Istri Kecil Tuan Ju

Ulang Tahun Zio. (Cerita Sedikit Berubah)



Ulang Tahun Zio. (Cerita Sedikit Berubah)

0Julian menggunakan jas hitam mewah jahitan tangan desainer terkenal dan menggunakan dalaman berwarna hitam pula yang dipadukan dengan dasi bercorak zebra hitam dan putih.      
0

Penampilan Julian ini seakan menggambarkan seorang Kaisar yang penuh pesona dan berwibawa dengan aroma musim dingin yang mampu membuat siapapun merasa kedinginan saat melihatnya.     

Dengan ekspresi datar Julian melangkah masuk bersama Nathan tanpa banyak bertanya karena ia tidak suka bicara selain di ruangannya sendiri.     

Sedangkan Nathan sangat menawan dengan setelan biru tua dan wajah cerah serta senyum yang menawan.      

Mereka berjalan beriringan, sontak semua mata tertuju padanya.      

"Seperti biasa, Tuan Ju sangat tampan walaupun sudah siang."     

"Bukankah yang dibelakang bos adalah adiknya?"     

"Mereka mirip, apa benar-benar itu adiknya bos?".     

" Iya, aku pernah dengar kalau bos punya adik. Itu artinya dialah orangnya. Ya ampun ... Adik bos tidak kalah tampannya"     

"Sumpah dia tampan banget seperti seorang pangeran, tapi aku harap dia masih lanjang. "     

Walaupun mendengar suara bisik-bisik itu. Julian dan Nathan tidak menghiraukannya, mereka melanjutkan perjalanan bersama Andi yang sudah menyambut kedatangan mereka.      

Ruangan Julian.     

Tidak lama kemudian, mereka sampai di ruangan Julian yang megah dan sedikit diperbaharui sesuai dengan selera Julian.     

"Ternyata selera mu masih sama kak. Selalu misterius dan tidak mencolok sehingga aura mistis tempat ini sangat tercium. " Kata Nathan sambil mengamati ruangan itu.     

Setelah berkata seperti itu, Nathan merasa udara dingin mengelilinginya, tatapan mematikan Julian sungguh membuat bulu kuduknya merinding. Kakaknya sangat sensitif setelah ia bercerai dengan Qiara.     

"Kenapa kamu kesini?" Tanya Julian tanpa melihat kearah Nathan.     

"Aku menolak untuk bekerja di kantoran karena aku ingin bekerja sesuai dengan bakatku." Jawab Nathan.     

"Lalu, apa rencanamu?"Julian menatap Nathan dengan penuh arti.     

"Aku akan mulai debut ku sebagai seorang penyanyi." Jawab Nathan dengan serius.      

"Apakah aku harus mendirikan agensi hiburan untukmu?" Tawaran Julian tentu tidak main-main karena ia tidak ingin adiknya bersusah payah.     

"Aku akan mendaftar masuk di GM Entertainment atau YM Entertainment. Jadi, aku tidak butuh bantuan kakak. Oleh karena itu aku datang kesini untuk meminta bantuan agar kakak memberi pengertian pada Papa kalau ini adalah mimpiku."      

GM dan YM Entertainment adalah dua agensi hiburan yang paling terkenal di kota A sehingga Nathan ingin mencoba mendaftar di kedua tempat itu tanpa mengandalkan koneksi kakaknya.     

Hampir semua Artis dan aktornya masuk kategori kelas A dan Film yang diproduksi semuanya masuk box office. Walaupun dua agensi itu adalah musuh bebuyutan.     

"Baiklah ... Aku ingin lihat seberapa mampunya kamu masuk salah satu dari agensi itu tanpa mengandalkan aku!" Kata Julian.     

"Akan aku buktikan. Kalau begitu aku akan pergi sekarang! " Setelah mengatakan itu Nathan berbalik dengan semangat karena ia senang kakak nya berpihak padanya.     

"Tunggu dulu! "     

"Ada apa lagi kakak? " Tanya Nathan setelah berbalik kearah kakaknya lagi.     

"Apakah persiapan pesta ulang tahun Zio sudah selesai?" Tanya Julian karena acara pesta akan diadakan di rumah mewah keluarganya atas permintaan Sarah.     

