Istri Kecil Tuan Ju

Bos YM Entertainment.



Bos YM Entertainment.

0"Apa buktinya jika kamu memang pemilik Villa ini? " Qiara memberanikan dirinya untuk bertanya agar ia tidak salah paham.     
0

"Bagaimana kalau kita kenalan dulu agar kamu tahu siapa aku? " Ujar Maxwell sambil mengedipkan matanya.     

"Memangnya siapa kamu? " Qiara menyeringai kearah Maxwell karena ia menganggap Maxwell hanyalah lelaki nakal yang tidak bisa serius kalau sedang bicara.     

"Maxwell Adamson ... Itu nama panjang ku yang dibuat oleh kakekku yang tidak mau mengalah itu. Dia ingin namanya ada dalam namaku. Tapi, agar kamu tidak lelah, kamu bisa memanggilku Maxwell saja!" Kata Maxwell memperkenalkan dirinya dengan tegas dan tidak lupa ia menyelipkan humor didalam nya agar orang yang mendengarnya tertawa.     

Bukannya tertawa, Qiara malah kaget mendengar nama Maxwell. Karena sebelum mengikuti audisi di YM Entertainment, dia mencari tahu seluk belum perusahaan hiburan itu.     

Dia tahu kalau nama bos besarnya adalah Maxwell. Sayangnya, bos besar itu sangat jarang terekspos media sehingga ia tidak menemukan foto yang jelas dari seorang Max.      

Yang ada fotonya hanyalah CEO YM Entertainment yang bernama Sandy.     

"Apakah kamu benar- benar bos besar Maxwell? " Tanya Qiara dengan ragu.     

Max tersenyum mendengar pertanyaan Qiara karena ia menganggap itu sangat lucu.      

Dipanggil bos besar Maxwell adalah hal yang paling menggelikan bagi Max yang lebih suka dikenal sebagai orang biasa daripada seorang bos yang memimpin YM Grup sekaligus pemilik dari YM Entertainment.     

Bagi Maxwell, kebahagiaan itu mudah di dapat, cukup dengan hal-hal sederhana yang luar dari kebiasaan seorang bos yang kaya raya.      

Dia bangga menjadi bos yang berbeda, tidak seperti Julian yang menurutnya terlalu rapi dengan berbagai jas mewahnya.     

"Panggil Maxwell saja karena itu terdengar lebih bagus. Ya sudah, ayo ikut aku!" Kata Maxwell tanpa menjawab pertanyaan Qiara terlebih dahulu.      

Setelah itu ia meminta Qiara untuk mengikutinya sebelum matahari menampakkan diri lebih tinggi lagi.     

"Baiklah ... "Qiara mengikuti Maxwell dengan patuh tanpa mengatakan apapun karena dia takut salah bicara.     

"Apa kamu lelah? " Tanya Maxwell ketika mereka memasuki pintu samping Villa.      

Maxwell bisa merasakan kalau Qiara sedang kelelahan. Ia menduga kalau Qiara belum tidur karena jarak pusat kota dengan Villa nya memang cukup jauh.     

"Tidak juga. Aku tertidur selama di perjalanan. Tapi, aku merasa masih sangat mengantuk." Jawab Qiara dengan jujur.      

"Kalau begitu, tidurlah dengan nyenyak selagi masih ada waktu!" Kata Maxwell dengan ramah.      

"Aku tidak mungkin tidur karena aku harus shooting pagi-pagi sekali. Oleh karena itu, aku harus mempelajari naskahku dengan baik agar aku jisa melakukan shooting dengan baik pula. "      

"Tidak perlu. YM Entertainment bukan perusahaan hiburan yang akan memaksa artis atau aktornya. Jika dia sakit itu lebih parah lagi. Jadi, ikuti kata-kata ku jika kamu mau melihat shooting ini berjalan lancar! "      

Mendengar apa yang dikatakan oleh Maxwell. Qiara hanya mengangguk patuh karena dia tidak mau mencari masalah dengan bos bear di hari pertamanya menjadi artis YM Entertainment.     

"Iya. ". Jawab Qiara dengan suara yang lemah.     

Setelah itu Maxwell melanjutkan perjalan yang diikuti oleh Qiara dari arah belakangnya.      

