Istri Kecil Tuan Ju

Aku Akan Mengantarmu!



Aku Akan Mengantarmu!

0'Dia memang ibu kandungnya ... 'Batin Julian dengan perasaan yang tidak menentu.     
0

Karena Zio belum kau bicara, Qiara pun langsung menggendongnya. Seketika itu Zio tiba-tiba menyandarkan kepalanya di bahu Qiara dengan nyaman.     

"Kamu boleh keluar sekarang, tapi kamu tidak boleh mengatakan kalau di kamar ini ada seorang perempuan! " Kata Julian kepada pelayan itu setelah melihat Zio tenang.      

"Baik tuan! " Jawab pelayan itu, ia lalu bergegas keluar dari kamar Zio tanpa mengingat kalau dia harus melanjutkan membersihkan pecahan gelas dan susu yang ada di lantai itu karena ia gemetaran karena takut.     

Setelah bicara dengan pelayannya, Julian mengirim pesan ke Nathan untuk melanjutkan acara tanpa dia atau Zio. Karena dia tidak mungkin melanjutkan acara dalam keadaan begini.      

"Apa kamu lelah! " Tanya Qiara ketika merebahkan tubuh Zio di ranjangnya.     

Zion mendongak menatap mata Qiara untuk mendapatkan ketenangan sebelum ia membuka mulutnya.      

Julian hanya berdiri di ujung ranjang memperhatikan ibu dan anak itu berbicara.      

'Pemandangan ini sangat aku rindukan sejak dulu. Qiara, kenapa kamu muncul sekarang? Tidakkah kamu tahu kalau putramu sangat merindukanmu. Termasuk aku? Seperti apapun aku membencimu selama lima tahun ini, tapi persaaanku padamu masih sama.' Batin Julian dengan mata yang mulia berkaca-kaca.      

Julian ingin mengusir Qiara ketika ia mengingat perjanjian dan perlakukan Qiara yang sudah meninggalkan nya bersam Zio. Tapi, perasaan cinta dan rindunya menghentikannya melakukan itu sehingga ia hanya bisa mematung memperhatikan mereka berdua.     

'Entah aku bodoh atau apa, tapi aku tidak bisa membencinya, dia terlalu melekat dalam hatiku sehingga aku tidak mungkin bisa melemparnya jauh dariku dan Zio. Terlebih, Zio terlihat nyaman dan tenang bersamanya.'Batin Julian lagi.     

"Susu itu ada racunnya. Makanya aku membuangnya. "     

Mendengar pengaduan Zio kepada Qiara, Julian tersentak kaget, ekspresi semakin gelap.      

"Sayang, bagaimana kamu tahu jika itu racun? " Tanya Qiara lagi untuk menyelidiki kebenaran perkataan Zio.      

"Warna dan bau susu itu tidak seperti susu pada umumnya. Terlalu menyengat dan warna susu nya juga tidak jernih. " Zio menjelaskan apa yang sudah dia lihat dan rasakan.     

Mendengar penjelasan Zio. Julian langsung memeriksa susu yang belum dibersihkan itu untuk membuktikan perkataan Zio.      

"Brengsek, siapa yang berani melalukan ini? " Kata Julian setelah membuktikan perkataan Zio.      

'Virsen ... Apa itu dia? Apakah ini artinya dia ada di kota A? ' Batin Qiara sambil mengepalkan tinjunya. Karena yang paling mungkin melakukannya adalah Virsen.     

Julian juga memiliki pikiran yang sama ketika ia mengingat cerita Rena tentang kembalinya Virsen. Tapi, dia tidak punya cukup bukti untuk menuduhnya.     

"Qiara, tolong jaga Zio. Aku akan menyelidiki ini sebentar!" Kata Julian dengan suara yang dingin.     

Qiara pun segera mengangguk karena dia juga tidak mungkin meninggalkan Zio yang baru saja lolos dari bahaya itu.      

Virsen itu seperti setan yang bisa muncul kapan saja dan dimana pun. Dia mewarisi kekejaman kakeknya. Itu semua dimulai saat Rena memutuskannya dan tidak mempercayai kalau dia bukanlah seorang pembunuh.      

Setelah mengatakan itu, Julian langsung menghubungi Andi untuk menyelidiki kejadian ini.     