"Ibu dan Kakak Viona sudah mengaturnya. Jadi, kakak tinggal bawa Bintang Kecil nanti malam."      

"Baiklah. Kamu boleh pergi!"      

Nathan pergi dari ruangan Julian setelah menyelesaikan pembicaraan mereka.     

Tepat saat itu ponsel Julian berbunyi dan itu dari Andi. Ia pun langsung mengangkatnya.     

"Ada apa?" Tanya Julian setelah menggeser icon berwarna hijau di ponselnya.     

"Aku sudah menemukan dimana Nyonya Qiara bekerja. Sekarang Nyonya menjafi salah satu artis pendatang baru di YM Entertainment. Nyonya bisa masuk karena kabarnya Pak Kevin sendiri yang memilihnya karena ia sangat tertarik pada acting Nyonya." Jawab Andi yang sedang berada di depan gedung YM Entertainment.      

"Aku dengar Maxwell sudah kembali ke kota A. Itu artinya YM Entertainment ada dibawah pimpinannya. Lalu, apakah dia tahu tentang Qiara? "     

"Saya rasa Tuan Maxwell tidak tahu karena dari seminggu yang lalu dia tinggal di Villa pribadinya yang terletak di Green Hill. Tapi, Nyonya Qiara akan shooting di Villa itu. " Jawab Andi tanpa meninggalkan satupun informasi yang dia dapatkan.     

"Berapa hari dia ada di sana? " Tanya Julian sambil mengepalkan tinjunya karena khawatir Maxwell akan kenal dengan Qiara.     

"Satu minggu .... "     

"Baiklah, kamu boleh kembali ke kantor."      

"Baik bos! "     

Setelah bicara dengan Andi. Julian menutup telponnya lalu menyelesaikan pekerjaannya secepat mungkin agar ia bisa menemani Zio ke pesta lalu memastikan keadaan Qiara.     

Toko Mainan.     

Setelah pergi dari gedung YM Entertainment, Qiara mengunjungi toko mainan. Ia berdiri di depan toko itu dengan perasaan yang rumit.      

'Apakah aku pantas memberikan hadiah padanya di hari ulang tahunnya? Aku yakin Julian tidak akan mau menerimaku apalagi membiarkan aku bertemu dengannya, karena janji yang sudah kami buat. Tapi, kenapa aku ingin sekali membeli sebuah mainan untuknya? Walaupun aku tahu dia sudah memiliki banyak mainan yang lebih mahal.'Batin Qiara dengan perasaan yang bimbang.      

Jika dia menjadi Bibi Lin tentu saja ia dengan mudah ikut merayakan ulang tahun Zio dan membelikannya sebuah hadiah.     

Qiara tidak pernah membenci bayi nya setiap kali dia merasakan detak jantung anak itu saat menyentuh perutnya. Ia juga mengingat bagaimana sakitnya saat melahirkan, akan tetapi dia tidak mampu mempertahankan semua miliknya hanya karena keegoisan dan ketakutan yang berlebihan.      

"Dia tidak suka mainan sebagaimana anak lelaki pada umumnya."     

Mendengar suara itu, Qiara terkejut dan langsung menoleh ke samping kirinya, Seketika itu, matanya terbelalak melihat perempuan yang menggunakan gaun hitam sepatu hitam dengan hak tinggi, tubuhnya masih padat berisi walaupun tidak segendut dulu.      

"Ya ampun ... Kak Yumi, apa kabar?" Sapa Qiara dengan antusias sampai ia lupa kalau identitasnya sekarang adalah Liana bukan Qiara.     

"Qiara ... Apa kabar? Aku pikir bukan kamu. Tapi, setelah aku amati baru aku yakin dan menghampirimu. Kabarku baik, bagaimana dengan mu?" Jawab Yumi dengan senyum yang lebar.     

Awalnya Natalie tidak percaya jika itu Qiara, karena penampilan Qiara dengan rambut panjangnya membuatnya pangling. Namun, setelah ia melihat lebih jelas lagi garis pipi sebelah kiri milik Qiara.     

"Kabar ku baik. Oh iya, kenapa kamu ada disini? Apakah mau membeli mainan?"      

Yumi terdiam saat mendengar pertanyaan Qiara, ia gugup karena bingung harus menjawab apa.     