Mereka berhenti setelah sampai di kamar yang Maxwell pilihkan untuknya.     

"Kita sudah sampai. Silahkan istirahat!" Kata Maxwell setelah membukakan pintu kamar itu untuk Qiara.     

"Bos, apakah saya boleh bertanya?"Qiara merasa ada yang perlu ia tanyakan sebelum ia masuk ke kamar itu.     

"Katakanlah ... !"      

Maxwell menatap Qiara dengan tatapan yang lembut agar Qiara merasa nyaman.     

"Bagaimana bos tahu kalau aku salah satu artis YM Entertainment yang mengikuti shooting disini? " Tanya Qiara setelah lama terdiam.      

Sebenarnya Qiara sedikit takut ketika ia mengingat betapa buruk sikapnya kepada Maxwell saat pertama kali bertemu maupun setelahnya.      

"Itu mudah. Satpam yang menjaga Villa ini hanya akan memberikan orang yang memiliki kepentingan untuk Shooting yang masuk. Itu perintah dari si kepala es itu. Makanya aku tahu kamu juga artis disini. " Jawab Max dengan senyum yang manis.     

"Si kepala es? "     

Qiara penasaran siapa orang yang di maksud dengan kepala es.     

"Itu julukan buat Kevin. Sutradara yang aneh dan selalu turun sendiri saat melakukan audisi karena dia tidak percaya sama yang lain. Dia hanya akan tenang jika turun kelapangan sendiri, mulai dari audisi hingga produksi berakhir. " Jelas Maxwell sambil menggelengkan kepalanya.     

'Si kepala es? Julukan yang sangat unik. Sepertinya mereka memiliki hubungan yang baik, antara bos besar dan seorang Sutradara. ' Batin Qiara seraya mengangguk-anggukan kepalanya.     

"Sudahlah ... Jangan pikirkan Kevin lagi jika kamu tidak mau mimpi buruk. Sekarang masuk dan istirahatlah yang banyak!" Ucap Maxwell sembari menarik Qiara agar masuk ke kamar itu.     

"Kalau begitu saya akan istirahat beberapa menit saja! Terimakasih atas kebaikannya bos!" Setelah mengatakan itu Qiara menutup pintu kamar itu. Ia pun segera merebahkan tubuhnya yang lelah di ranjang empuk itu tanpa mengamati kamar seperti apa yang ia tempati.     

Karena masih sangat mengantuk, Qiara pun memejamkan matanya dan terlelap dengan begitu cepat.     

Sebenarnya kamar yang ditempati oleh Qiara itu adalah kamar Maxwell.      

Setelah itu, Max pergi ketika melihat Qiara sudah masuk sambil bersiul karena ia menang banyak kali ini dari Julian.     

Rumah Julian.     

Setelah menempuh perjalan beberapa jam dari Villa Maxwell. Julian pun sampai di rumahnya.      

Ia mengerutkan keningnya saat melihat mobil Nathan sudah terparkir. Itu artinya Nathan sudah datang membawa Zio yang sudah bisa di pastikan kalau Zio merengek minta pulang karena tidak menemukan Papa nya.     

Setelah menarik nafas dalam, Julian pun segera masuk ke dalam rumah.     

Ruang Tamu.     

Di ruang tamunya yang luas itu, ia berdiri tegak sambil memperhatikan dua lelaki yang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.     

Dua lelaki yang dia lihat adalah Nathan dan Zio.     

Nathan sibuk dengan ponselnya sedangkan si kecil yang lembut dan menggemaskan sibuk main game.     

'Zio, maafkan Papa karena tidak bisa membuat Mama mu menerima keberadaan mu. Kedatangannya kemarin kemungkinan karena dia terpaksa. Tapi, Papa tidak akan membiarkan kamu sedih karena tidak memiliki Mama sayang.'Batin Julian dengan perasaan yang tidak menentu.     

Setelah membatin, Julian melanjutkan langkah kakinya sehingga Nathan mendengar bentakan kakinya yang cukup keras.     

"Kakak, darimana? Apakah ada masalah sehingga kakak .... " Nathan tidak melanjutkan kalimatnya saat Julian sudah menghilang dari ruang tamu.     

Sayangnya Julian tidak mengabaikannya dan terus berjalan menuju kamarnya.     

Seketika itu Nathan menjadi bingung.      

