangi pesonanya     

Perlahan Qiara membuka matanya lalu melempar bola matanya kebeberapa arah. Seketika itu ia terkejut ketika melihat seorang lelaki tertidur di samping tempat tidurnya sambil memegang tangannya.      

'Siapa ini dan dimana aku? Apakah aku sudah mati dibunuh oleh Virsen?' Batin Qiara dengan panik.     

Tiba-tiba, Qiara mengingat kejadian semalam, ia pun mengira kalau lelaki itu adalah Maxwell.      

'Apakah lelaki ini adalah bos Maxwell? Aku ingat sekali kalau dialah yang datang menolongku.' Batin Qiara seraya mengatur senyumannya.      

"Mmm kamu sudah bangun? " tanya Julian sambil mengucek matanya.     

Melihat dan mendengar suara lelaki yang begitu akrab ditelingaya, seketika itu ekspresinya berubah, nafasnya mulai tidak beraturan, dia gemetaran rasanya dan dunia berputar di sekelilingnya, tatapan nya pun mendadak kosong karena hampir dia tersenyum sambil memanggil nama Maxwell.      

Melihat Qiara yang terdiam mematung sambil melotot kepada nya, Julian mulai panik.      

"Qiara, apa kamu tidak apa-apa?" Tanya Julian sambil meremas tangan Qiara.      

Qiara masih belum sadarkan diri dari keterkejutanya, sehingga ia hanya bisa menatap dengan tajam tanpa berkedip kearah Julian.      

'Julian? Bagaimana mungkin dia Julian? Seingatku bos Maxwell lah yang sudah membantuku, apa aku sedang berhalusinasi?' Batin Qiara dengan tatapan yang mulai memerah.      

Karena Qiara tidak memberi respon padanya, Julian pun mengeratkan genggaman tangannya seraya bertanya lagi, " Qiara, kenapa kamu diam? Apa ada yang masih sakit? "     

Bukanya menjawab pertanyaan Julian, Qiara yang tersadar dari lamunannya itu malah menunduk melihat tangan Julian yang menggenggam tangannya, seketika itu dia merasa seperti tersengat listrik dan terhubung hingga ke palung hatinya dan itu sangat menyesakkan. Oleh karena itu, Qiara pun segera menarik tangannya dengan malu.      

Seketika itu Julian mengangkat tangannya karena dia tidak ingin membuat Qiara merasa tidak nyaman.      

Melihat tatapan Julian selintas, jantung Qiara berdetak kencang seakan melompat dari tempatnya, raut wajahnya pucat namun dimatanya memancarkan aura rindu dan ketakutan yang datang bersamaan. Tanpa sadar, Qiara meneteskan air mata karena tidak mampu membendung perasaannya lagi.     

Lelaki itu memanglah Julian yang tidak lain adalah mantan suami yang sangat dia cintai, hanya dia yang memenuhi relung hatinya, hanya dia yang ada di dunia indahnya, meskipun saat ini dia dan Julian tidak terikat dalam sebuah pernikahan lagi.      

"Kenapa kamu ada di sini?"tanya Qiara setelah bosan terdiam. Namun, pikirannya belum tertuju pada Bintang Kecil hanya karena perasaannya yang tidak menentu saat melihat Julian.      

"Aku ada sini karena kamu membutuhkanku, selain itu aku sangat merindukanmu dan takut kehilanganmu!"     

Jantung Qiara seakan meledak saat mendengar kalimat indah Julian. Jika semalam ia mendengar kalimat rindu di mimpinya dan berhasil membuatnya tersenyum malu, tapi sekarang tidak hanya tersenyum malu, melainkan salah tingkah mendengar Julian mengatakannya secara langsung.     

"Julian, apa kamu sadar mengatakan itu?" Mulut Qiara bergetar ketika menanyakan hal itu.     

"Aku sangat sadar kalau aku sangat merindukanmu dan takut kehilagan mu!" Jawab Julian seraya mengulangi perkataanya sambil menatap lembut mata Qiara.     

"Maaf, aku harus pergi!" Kata Qiara sembari menyentuh infus nya untuk ia lepaskan secara paksa karena dia khawatir Virsen akan melihatnya jika dia merespon ungkapan Julian yang sangat manis itu.     

Melihat Qiara mengabaikanya, hati Julian merasa sakit karena dia tidak menyangka kalau Qiara masih sangat dingin padanya.      

"Apa aku ada salah sehingga kamu terus menghindariku? Bukanlah seharusnya kamu yang meminta maaf?" Tanya Julian seraya menarik tangan Qiara untuk menghentikan aksi nya itu.      

Mendengar pertahyaan Julian, Qiara langsung terdiam, lalu melirik Julian dengan sinis seraya berkata," Salahmu banyak. Dan aku tidak merasa memiliki kesalahan sehingga aku tidak perlu meminta maaf."     