"Aku hanya lewat ... Lalu, bagaimana dengan kamu? Kenapa kamu berdiri di depan toko mainan ini? Apakah kamu ingin membeli hadiah untuk anakmu yang ulang tahun?" Tanya Yumi dengan salah tingkah setelah terdiam cukup lama.     

Yuki sudah mendengar kalau anak Julian akan ulang tahun malam ini. Sayangnya dia tidak bisa datang untuk menghadiri ulang tahun itu karena ia tidak ingin diusir oleh keluarga Nathan.     

"Hahaha ... Tidak mungkinlah aku datang karena aku dan Julian sudah lama bercerai. Lagi pula anak itu juga tidak akan mengingatku. "Kata Qiara sambil menggaruk lehernya karena ia merasa bersalah sudah berbohong pada Yumi.     

"Aku harap kamu dan anakmu bisa bertemu lagi. Karena aku tahu rasanya jauh dari anak." Ucap Yumi.     

"Apakah kakak sudah punya anak?" Tanya Qiara dengan curiga.     

Yumi terdiam.     

"Hahaha ... Aku belum menikah bagaimana mungkin memiliki anak. Aku cuma dengar dari Ibuku. Oh iya, apakah kita bisa bicara sebentar?" Kata Yumi sambil memegang tangan kanan Qiara.     

"Baiklah, tapi hanya sebentar ... ! "      

"Iya. "      

Setelah itu mereka berdua pergi ke restauran yang tidak jauh dari toko mainan itu.     

Restauran.     

Setelah sampai di dalam restauran itu, Yumi menarik nafas lalu meminum segelas air putih yang di suguhkan pelayan itu.      

"Bagaimana keadaan mu dan dimana kamu selama ini? Aku mendengar kamu bercerai dari Bibi Mue. " Tanya Yumi setelah meletakkan gelasnya kembali di meja.     

"Hidupku kembali seperti sebelum aku menikah dengan Julian. Aku tinggal di kota B sama Mama ku. Bagaimana dengan kakak?"      

Qiara menatap Yumi penuh arti karena sejujurnya dia juga rindu kepada sahabatnya itu.     

"Setelah keluar dari rumah Tuan Ju, aku pergi ke Desa. Setahun kemudian aku kembali ke kota dan memulai kehidupanku yang baru. Aku beruntung karena bertemu teman yang mau mengajakku rekaman. Walaupun pada awalnya aku dijadikan penyanyi dibelakang panggung tapi aku bersyukur. Tapi, sekarang aku sudah mulai rekaman sendiri dengan menunjukkan wajahku di GM Entertainment." Kata Yumi menjelaskan kisah hidupnya secara singkat.     

"Wow ... Semoga kakak menjadi penyanyi terkenal. Oh iya, aku harus pergi sekarang karena aku masih memiliki pekerjaan. Lain kali kita bertemu lagi ya kak!" Kata Qiara sambil tersenyum lebar.      

Tapi, ia harus segera pergi karena ia hanya memiliki waktu sedikit. Ia berniat akan menceritakan kisahnya pada Yumi saat mereka bertemu lagi.     

Setelah mengatakan itu, Qiara berdiri lalu pergi meninggalkan Natalie tanpa memakan apapun.      

"Satu lagi! " Qiara berhenti lalu berbalik melihat Yumi.     

"Ada apa? " Tanya Yumi yang masih duduk di kursinya itu.     

"Tolong jangan panggil aku Qiara lagi, karena namaku yang sekarang adalah Liana. Kalau begitu permisi! " Setelah memberitahukan namanya yang sekarang, Qiara pun segera pergi meninggalkan restauran itu.      

Yumi hanya menatap kosong kearah Qiara yang sudah pergi jauh. Setelah itu ia bergegas pergi meninggalkan restauran itu karena seseorang yang sangat penting sedang menunggu kepulangannya di rumah.     

Rumah Mewah keluarga JJ.     

Malam yang sangat indah dengan cahaya bulan yang terang benderang di rumah mewah keluarga JJ.     

Pesta ulang tahun Zio diadakan di halaman belakang yang merupakan rumah kaca yang di disain sendiri oleh Julian.      

Beberapa saat kemudian.     