"Sudah larut malam tidurlah, tante akan menemanimu sampai tertidur baru Tante akan pergi.!" Kata Qiara sambil membelai rambut Zio yang cukup tebal dan hitam itu.     

Mendengar perintah Qiara, Zio langsung mengangguk patuh dan memejamkan matanya sambil berkata,"Jangan pergi!"     

Mendengar perkataan Zio, Qiara langsung menatap wajah mungil itu dengan hati yang tidak karuan karena dia sudah terlambat.      

'Bagaimana ini, kak Aurel sudah menungguku, aku bisa kehilangan pekerjaan ini. 'Batin Qiara dengan perasaan yang benar- benar bingung.      

'Tolong jangan pergi! "Kata Zio lagi mengulangi permintaanya.      

Qiara semakin bingung, haruskah dia mengecewakan Bintang Kecil yang tampan dan cerdas itu? Bagaimana dengan Julian, tentunya ia tidak mungkin diizinkan untuk berlama-lama.      

"Penuhi permintaan Zio! " Kata Julian yang sudah kembali ke kamar Zio setelah bicara dengan Andi.      

Tidak hanya itu, ia juga berhasil menghentikan Mamanya dan Viona agar tidak mengganggu Zio dengan alasan dia sudah tidur.     

Sarah dan Viona pun mengangguk tanpa curiga karena mereka tidak mau membuat Julian marah. Mereka pun kembali ke pesta tanpa Zio dan Julian.     

"Aku tidak bisa, karena aku harus pergi ke tempat kerjaku. Tapi, aku akan menunggu sampai Zio tertidur baru aku akan pergi!"     

Julian tidak bisa berkata apa-apa lagi, karena dia tahu bagaimana watak Qiara yang tidak beda jauh dengan Zio. Lalu, bagaimana dengan Zio jika permintaannya tidak di penuhi oleh Qiara?     

'Qiara, kenapa kamu masih saja keras kepala seperti ini, aku pikir Zio bisa meluluhkan hatimu. Tapi, aku percuma saja sepertinya berharap lebih darimu. 'Batin Julian sambil memandang Zio yang sudah memejamkan matanya sambil memegang baju Qiara.      

Tidak lama kemudian, Zio tertidur pulas dan melepaskan baju Qiara.     

"Zio sudah tidur, aku harus pergi!" Kata Qiara sambil turun dari ranjang.      

"Ini sudah hampir jam satu malam, kemungkinan tidak akan ada taxi. Jika perjalananmu jauh, aku bisa mengantarmu dengan cepat. "      

Mendengar tawaran Julian, Qiara langsung melihat jam ditangannya, seketika itu ia terkejut dan berfikir kalau dia akan sangat terlambat jika harus menunggu taxi atau melewati malam yang sudah larut.      

Perjalanan ke Villa Green Hill membutuhkan waktu hingga 4 jam dari pusat kota.      

Tepat saat itu, ponsel Qiara berbunyi dan itu dari Aurel. Ia pun melihat Julian sebentar lalu menggeser icon berwarna hijau di ponselnya.      

"Halo Kak?" Sapa Qiara dengan suara yang sedikit khawatir.      

"Baru hari pertama kamu berada dibawah asuhan ku, kenapa kamu membuatku susah begini? Dari tadi Kevin mencari mu untuk pengarahan sebelum shooting di mulai besok. Jika kamu tidak sampai juga hingga jam 4 pagi maka berhentilah bermimpi jadi bintang!. "     

Qiara terkejut mendengar omelan Aurel yang seakan teriak di hadapannya.      

"Saya akan sampai sebelum jam empat pagi." Jawab Qiara dengan percaya diri agar Arel bisa tenang.      

"Baik, saya pegang kata-katamu."     

Setelah bicara dengan Aurel, Qiara berbalik menatap Julian, bukan dia yang minta tolong tapi Julian yang memberikannya tawaran, jadi dia harus memanfaatkannya. Itulah yang ada di pikiran Qiara.     

"Kamu mau kemana? " Tanya Julian yang mengerti tatapan Qiara tanpa ia perlu mengatakannya.     

Julian berpura-pura tidak tahu kemana Qiara akan pergi agar tidak dicurigai.     