Julian kaget mendengar jawaban Qiara yang menurutnya itu tidak masuk akal, siapa yang meninggalkan dan di tinggalkan.      

"Apa maksudmu? Bukankah kamu yang meninggalkanku? " Tanya Julian balik tanpa ekspresi.      

Tatapan Julian membuat Qiara tidak bisa menyimpan rasa sakit dan amarahnya lagi. Ia pun menarik nafas dalam lalu kembali menatap Julian.      

"Pada malam keesokaannya aku melahirkan Zio, saat aku menelponmu karena rasa sakit yang luar biasa, tapi yang mengankatnya adalah seorang perempuan yang mungkin itu Viona. Aku menangis sendirian di kamar menahan rasa sakit. Terlebih, kamu tidak pulang malam itu. Aku ingin berjuang bersamamu melawan bahaya, tapi kamu mengkhianatiku. Kamu juga mengatakan kalau kamu sudah tidak mencintaiku lagi disaat aku butuh kasih sayang, kemana saja kamu saat penting itu?" Teriak Qiara sambil meneteskan air mata.      

Julian terkejut mendengar penjelasan Qiara akan kesalahannya, kurang sabar apa dia sehingga di tuduh berkhianat.      

Akan tetapi, saat melihat kondisi Qiara sekarang, Julian tidak ingin melawan ya walaupun sebenarnya tidak sepenuhnya dia yang salah.      

"Jika aku memang salah, maka maafkanlah aku! " Ucap Julian sambil menunjukkan ekspresi nya yang tulus.      

"Maaf kamu bilang? Jika maafmu bisa menghilangkan sakit hatiku, maka aku akan mempertimbangkan untuk memaafkan mu. Tapi, tidak ada yang perlu dimaafkan di antara kita. Jadi biarkan aku pergi sekarang!".     

Julian mengabaikan perkataan Qiara, dia malah menarik tangan Qiara lalu membawanya ke pelukannya.      

"Maafkan aku, dan tolong jangan pergi!" ucap Julian dengan nada suara yang lembut.      

Untuk sesaat Qiara terdiam. Setelah itu dia sadar dan langsung meronta-ronta sambil memukul tubuh Julian dengan kesal sambil menangis.      

"Julian lepasin Aku, biarkan aku pergi dan jangan mencariku lagi!".     

Walaupun Qiara terus berteriak, Julian semakin mempererat pelukannya seraya menahan pukulan Qiara yang cukup kuat.      

"Qiara, tolong tenanglah, jangan seperti ini karena tidak enak jika ada yang melihatmu!" Kata Julian sambil mengeratkan pelukannya agar Qiara tidak bisa bergerak lagi.      

Mendengar perkataan Julian, Qiara langsung tenang, seketika itu Julian melepaskan pelukannya lalu menatap Qiara.      

Setelah Julian melepaskan nya, ia membantu Qiara untuk menyeka air matanya dengan tangan kekarnya yang mulus.      

"Aku sudah di tunggu oleh Managerku. Jadi, biarkan aku pergi sekarang! " Kata Qiara seraya menelungkupkan kedua tangannya ke dada.      

"Apakah kamu benar benar mau pergi? Tidak bisakah kamu tinggal lebih lama disini? "ucap Julian dengan suara yang lemah.     

"Itu tidak mungkin, aku harus bekerja, jadi jangan halangi aku!"     

Setelah mengatakan itu, Qiara melepas infusnya, akan tetapi telapak tangan besar itu segera menghentikan tangannya dan membawanya duduk di ranjang kembali sambil berkata, " Jangan khawatir, aku sudah memintakanmu izin pada managermu, jadi hari ini istirahatlah!"     

Entah mengapa mendengar suara lembut Julian, Qiara langsung terdiam dan menurut begitu saja.     

Tepat saat itu, pintu ruangan Qiara terbuka. Qiara dan Julian langsung menoleh kearah pintu.      

Tatapan Qiara langsung berkaca-kaca saat melihat Andi sedang menenteng Bintang Kecil itu.      

Seketika itu, Julian membawawa Zio duduk disampingnya sambil melihat Qiara yang masih duduk di ranjang dengan senyum yang manis dalam tangisnya.      

"Sayang, kenapa kamu kesini? Apakah kamu sudah merasa lebih sehat?" Tanya Julian dengan nada suara yang lembut kepada Zio.      

"Iya Pa. " Jawab Zio sambil menganggukkan kepalanya. Setelah itu ia menoleh ke arah Qiara.     

"Selamat pagi Tante ... Apakah Tante tidak apa-apa?" Tanya Zio sambil tersenyum manis dengan bola mata yang seperti berlian yang sangat indah menatap kearah Qiara.     