'Ada apa dengan kakak? Apakah sudah terjadi sesuatu di perusahaan?'Batin Nathan.     

"Bintang kecil, paman pergi sebentar karena paman mau bicara sama Papa kamu dulu. Oke!"      

"Iya. " Zio mengangguk tanpa menoleh kearah Nathan karena ia sangat sibuk dengan game nya.     

Setelah itu Nathan segera menyusul Julian ke ruang kerjanya yang berada didekat kamarnya.     

Ruang Kerja.     

"Apa aku boleh masuk?" Tanya Nathan setelah mengetuk pintu tiga kali.     

Julian yang sedang berdiri di dekat jendela itu hanya melirik kearah Nathan tanpa mengatakan apapun.     

"Apakah ada masalah?" Tanya Nathan dengan ragu setelah ia berada tepat di belakang Julian.     

"Apa kamu masih ingat dengan Maxwell?"      

"Maxwell sahabat kakak waktu SMP?Yang dulu sering main di rumah? Kalau tidak salah dia adalah cucu tertua Adamson? Tapi, ada apa dengannya? Bukankah dia ada di Amerika?"Nathan melempar begitu banyak pertanyaan pada Julian karena ingatannya tentang Maxwell samar-samar.      

Nathan hanya tahu kalau Julian dan Maxwell tumbuh bersama dari Taman kana-kanak hingga SMP. Tapi, ia tidak tahu kenapa dua sahabat itu bertengkar sebelum mereka berpisah karena Maxwell harus berangkat ke Amerika mengikuti orang tuanya yang tugas di sana.     

Mendengar pertanyaan Nathan. Julian mulai ragu mengatakannya, karena ini ada hubungannya dengan Qiara. Tapi, ia tidak ingin menyembunyikannya dari Nathan karena hanya Nathan yang bisa membantunya.      

"Kaka kenapa diam saja?" Nathan mulai tidak sabaran karena Julian tidak menjawab pertanyaan nya satu pun.     

Julian menoleh dengan tatapan yang dingin sehingga Nathan langsung menggigil.     

'Uhhh ... Dingin ...!' Batin Nathan sembari menutup rapat tubuhnya dengan mantelnya.     

"Ini ada hubungan nya dengan Qiara ... Sepertinya dia dekat dengan Maxwell. " Julain akhirnya menceritakan hal itu pada Nathan karena dia pikir itu perlu daripada dia simpan sendiri.      

'Seperti yang aku duga kalau semua ini karena perempuan ulat bulu itu, dia sudah tega meninggalkan suami dan anaknya yang masih bayi, sekarang kenapa dia muncul lagi disaat Kak Julian akan menikah. ' Batin Nathan dengen cemberut.     

"Bagaimana pendapatmu?"      

Nathan mendongak menatap kakaknya yang terlihat sudah tidak sabar menunggu tanggapannya.     

Nathan tahu betul kalau kakaknya tidak aka pernah seperti ini jika bukan karena Qiara. Tapi saat melihat mata kakaknya yang bersinar saat menyebut nama Qiara, Nathan menebak kalau cinta memang masih ada dalam hati kakaknya. Seketika ia merasa bingung dengan perasaan kakaknya yang tidak bisa hilang kepada Qiara. Entah sihir apa yang Qiara gunakan sehingga kakaknya yang selalu tampil sempurna dan luar biasa itu justru bertekuk lutut pada cinta gadis ulet bulu seperti Qiara.      

"Aku pikir itu bagus, dengan dai bersama Maxwell maka dia tidak akan pernah mengganggu kakak dan Zio. Jadi, menurutku kakak sebaiknya menjauh darinya dan fokus pada Kak Viona yang sudah setia bersama kakak selama ini. Bagaimana?" Ucapa Nathan yang di barengi senyum tulus di sudut bibirnya.     

Julian menatap sinis kearah Nathan setelah mendengar pendapatnya tentang Qiara. Ia pun langsung mengepalkan tinjunya lalu memukul meja yang ada di depannya dengan keras.      

Seketika itu Nathan kaget dan ketakutan, terlebih saat melihat semua barang diats meja terjatuh dan berserakan di lantai. Ia ingin melarikan diri dari ancaman pembunuh yang ada di depannya itu tapi ia tidak b isa karena kakinya sangat berat untuk diangkat.     