Terlihat para tamu berdatangan dari berbagai kalangan.     

Nathan mulai gelisah karena Julian belum juga datang. Sedangkan Bintang kecil itu masih ada di kamar karena dia tidak mau keluar jika bukan bersama Papa nya.      

Nathan merasa bersalah karena ia membawa Zio lebih dulu dengan mengatakan kalau Julian sudah menunggunya di rumah itu.      

Zio pun ngambek dan merasa di bohongi oleh Nathan sehingga ia tidak mau bicara sama siapapun dan memilih mengunci dirinya di kamar.     

Karena khawatir , Nathan langsung membuat panggilan kepada Julian.     

"Halo kak, kamu di mana?". Tanya Nathan setelah panggilannya tersambung.     

"Aku baru saja keluar dari kantor" Jawab Julian dengan suara yang dingin.     

"Kenapa kakak bisa telat datang? Bintang kecil sudah ada di rumah tapi tidak mau keluar, padahal kami sudah membujuknya. Dia marah padaku karena aku sudah membohonginya."      

"Terus bujuk dia ...! "     

"Tapi kak ... "Sebelum Nathan melanjutkan kata-katanya Julian menutup telponnya begitu saja.      

Tepat saat ia akan mencoba membujuk Zio lagi, ia melihat Viona keluar dari kamar Zio dengan wajah cemberut.     

"Ada apa? " Tanya Nathan dengan bingung.     

"Dia menolakku. Bagaimana ini? Julian belum datang, sedangkan para tamu sudah berdatangan. " Jawab Viona dengan khawatir.     

"Aku akan menghiburkan mereka sambil mengulur waktu kalau begitu."Setelah mengatakan itu Nathan bergegas menuju tempat pesta.     

"Terimakasih kepada semua teman-teman karena sudah datang secara resmi ke acara penyambutan kedatangan kakak saya, sekaligus ulang tahun putranya. Sambil menunggu kedatangan kakak ku, saya akan menyanyikan sebuah lagu untuk kalian. " Kata Nathan dengan lantang.      

Mereka semua langsung bertepuk tangan dengan semangat.      

Sementara itu Helena yang baru saja datang dengan Mama nya langsung menyapa Sarah yang duduk dengan Viona.     

Wajah mereka berdua terlihat sangat tidak enak karena mereka sudah menyerah membujuk Zio untuk keluar. Mereka akhirnya memilih menunggu Julian datang.     

Helena menyeringai kearah Viona yang merupakan saingan romantis untuk mendapatkan hati Julian.     

Walaupun sudah lima tahun mencoba mengambil hati Julian, tapi Helena tidak menyerah sedikitpun.     

Ia mengumpulkan banyak kekuatan untuk mendapatkan Julian selagi ia memiliki kesempatan. Ia akan menggagalkan pernikahan Viona dan Julian seperti yang dia harapkan pada pernikahan Qiara dan Julian dan ternyata harapan nya menjadi nyata setelah mendengar kabar cerai Julian dengan Qiara dari Mama nya.     

Sesaat Kemudian.      

Julian sampai di rumah mewah keluarganya. Ia segera turun dari mobil dan langsung berjalan menuju kamar Zio.     

Sementara itu, Zio masih duduk di dekat jendela. Ia terdiam sambil menghitung bintang di langit dengan tatapan sendu karena ia tidak menyukai ulang tahun yang mengingatkannya pada saat ibunya pergi. Ia mendengar cerita itu dari Viona sehingga ia sangat membenci ibunya. Tentu saja Viona mengatakan itu padanya agar ia bisa mendapat kesempatan untuk menjadi Ibu Zio.     

Tepat saat itu Zio melihat seseorang muncul dibalik bunga yang ada di dekat jendelanya.     

"Halo, selamat malam! "      

"Siapa itu? " Tanya Zio dengan suara kecil dan menggemaskannya.      

Mendengar pertanyaan Zio, orang yang berada dibalik semak pun langsung menampakkan dirinya di hadapan Zio. Seketika itu, Zio terkejut karena dia masih mengingat betul wajah gadis itu.      

"Tante penolong? " Kata Zio sambil tersenyum ketika melihat wajah Qiara yang cukup jelas terkena sinar lampu yang ada di halaman belakang itu karena dia memiliki daya ingat yang tajam.     