"Villa Green Hill. Apa mungkin kamu bisa membawaku sampai sebelum jam empat pagi? " Jawab Qiara seraya bertanya dengan membuang rasa malunya.     

"Aku bisa sampai Gren Hill kurang dari tiga jam, bahkan hanya dua jam saja." Jawab Julian dengan percaya diri.      

Julian adalah penggila mobil mewah dan masa mudanya suka balap sehingga tidak heran jika dia sangat percaya diri.      

"Kali ini saja! Aku akan membalas kebaikanmu hari ini! " Kata Qiara dengan canggung.      

Julian tersenyum kecil mendengar apa yang Qiara katakan. Sudah lama dia tidak tersenyum seperti ini, karena hanya Qiara yang membuat hari-harinya menjadi berwarna.     

"Aku akan lewat pintu belakang. Jadi, aku akan menunggumu di simpang jalan yang tidak jauh dari rumah ini. "Kata Qiara yang tidak ingin ada yang tahu kedatangannya. Terlebih mertuanya yang sudah tentu membencinya.     

"Terserah kamu!." Setelah mengatakan itu, Julian segera keluar dari kamar Qiara.     

Qiara menatap Bintang kecil itu lagi sebelum ia pergi. Ia menatapnya dengan penuh cinta dan kerinduan yang menggebu sambil berkata,"Anak Mama, maaf karena Mama tidak bisa menemanimu malam ini. Mama harus membuktikan sama Papa, kalau Mama bisa sukses tanpa bantuan Papa. Kamu tidak perlu tahu tentang Mama sekarang. Nanti, kalau Mama sudah pantas kamu panggil Mama, baru Mama akan mengumumkan kalau kamu adalah anak Mama. "      

Qiara mencium kening putranya yang menggemaskan itu.      

Kaki Qiara terasa berat melangkah ketika melihat wajah Zio. Dia ingin terus berada didekatnya, tapi dia harus segera pergi.     

Setelah puas memandang Zio, Qiara langsung keluar lewat jendela seraya mengenakan penutup wajahnya     

Tidak lama kemudian, Julian keluar dari gerbang setelah menitip Zio pada Nathan karena dia khawatir Zio akan kebingungan jika tidak menemukan siapa-siapa di sampingnya.     

Beberapa saat kemudian.     

"Ayo masuk! " Seru Julian setelah membukakan pintu mobil dari dalam untuk Qiara.      

Tanpa membuang waktu, Qiara pun segera masuk ke mobil Julian karena dia dikejar waktu.      

"Bagaimana keadaanmu? "     

Pertanyaan Julian memecah keheningan yang terjadi sepanjang jalan.      

"Seperti yang kamu lihat." Jawab Qiara dengan ketus.      

'Jangan bertanya lebih banyak lagi, karena ini yang terbaik buat kita, jika kita terus dekat itu hanya akan membuatku lebih sulit karena harus menyakitimu jika aku ingin kamu hidup bersama Zio. Hari ini, ada yang mencoba melukainya disaat aku kembali berhubungan dengan kalian. Jadi, biarkan aku sendiri, setidaknya aku sudah melihat seperti apa putraku.' Batin Qiara dengan perasaan yang tidak menentu.      

"Baguslah. Bagaimana kabar Mama sekarang?" Julian ragu untuk bertanya lagi, akan tetapi ia harus bertanya untuk mencairkan suasana.     

"Mama baik. Oh iya, mulai sekarang tolong berhentilah bersikap seperti kita adalah orang dekat. Karena hal itu hanya akan membawa masalah yang tidak akan sanggup kita menahannya" kata Qiara tanpa melihat Julian.      

Mendengar apa yang dikatakan oleh Qiara, Julian menatapnya sambil menarik nafas dalam karena tidak mengerti dengan apa yang dikatakan barusan oleh Qiara.      

"Qiara?"     

Julian memanggil namanya dengan nada suara berat seakan ia sedang marah besar.      

"Namaku Liana bukan Qiara! " Sahut Qiara.      

"Bagiku kamu tetap Qiara. Sampai kapan pun aku akan memanggilmu dengan nama itu. Karena aku menyukai orang dengan nama itu. " Kata Julian.      

"Kalau begitu aku tidak menengok jika kamu panggil dengan nama itu. " Kata Qiara lagi dengan ketus.      