'Astaga ... sepertinya aku sudah salah bicara. Lelaki yang sedang cemburuan sangat mengerika. Tapi, kenapa ia harus cemburu, bukankah mereka sudah lama bercerai, jadi wajar saja jika Qiara dekat dengan Maxwell atau siapapun.'Batin Nathan sambil bergidik ngeri.      

"Aku ingin kamu mengawasi Maxwell dan Qiara. Oleh karena itu kamu harus lolos di YM Entertaiment.!" Kata Julian setelah duduk dengan tenang.     

Nathan semakin bergidik ngeri, bagaimana mungkin ia harus mengawsi ulat bulu dan belut yang sangat licin sepeti Maxwell. Bisa jadi dian akan ditendang j jauh oleh Maxwell jika dia ketahuan.      

"Bagaimana aku bisa menyelidiki seorang Maxwell . Kakak tahu sendiri bagaimana susahnya mencaritahu tentang dia. Selain itu, aku tidak ingin berurusan dengan mafia seperti dia."      

"Apa kamu yakin tidak kau menuruti perintah ku! " Tanya Julian sambil menatap tajam kepada Nathan.      

"Yakin." Jawab Nathan sambil mengangguk tanpa rasa takut.     

Bruk ...     

"Astaga ... " Nathan terkejut dan ketakutan saat mendengar Julian melempar pas bunga ke tembok.      

Setelah melakukan itu, julian pergi meninggalkan Nathan karena dia sangat marah tapi tidak bisa memaksa atau memukul Nathan. Selain itu, dia mengerti akan ke khawatiran Nathan karena Maxwell memang bukan orang sembarangan.     

"Kakak mau kemana?" Teriak Nathan sambil berlari keluar menyusul Julian, akan tetapi Julian sudah menghilang dengan cepat. Tau-tau nya dia sudah berada di dalam mobilnya yang melaju dengan cepat melewati gerbang megah rumahnya.      

"Apa dia akan menemui Qiara? Jika dia pergi, bagaiamana denganku? Hari ini adalah hari pertamaku rekaman. Jika aku telat itu artinya aku akan mencoreng nama baikku sendiri. Tapi, aku tidak mungkin meninggalkan Zio yang terlalu lucu itu sekaligus menyebalkan saat dia lagi ngamuk. Sepertinya aku tidak punya pilihan lain."      

Setelah memutuskan apa yang akan dia lakukan, Nathan pun segera berjalan menuju ruang tamu untuk menemani Zio yang masih bermain itu.     

'Kasian Zio, dia terlalu kecil untuk menanggung kesalahan yang diperbuat oleh kedua orang tuanya. Harusnya ia menikmati masa kecilnya dengan bahagia.'Batin Nathan setelah ia duduk di samping Zio.     

Rumah Rena.     

Di waktu yang sama, Rena baru saja memulai sarapannya. Tepat saat itu ia mendengar suara bel pintu berbunyi.     

'Siapa yang mungkin bertamu pagi-pagi sekali?' Batin Rena sembari menoleh kearah pintu.      

Rena cukup kaget saat mengetahui ada tamu pagi-pagi, karena selama ia hidup sendiri di rumah itu, ia tidak pernah kedatangan tamu sekali pun.     

'Apakah mungkin itu Julian yang ingin membicarakan soal Virsen?'     

Karena penasaran, Rena menghentikan makannya lalu berjalan menuju pintu keluar dengan perasaan yang boasa saja karena dia bukan tipe gadis penakut.     

Tidak lama setelah itu, pintu terbuka. Seketika itu Rena kaget dan menggigil saat melihat siapa tamu yang datang.     

Lelaki dengan jas mewah berwarna hitam serta anting berlian kecil di telinga kirinya membuatnya semakin menawan tapi menakutkan diwaktu yang bersamaan.     

'Virsen ... Kenapa Iblis ini ada disini? Apakah dia ingin menyekap dan mencambuk ku seperti dulu? Atau, dia ingin balas dendam karena aku dan Julian membuatnya jatuh ke jurang. Tapi, bagaimana mungkin dia masih hidup seperti ini? Bahkan tidak kurang satu pun.'Batin Rena sembari menelan ludahnya dalam-dalam.     