"Apakah kamu masih mengingatku?"Qiara tersenyum dan sangat bahagia karena anaknya masih mengingatnya.     

"Tentu saja karena aku memiliki daya ingat yang kuat."Jawab Zio sambil menyunggingkan sedikit senyum di bibirnya yang tipis.      

"Kalau begitu apakah aku boleh memelukmu? "Tanya Qiara lagi sambil meneteskan air mata. Ia masih saja merasa kurang walaupun ia sudah bersama Zio selama satu minggu.     

Zio bingung melihat butiran air mata yang jatuh di pipi Qiara. Ia pun membuka lebar jendelanya lalu melangkah keluar dari kamarnya.      

Tidak lama setelah itu, dengan spontan Zio memeluk Qiara yang sudah berjongkok menyamakan tingginya dengan Zio.     

Qiara pun langsung memeluk erat anak kandungnya itu dengan perasaan bahagia yang tidak bisa terlukiskan.     

"Tante jangan nangis lagi! " Ucap Zio sambil menepuk-nepuk bahu Qiara agar berhenti menangis.     

Mendengar suara kecil itu, hati Qiara terenyuh, ia tidak pernah menyangka kalau anak yang dia tinggalkan itu sangat baik padanya walaupun belum tahu siapa dirinya.     

 Zio begitu lembut dan menggemaskan sehingga hati Qiara tidak rela meninggalkannya. Namun, dia harus segera pergi agar tidak terlambat.      

Aurel pasti akan mengamuk jika tahu dia terlambat. Selain itu, dia takut jika Julian keburu datang memergokinya bersama Zio.      

"Zio, apa kamu mau memanggilku Mama? " tanya Qiara dengan sedikit gemetaran.      

Zio terdiam sambil menatap lekat mata Qiara. Ada rasa nyaman dan rindu yang tidak bisa Zio jelaskan dalam hatinya saat melihat tatapan itu.     

"Aku tidak suka menyebut Mama ... Jadi, aku akan memanggilmu Tante saja ... " Jawab Zio dengan ketus.     

"Kenapa sayang? Bukankah kamu lahir dari seorang Mama?" Tanya Qiara dengan perasaan yang rumit. Ia takut kalau Zio benar-bemar membenci dirinya.     

Tepat saat itu Qiara mendengar suara pintu yang akan dibuka. Ia pun menjadi gelagapan.     

" Zio, kita akan ketemu lagi nanti. Tapi, jangan ceritakan kepada siapapun kalau kamu bertemu denganku. Oke!"Kata Qiara sambil menengok pintu kamar Zio dari jendela.      

Padahal ia ingin mendengar jawaban Zio, tapi waktunya sangat tidak tepat sehingga ia harus segera mengakhiri pertemuannya dengan Zio.     

" Iya. "      

Setelah mendengar jawaban Zio, Qiara langsung berlari kencang meninggalkan Zio.      

Karena Qiara cukup mengenal baik lingkungan rumah itu, sangat mudah baginya untuk menyelinap tanpa ketahuan para penjaga dan pengawal yang bersebaran di sekitar rumah sehingga datang dan perginya tidak diketahui oleh orang lain.     

Sementara itu, Julian sudah membuka pintu dan menemukan Zio berdiri di halaman belakang. Seketika itu Julian terkejut dan langsung berlari.      

"Apakah kamu baik-baik saja? " Tanya Julian sambil menatap putranya ketika ia sudah berdiri di depan Zio.      

Melihat Papa nya, Zio mengerjapkan matanya beberapa kali tanpa menjawab pertanyaan Julian.     

"Sayang, tunggu di kamar! Papa harus memeriska sesuatu!" Julian tidak memaksa Zio untuk menjawab pertanyaannya, ia pun segera membawa Zio ke kamarnya.     

Zio tidak berusaha untuk membantah perintah Papa nya ia menunggu di kamar dengan patuh seraya mengingat bayangan wanita yang tadi menemuinya.      

Setelah memastikan Zio sudah duduk dengan aman di ranjangnya, Julian langsung memeriksa halaman belakang itu sambil berjalan pelan.     

Tepat saat itu, Julian melihat seseorang berlari menuju dinding belakang rumah mewah itu. Ia pun berlari tanpa membuat suara.      