"Sayang, tante ini adalah... "     

"Tante Liana!"     

Julian terdiam ketika Qiara menyela kata-kata nya, padahal dia berniat untuk memberi tahu Bintang Kecil kalau dia adalah Ibu kandungnya.      

'Kenapa Qiara tidak mau aku perkenalkan sebagai ibu kandung Zio? Apakah dia belum mau menerima kenyataan kalau Zio adalah anaknya?'Batin Julian dengan perasaan yang bingung.      

"Halo tante Liana, aku Zio ...! " Sapa Zio dengan senyum dibibir tipisnya yang kemerahan.     

Melihat anak kecil yang lucu itu, Qiara langsung tersenyum kearah Zio seraya membalas sapaannya, " Halo Zio, salam kenal ya. Kita mulai dari awal!"     

"Oke." Setelah itu, Zio tiba-tiba memberi Qiara pelukan lalu menepuk-nepuk punggung Qiara dengan tangan mungilnya, seketika itu Qiara terkejut dan berpikir kalau Zio begitu imut dan mengerti kondisinya sehingga dia melakukan itu untuk menenangkan ibu kandung nya sendiri.      

Qiara tersenyum semakin lebar, dia merasa jatuh hati pada kelembutan Zio yang mirip dengan Julian itu.      

Tidak lama kemudian, dia melepas pelukan Zio lalu memberikan ciuman manis di pipi Zio, dia merasakan hatinya begitu tenang dan damai ketika melihat senyuman Zio yang tulus.      

"Sayang nama lengkap kamu siapa?"tanya Qiara yang memang ingin memulai perkenalannya dengan Zio dari awal dengan cara yang baik.      

Namun, Zio hanya terdiam walaupun cuma sejenak, tidak lama kemudian, Zio tersenyum sambil menjawab, " Aditya Fabrizio Abiakta."     

"Ohh namamu bagus sekali sayang, kalau begitu mulai sekarang kita sudah saling mengenal. Zio dan tante akan menjadi teman bagaimana?"ucap Qiara dengan senyum yang merekah.      

Mendengar perkataan Qiara, Zio langsung tersenyum riang setelah itu dia memeluk Qiara lagi dengan antusias, Qiara pun langsung membalas pelukan Zio dengan hati yang gembira.     

'Senyum yang selalu aku rindukan selama lima tahun, kini aku bisa melihatnya. Meskipun alasan di balik senyumnya adalah anak kami.'Batin Julian seraya menatap sendu ke arah putranya dan wanita yang sangat dia cintai itu.      

Setelah melepas pelukannya, Zio duduk sejajar di samping Julian. Seketika itu, Hati Qiara terenyuh melihat dua kesayangannya itu duduk sambil melihatnya.      

'Tuhan, ini terlalu indah, mereka terlihat sangat indah dan menakjubkan, aku sampai tidak bisa berkata-kata, Mama pasti akan senang jika aku bisa membawa Zio ke hadapannya. Dua cintaku sedang menatapku. 'Batin Qiara dengan tatapan yang berkaca-kaca.     

'Jika aku perhatikan lebih dalam lagi, Zio memiliki wajah yang sama dengan Julian, bahkan dia terlihat seperti cetakan Julian.?' Batin Qiara lagi dengan hati yang deg-degan.     

Tepat saat Qiara termenung dengan pikirannya, Julian diam-diam memperhatikannya.      

"Apakah kamu benar-benar akan menikah lagi? " tanya Qiara dengan sedikit terbata-bata.      

Mendengar pertanyaan Qiara, Julian langsung tersenyum licik karena ia tiba-tiba ingin menguji ekspresi Qiara.     

"Itu sudah diatur oleh para orang tua... " Jawab Julian sambil memasang ekspresi yang sendu.      

Mendengar pengakuan Julian, Qiara mendesah tidak beraturan. Tidak lama setelah itu, dengan susah payah ia bertanya,"Kapan?"     

"Segera."jawab Julian dengan singkat.     

Qiata kembali terdiam karena tidak bisa mengendalikan perasaannya yang terdalam.     

Bertemu Julian lagi adalah hal yang mengerikan disaat dia harus melihatnya menikah dengan orang lain.      

Apakah ini balasan dari perbuatanku kepada Julian semasa kami bersama dulu? Pikir Qiara.      

"Jika begitu, tolong pastikan kalau calon istrimu adalah orang yang mau menerimanya dan mencintainya layak nya miliknya. Aku tidak ingin mendengar Bintang Kecil mengeluh atau dilukai hatinya. Dia harus hidup bahagia!" Ucap Qiara dengan gelagapan..     

'Tuhan, dadaku sakit sekali mengatakan hal itu, tolong kuatkan lah aku, aku tidak boleh menangis di depan mereka! 'Batin Qiara.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.