"Virsen, kenapa kamu ada disini?"tanya Rena setelah ia bisa menguasai emosinya.     

Tanpa menjawab pertanyaan Rena, Virsen langsung menarik tangannya lalu mendekapnya di dada bidangnya yang seksi. Seketika itu Rena bisa mencium harum parfum yang sangat menggoda dari tubuh Virsen.     

"Aku merindukan kamu sayang ... "Bisik Virsen di telinga Rena.     

"Lepaskan, apa yang kamu lakukan? Aku akan menelpon Julian jika kamu berani macam-macam padaku!".      

Rena berusaha untuk melepaskan diri dari Virsen, tapi sayangnya dia tidak punya kekuatan untuk mengalahkan tubuh Virsen yang tinggi dan berotot.     

"Kamu milikku dan tidak akan aku lepaskan. Selain itu, Julian tidak akan pernah berani membantumu lagi!" Virsen mengeratkan pelukannya sambil tersenyum nakal.     

Mendengar perkataan Virsen, Rena langsung terdiam mematung. Ia merasakan aliran darahnya membeku, pikirannya kosong dan perlahan dia menikmati aroma harum dari tubuh lelaki yang dulu ia pernah cintai itu.     

Bagaimanapun juga, Virsen adalah cinta pertamanya sebelum ia mengenal watak dan sikap kasar Virsen yang sudah menyiksanya selama ini.     

"Virsen, lepaskan aku! " Teriak Rena dengan keras sambil mendorong Virsen dengan sekuat tenaganya.      

Seketika itu, Virsen melepaskan pelukannya.     

"Pergi dan jangan pernah menemuiku lagi! Hidupku sudah baik-baik saja. Jadi, aku harap kamu tidak akan muncul lagi. Jika kamu mau balas dendam padaku, maka kamu bunuhlah aku! " Teriak Rena dengan frustasi.      

Virsen adalah cinta terindah sekaligus berdarah yang ingin Rena kubur.      

Hanya bersama Demian ia mampu melupakan rasa sakit itu. Bersamanya juga ia ingin memulai hari baru sehingga ia tidak akan pernah menyerah menunggu Demian jatuh cinta padanya.      

"Kamu yang meninggalkanku, dan sekarang kamu mengusir ku. Bagaimana mungkin kamu sekejam ini padaku? Bukankah kamu sangat mencintaiku? Itukan yang kamu katakana dulu padaku? " Tanya Virsen dengan raut wajah yang sedih.      

"Omong kosong apa yang kaju katakan?" Kata Rena dengan gemetaran.      

"Ap kamu tidak mau mengakuinya? Kalau begitu kamu sangat egois. " Kata Virsen lagi dengan tatapan sinis.      

"Silahkan maki aku sepuasmu, setelah itu pergi jauh dariku. Aku mohon Virsen, biarkan aku hidup tenang! Semua yang pernah terjadi diantara kita hanyalah masa lalu, jadi lepaskan dirimu dan hiduplah dengan baik. " Kata Rena dengan ekspresi memohon.     

"Mudah sekali kamu bilang begitu?" kata Virsen sambil mengepalkan tinjunya.      

Melihat ekspresi Virsen. Rena pun langsung berlutut sambil mendongak menatap Virsen disertai air mata yang mengalir deras di pipinya sambil berkata, " Virsen, tolong pergi! "     

"Tidak bisakah kamu memberikan aku kesempatan? Aku tau kalau aku bukanlah lelaki yang baik. Tapi, aku ingin kita mulai dari awal. Aku sudah tidak membencimu lagi. "     

Mendengar perkataan Virsen, air mata Rena mengalir deras tanpa suara.      

"Pergilah!"     

Setelah mengatakan itu, Rena berdiri lalu berlari masuk dan mengunci pintunya. Dibalik pintu itu, Rena merosot ke lantai dengan hati yang sesak, air matanya terus mengalir, dia benar-benar merasa tersiksa dengan rasa takutnya. Virsen selalu menghantuinya disaat ia menemukan kehidupan yang tenang.      

Karena tidak mau menggangu Rena lagi, Virsen pun segera pergi meninggalkan rumah Rena dengan niat akan kembali lagi.      

Rumah Julian.     

Nathan mengerutkan keningnya saat melihat Julian sudah kembali dalam waktu yang sangat singkat.     