"Bagaimana dengan kami? Pernahkan kamu memikirkan putramu? "Tanya Julian dengan wajah serius. Seketika itu Qiara kehilangan ketenangan mendengar Julian menanyakan hal itu.      

Bukannya dia tega, tapi terpaksa. Selain itu, Julian mengkhianatinya saat ia berubah pikiran untuk bertahan menghadapi ancaman itu sama-sama demi putra mereka.      

"Bukankah kamu sudah memiliki wanita lain disamping mu? Aku pikir Zio tumbuh dengan baik karena dia ada yang rawat, jadi jangan salahkan aku! " Kata Qiara mencoba menegaskan apa yang dia pikirkan.      

"Wanita lain? Kenapa kamu bisa berfikir seperti itu? Jika karena itu kamu membenarkan semua tindakanku, maka kamu salah. Apa yang kamu tahu tentang Zio? Apa kamu tidak melihat bagaimana dia menerima kehadiranmu disaat ia menjauhi banyak orang terlebih orang batu yang dia kenal. Apa kamu tidak merasakan apapun saat bersamanya?" Tanya Julian sambil mempercepat lanjut mobilnya.      

"Setidaknya, dia tidak tumbuh menjadi anak yang nakal dan kurang kasih sayang. Aku yakin kalau kamu pasti bisa membuatnya bahagia dan tidak kekurangan sedikitpun. Jadi, dia tidak butuh aku, baik sekarang maupun nanti."     

Hati Qiara terasa sakit saat mengatakan hal yang tidak ingin dia katakan, bagaimana pun juga Zio adalah putranya yang selama ini membuatnya tersiksa karena rindu dan rasa bersalah yang teramat dalam.      

"Semudah itu kamu berkata begitu tanpa tahu apa yang sudah kami alami selama lima tahun tanpa kamu? Pernahkah kamu memikirkan kami sekali saja? " Julian merasa darahnya mulai naik, karena Qiara lagi-lagi memancing emosinya.      

"Jika kamu terus bicara omong kosong, maka hentikan mobilnya karena aku sudah mulai tidak nyaman berada di dekatmu! " Kata Qiara dengan suara yang sedikit meninggi.      

Seketika itu Julian terdiam, ia menahan amarahnya karena dia tahu betapa nekatnya Qiara.      

'Aku tidak apa-apa menjadi orang jahat bagimu, yang penting anakku baik-baik saja. Selain itu, kenapa kamu tidak berusaha mencari ku selama ini jika kamu masih punya perasaan? Atau perasaanmu itu sudah berbalik kepada Viona?' Batin Qiara sembari memalingkan wajahnya kearah kaca mobil.     

Qiara merasa benar dan salah itu beda tipis. Ia tidak mengerti bagaimana ia harus bersikap. Akan tetapi ia bersyukur karena ia masih bisa dekat dengan putranya walaupun ia harus menyamar jadi pengasuh Zio.     

Karena sangat kesal, Julian pun m membawa mobilnya semakin kencang, walaupun begitu, Qiara tidak merasakan takut sedikitpun.      

Ia malah menatap tajam kearah jalan didepannya yang sepi setelah mengendalikan perasaan nya yang terbawa rasa sakit dan rindu itu.     

"Apakah kamu tidak punya kata-kata untukku?" Tanya Julian setelah lama terdiam.     

Qiara menarik nafas dalam, ia bukannya tidak memiliki kata-kata untuk dia ucapkan kepada Julian. Akan tetapi dia tidak bisa mengatakan nya karena itu hanya akan mengungkit kisah lama yang berusaha ia kubur dalam-dalam.     

"Saya bilang hentikan mobilnya karena aku tidak mau semobil denganmu, selain itu aku tidak memiliki apapun untuk dikatakan padamu." Ucap Qiara dengan ketus.     

Amarah Julian semakin besar, ia pun tidak segan-segan menambah laju kecepatan mobilnya sehingga Qiara kaget dan berpegangan.     

'Apa dia gila? Apakah dia mau bunuh diri? Tapi kenapa mengajakku? Mama, aku takut!'Batin Qiara.     

Qiara ingin sekali berteriak, tapi ia gengsi karena ia tidak ingin terlihat lemah di hadapan Julian.     