Ia kaget saat cahaya bulan menyoroti wajah itu sehingga ia segera mendekat untuk memastikannya sebelum orang itu berhasil kabur.     

"Qiara? "     

Mendengar suara dingin dari arah belakangnya sewaktu dia akan memanjat dinding belakang itu, Qiara malah berhenti dengan sedikit gemetaran karena ia sangat mengenal suara itu.     

"Kenapa kamu melakukan ini? " tanya Julian setelah yakin kalau itu adalah Qiara.     

Seketika itu Qiara menoleh untuk melihat Julian karena ia pikir percuma dia kabur karena sudah ketahuan. Dia harus bertanggung jawab atas apa yang dia perbuat.      

Melihat wajah Julian yang begitu tampan dengan tubuh yang tinggi dan seksi membuat Qiara tertegun, seketika itu otaknya mendadak kosong.     

Tepat saat mata mereka beradu dibawah lampu halaman belakang yang remang-remang hati keduanya berdegup kencang karena rindu masih tersimpan rapi di kedalaman hati mereka.      

Saat Julian hendak melanjutkan ucapannya , tiba-tiba saja ia mendengar suara gelas yang terjatuh dari kamar Zio.      

Julian langsung berlari menuju kamar Zio. Naluri keibuan Qiara pun tidak bisa di bohongi. Ia ikut menyusul Julian tanpa khawatir lagi akan resikonya.      

Beberapa Saat kemudian.     

"Ada apa ini? " Tanya Julian pada seorang pelayan yang dia temui di kamar.     

Sebagaimana ia keluar seperti itu ia masuk yaitu melewati jendela.     

"Tuan kecil tidak mau minum susu, makanya dia mendorongku. " Jawab pelayanan itu sambil memungut gelas itu dengan gemetaran.     

Julian langsung melirik Zio yang sedang menatap sinis kepada pelayan itu.      

Sedangkan Qiara tertegun melihat tatapan putranya, seketika itu Qiara langsung menghampiri Zio sebelum Julian menghampirinya.     

"Sayang ada apa? Kenapa kamu tidak mau meminum susunya?" Tanya Qiara dengan suara yang lembut.     

"Zio, minta maaf sama pelayanmu! Kamu tidak boleh seperti itu!" Ucap Julian menyela pembicaraan Qiara dan Zio dengan suara yang mengerikan.     

Tanpa menjawab pertanyaan Qiara dan Julian, Zio malah berteriak melempar bantalnya kepada pelayan itu.      

Julian dan Qiara kembali terkejut karena Zio terlihat begitu menakutkan.      

Julian benar-benar belum bisa memahami karakter putranya sehingga ia merasa geram dan patah hati setiap kali melihat Zio mengamuk.      

'Apakah kamu selalu begini sayang?' Batin Qiara dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Ia menyesal meninggalkan Zio hari ini.     

"Zio, tenanglah!" kata Julian dengan suara yang meninggi sambil memegang tangan Zio.      

"Lepasin aku Papa! Jangan hentikan aku memberi pelajaran kepada pelayan itu!" Teriak Zio sambil mengulang kata-kata yang sama.     

Julian semakin geram sama Zio yang tidak mau tenang dan berhenti. Pelayanan itu hanya diam dan gemetaran karena dia juga bingung dengan sikap Zio.      

Ketenangan di wajah Julian benar-benar menghilang dan ekspresinya pun menjadi gelap.      

Qiara yang sedari tadi diam akhirnya turun tangan karena dia merasa cara Julian itu salah, selain itu dia juga merasa kalau Zio tahu sesuatu yang tidak diketahui orang lain.      

"Zio, katakan padaku ada apa? " Pinta Qiara setelah menarik Zio dari cengkeraman Julian.     

Mendengar suara lembut Qiara, Zio langsung diam dan menataonya dengan tatapan yang menyala.     

Seketika itu Julian terdiam melihat putranya tenang hanya dengan mendengar suara lembut Qiara.      

Seketika itu Julian terdiam melihat putranya tenang hanya dengan mendengar suara lembut Qiara.      

'Dia memang ibu kandungnya ... 'Batin Julian dengan perasaan yang tidak menentu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.