"Kakak kenapa pulang lagi?" Sapa Nathan dengan bingung.     

'Perasaan dia sudah pergi dari tadi, kenapa dia begitu cepat kembalinya?' Batin Nathan seraya menatap heran kearah Julian.      

Julian berhenti lalu menatap heran kearah Nathan yang sedang makan kue bersama Zio itu.     

"Kenapa kamu masih ada disini! "Tanya Julian sembari berjalan menghampiri mereka berdua.      

"Aku tidak tega meninggalkan Bintang Kecil sendirian, makanya aku masih ada disini. " Jawab Nathan dengan cemberut.      

"Kenapa kakak pulang lagi? " Tanya Nathan balik setelah melihat Julian duduk diseberang nya      

"Aku ngantuk. " Jawab Julian dengan datar.      

Sebenarnya, Julian ingin kembali menemui Qiara di Villa Max. Tapi, ditengah jalan ia tersadar kalau dia tidak boleh gegabah karena saingan romantisnya adalah Max.      

"Baiklah, aku akan pergi sekarang. Kakak di rumah saja istirahat, sambil menemani bintang kecil. Bay " Kata Nathan seraya bergegas kabur dari Julian sebelum ia mendapat perintah yang lebih mengerikan lagi.      

Kantor GM Entertainment.     

Nathan memilih mengambil kontrak di GM Entertainment karena ada Yumi di agensi itu.     

Tidak lama kemudian, Nathan sampai di gedung GM Entertainment.     

Nathan keluar dari mobilnya dengan kaki panjang dibalut setelan jas mahal berwarna merah, rambut hitamnya tampak disisir rapi. Bola matanya yang kecoklatan dipadukan dengan wajah yang menarik terlihat bersinar dan berwibawa.      

Di depan pintu masuk, sang Asistennya yang bernama Bagas langsung menyambutnya lalu mendampingi nya untuk masuk ke ruangan CEO nya.     

Karena Nathan merupakan penyanyi yang cukup di kenal pada masanya, ia pun tidak susah mendapatkan kontrak di manapun.     

Ruang CEO.     

"Maaf saya telat menemui anda!" Ucap Nathan sembari memberi hormat dengan perasaan yang menyesal setelah ia duduk di sopa seberang tempat duduk CEO nya.     

Belum sempat menjawab pertanyaan Nathan, tiba-tiba saja ada asistennya CEO masuk ke ruangan itu.     

"Maaf, saya akan bicara sebentar dengannya dulu, tunggu ya!"     

Nathan mengangguk dan duduk dengan tenang di sopa itu. Tapi, ia memasang telinganya agar ia bisa mendengar apa yang sedang di bicarakan CEO dengan asistennya itu.     

"Bagaiman dengan peluncuran lagu terbaru Nimas Ayumi! "tanya CEO itu dengan serius.     

Nathan semakin tertarik untuk mendengarnya saat CEO itu mengucap nama Yumi.     

Nathan tahu kalau Yumi akan mengeluarkan lagu Solonya sebagai dirinya untuk pertama kali ini. Itulah salah satu alasan Nathan bergabung dengan GM Entertainment.     

"Lagunya langsung di sambut meriah oleh masyarakat sehingga perusahaan merasa puas." Jawab asisten CEO itu.     

"Tapi, gosip tentang dia berkencan dengan seorang lelaki yang disertai dengan poto-poto romantis itu harus segera di singkirkan agar tidak berdampak kepada lagu barunya itu. Saya khawatir masyarakat akan menghujat dan tidak mau menerimanya."Jelas Asisten itu.     

"Sebenarnya apa yang terjadi pada penyanyi baru itu? "     

"Begini bos, para penggemar nona Yumi tidak terima terhadap julukan wanita penggoda terhadapnya. Jadi, mereka menyerang semua komentar buruk itu. Selai itu, perusahaan juga langsung melakukan tindakan dengan menghapus kometntar itu. Yumi sendiri tidak mengambil pusing akan komentar itu karena dia sudah terbiasa. Tapi, kita harus membuat Konfrensi pers agar semuanya tidak membawa masalah di kemudian hari." Asisten itu mencoba memberikan jalan keluar agar tidak berdampak buruk pada agensi nya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.