Waktu sudah menunjukkan jam setengah tiga pagi.      

Karena kelelahan, Qiara ketiduran sambil berpegangan. Julian tdak menyadari Qiara tidur karena ia terlalu fokus menyetir dan mengendalikan amarahnya.     

Tanpa terasa mereka akhirnya sampai di depan Villa Green Hill.     

"Kita sudah .... "Julian tidak melanjutkan kata-katanya saat ia melihat Qiara tertidur.     

Julian mengantar Qiara sampai depan pintu utama setelah ia diberikan izin masuk oleh Satpam dengan alasan mengantar artis yang akan Shooting.     

Karena wajah Julian dikenal oleh Satpam itu, ia pun langsung mempersilahkan Julian masuk tanpa curiga.     

Julian terdiam saat memperhatikan wajah Qiara saat ia tidur. Sudah sangat lama tidak melihat wanita itu tidur dengan begitu nyenyak nya sehingga Julian mengurungkan niatnya untuk membangunkan Qiara.     

Julian tersenyum manis sambil menyentuh bibir lembut Qiara yang juga sangat ia rindukan itu.      

Bibir yang dulunya membuat dia ketagihan dan selalu mencuri waktu untuk bisa menciumnya.      

Seketika itu, Julian teringat masa lalunya yang indah, dimana Qiara selalu ingin memeluk dan menciumnya saat tidur.     

Tepat saat itu, Julian kaget saat ia mendengar suara ketukan pintu dari luar. Seketika itu ia menoleh keluar arah kaca mobilnya.     

"Maxwell? " Ucap Julian dengan ekspresi gelap.      

Setelah itu dengan pelan Julian membuka pintu mobilnya agar Qiara tidak terbangun.      

Lelaki tampan dengan tubuh tinggi yang memiliki rupa blasteran itu, terlihat mengerutkan keningnya saat melihat orang yang muncul dari mobil itu adalah Julian yang sangat akrab buatnya.     

"Julian Al Vero ...?"      

Maxwell tersenyum saat mengetahui kalau itu memang Julian.     

"Kenapa kamu bisa ada disini? " Tanya Julian tanpa ekspresi ke arah Maxwell.     

"Ini Villa ku, apakah kamu lupa kalau kita sering bermain disini dulu?" Jawab Maxwell.     

Julian terdiam sesaat, ia bukannya lupa akan tetapi dia tidak ingin dianggap sebagai orang yang terus mengingat masa lalunya dengan orang yang dia sangat benci.     

"Suatu kejutan bagiku bisa kedatangan Presiden Direktur JJ Grup yang menguasai kota A. Tapi, bagaimana anda bisa ada disini tengah malam begini? " Sambung Maxwell sambil menyilang kan kedua tangannya.     

"Aku terpaksa kesini. Lalu, bgaimana denganmu? Kenapa bisa anda masih berkeliling jam segini? Harusnya anda masih tidur bukan? " Julian menatap sinis kepada Maxwell.     

"Oh ... Kamu benar. Tapi, aku dikenal dengan orang yang jarang tidur. Jika pun aku tidur, itu tidak akan lama. Setelah bangun dari tidurku tadi, aku berniat untuk jalan-jalan karena tidak bisa tidur lagi. Tapi, aku melihat ada mobil yang baru masuk di jam segini makanya aku ada disini!"      

Maxwell menjelaskan semuanya dengan jujur dan apa adanya.      

Penjelasan Maxwell pun sangat masuk akal sehingga Julian langsung terdiam karena tidak tahu harus berkata apa lagi untuk memojokkan Maxwell.     

Tiba-tiba Maxwell memeluk Julian layaknya seorang sahabat yang sudah lama tidak bertemu. Seketika itu Julian kaget.     

Tepat saat itu, Qiara keluar dari mobil dan ia terkejut ketika melihat Maxwell berdiri berhadapan dengan Julian dan ia berpikir kalau dia lelaki itu memiliki hubungan yang dekat.     

"Kenapa kalian saling berpelukan? Apakah kalian saling kenal?"      

Suara Qiara membuat kedua lelaki tampan itu menoleh dengan bersamaan dalam keadaan masih saling berpelukan.     

Julian langsung mendorong Maxwell saat menyadari ia masih memeluknya.      

"Apa yang kamu lakukan?" Teriak Julian sambil menepuk-nepuk jas nya seperti orang yang jijik.     

"Maaf ... " Maxwell tersenyum melihat sikap Julian yang masih sama seperti dulu.     

Qiara merasa aneh dengan hubungan yang dua lelaki itu miliki.      

"Hey ... Kamu, kenapa ada disini?" Tanya Qiara sambil menunjuk kearah Maxwell dengan sinis.     

Julian memperbaiki jasnya sambil menyeringai kearah Maxwell.     

"Khem ... Bukankah kamu Qiara yang kemarin malam tidur di rumahku? " Bukannya menjawab pertanyaan Qiara, Maxwell malah melemparkan pertanyaan tidak terduga padanya.     

Seketika itu Qiara menoleh kearah Julian. Entah kenapa ia merasa khawatir Julian akan berpikir buruk saat melihat ekspresi Julian yang terkejut.     

"Kamu tidur di rumahnya? Bagaimana mungkin? " Tanya Julian dengan ekspresi yang menakutkan.     

Max mengerutkan keningnya saat melihat sikap aneh dua orang yang ada di hadapannya itu.      

'Dari ekspresi mereka, sepertinya mereka memiliki hubungan yang cukup dalam. Apakah mantan kekasih? Atau apa?. 'Batin Max tanpa menunjukkan ekspresi curiga kepada keduanya.      

"Aku tidak perlu menjelaskan apapun padamu, jadi sebaiknya kamu pergi dari sini karena aku akan segera bekerja! " Setelah menjawab pertanyaan Julian, Qiara pun segera pergi karena ia tidak ingin menjelaskan apapun pada Julian.     

Julian mengepalkan tinjunya karena Qiara tidak mau menjawab pertanyaannya.     

Julian benar benar terbakar api cemburu saat mendengar Qiara pernah tertidur di rumah Maxwell.     

Belum sempat ia bertanya pada Maxwell tentang kebenaran perkataannya itu, Maxwell malah berlari mengejar Qiara.     

Julian merasa frustasi karena ia tidak bisa menerima kenyataan kalau mantan istrinya dekat dengan lelaki seperti Maxwell.     

Karena tidak tahan, Julian segera pergi meninggalkan Villa Maxwell.     

'Seharusnya aku tidak pernah kesini, Qiara benar- benar sudah melupakan aku dan Zio. Tapi, aku tidak akan rela jika Qiara harus memilih Maxwell.'Batin Julian sembari menyalakan mobilnya lalu pergi dari Villa itu dengan cepat.     

Sementara itu Qiara merasa ada yang sedang mengikutinya, ia pun berhenti lalu berbalik dengan sikap waspada.      

Seketika itu ia melihat Maxwell sudah berdiri dihadapannya sambil tersenyum.      

"Hey, kenapa kamu mengikuti ku?" Tanya Qiara dengan sikap waspada.     

Qiara bergidik ngeri saat melihat Maxwell mengeluarkan pisau kecil dari saku celananya.     

Qiara pun langsung membuat pertahanan agar Maxwell tidak bisa menyakitinya.     

"Aku tidak mengikuti mu, aku hanya ingin menunjukkan dimana lokasi para pemain dan kru tinggal. " Jawab Max sambil tersenyum.     

"Memangnya kamu tahu? Apa mungkin kamu adalah salah satu pemain dari Drama Raja Langit? " Tanya Qiara dengan gugup sambil melirik pisau yang Maxwell pegang.     

"Tentu aku tahu. Karena Aku pemilik Villa ini. Oleh karena itu aku akan mengantarmu selagi matahari belum keluar sepenuhnya agar kamu tidak tersesat. "      

Maxwell tersenyum manis kearah Qiara seolah ia ingin menunjukkan kalau ia adalah orang yang ramah dan baik.     

Qiara terdiam saat mendengar pengakuan Max. Ia memperhatikan Max dari bawah hingga atas. Seketika itu ia berfikir bahwa Max hanya mengarang karena penampilannya sangat meragukan.     

Karena yang Qiara tahu, kalau Villa mewah ini adalah milik bos besar YM Entertainment. Tidak mungkin orang seperti Maxwell adalah bos YM Entertainment.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.