Istri Kecil Tuan Ju

Shooting Di Mulai.



Shooting Di Mulai.

0Setelah itu Maxwell langsung keluar dari ruang kerjanya untuk menemui Qiara di meja makan sebelum ia mulai berkebun.     
0

Asistennya benar-benar merasa heran melihat bosnya yang masih terlihat santai dalam segala situasi.      

Walupun sudah bertahun-tahun jadi asisten Max, tapi dia tetap tidak bisa mengerti sepenuhnya bagaimana sikap bosnya yang sebenarnya.      

Tidak lama kemudian, Max sampai di ruang makan dan menemukan Qiara sudah selesai makan.      

"Apa kamu sudah selesai makan? " Tanya Maxwell dengan ramah.      

Tepat saat itu ponsel Qiara berbunyi, seketika itu Qiara langsung melihat ID pemanggil, sayangnya itu nomer baru.      

"Bos, saya harus menjawab panggilan dulu! " Kata Qiara dengan sopan.      

"Silahkan! " Sahut Maxwell seraya meminum airnya.      

Setelah itu, Qiara berdiri lalu berjalan mendekati jendela untuk menemukan tempat yang nyaman untuk bicara.      

"Halo ... Ini siapa?" Tanya Qiara ketika ia sudah menggeser icon warna hijau di ponselnya.      

"Liana, bagaimana kabaramu? " Tanya orang dari seberang telpon.      

Mendengar suara akrab itu, Qiara tersentak kaget karena itu adalah suara Qiano.     

Tapi, Qiara bingung darimana Qiano mendapat nomernya.     

"Qiano ... Bagaimana kamu mendapatkan nomerku? "Qiara tidak sadar mengucap nama Qiano disaat Qiano sendiri memanggilnya dengan sebutan Liana.      

"Itu tidak penting. Karena yang terpenting sekarang adalah aku menemukanmu setelah mencarimu selama ini. Bagaimana kabarmu?" Jawab Qiano sambil bertanya balik setelah yakin kalau itu adalah Qiara.      

Qiara terdiam sejenak karena dia merasa bersalah pada Qiano.     

"Aku baik. Bagaimana denganmu? " Jawab Qiara setelah terdiam beberapa saat.      

"Aku juga baik. Oh iya, aku ingin menepati janjiku padamu. Aku pernah bilang kalau aku akan menjadikanmu istriku disaat waktu yang tepat, sekaranglah waktunya. Apa kamu mau menikah denganku? "      

Qiano bukan lelaki yang suka berbasa basi, dia orang yang tegas dan langsung pada intinya, selain itu dia orang yang bertanggung jawab.      

"Argg... " Qiara kaget saat ponsel itu diambil oleh Maxwell secara diam-diam.      

"Bos? Kenapa anda mengambil ponselku? " Tanya Qiara dengan bingung.      

"Sudah saatnya shooting, jadi kamu harus menutup panggilan sebelum Kevin murka padamu!" Jawab Max setelah mematikan panggilan itu dengan paksa.      

"Baik bos! " Jawab Qiara dengan cemberut.     

Setelah itu Max langsung mengembalikan ponsel Qiara sambil tersenyum dan pergi dari hadapan Qiara karena dia harus memeriksa kebunnya.      

Dengan cepat Qiara berlari menuju lokasi shooting, dia benar-benar deg-degan karena dia sudah sangat terlambat.      

Lokasi Shooting.     

"Kak Aurel, tolong maafkan aku karena sudah terlambat! " Ucap Qiara setelah sampai di depan Aurel dengan nafas yang tidak beraturan.     

"Terlambat? Tidak juga, kata bos, dia punya tugas lain untukmu makanya kamu tidak bergabung. Lagi pula, shooting di tunda hingga satu jam, yang lain baru selesai sarapan. " Jawab Aurel dengan santai.      

Qiara terdiam sambil melihat teman-temannya dan para kru sedang menyantap makanan mereka dengan lahap.      

'Apa yang terjadi? Kenapa semudah ini jadwal di rubah. Apakah ini karena aku?' Batin Qiara dengan heran melihat situasinya saat ini.      

"Kalau kamu sudah sarapan, lebih baik kamu segera bersiap!" Ujar Aurel dengan ramah.      

Setelah mengatakan itu Aurel meninggalkan Qiara.      

Tepat saat itu Qiara melihat Kevin ada disebuah tempat sedang ngobrol bersama beberapa artis termasuk Helena yang merupakan tokoh pertama perempuan di drama ini. Entah apa yang mereka bicarakan, Qiara tidak mau tahu. Ini adalah lingkungan baru yang dia sendri tidak pernah berada dalam lingkaran ini walaupun Helena adalah musuhnya.     

Tidak lama kemudian, shooting di mulai. Ini adalah kali pertama bagi Qiara sehingga ia sedikit gugup saat membaca naskahnya.      

Beberapa saat kemudian.     

"Ini giliran mu! " Kata Aurel setelah ia kembali dari urusannya.     

"Iya."      

Qiara menarik nafas berulang kali untuk menghilangkan ke gugupannya.     

"Kamu harus percaya diri! Semangat! " Kata Aurel lagi yang mencoba menyemangati Qiara.      

Qiara pun langsung mengangguk dan tersenyum senang karena mendapat semangat dari sang Managernya.      

Setelah itu Qiara segera menuju tempat Shooting. Seketika itu Helena mengepalkan tinjunya karena ia tidak menyangka kalau peran perempuan kedua didapatkan oleh Qiara. Tidak hanya itu, ia juga membenci saat dirinya bermain di film yang sama dengan Qiara.      

Sementara itu tatapan Kevin begitu tajam saat melihat Qiara sudah bersiap untuk shooting.     

Entah kenapa Kevin seakan melihat berlian berharga sedang terpampang nyata di hadapannya. Seketika itu, Kevin mengerti apa yang membuat Maxwell tertarik pada gadis di depannya itu. Aura bintang, itu yang Qiara miliki.     

'Gadis ini akan menjadi bintang besar di kemudian hari, ia hanya perlu di poles untuk bisa menunjukkan betapa berkilau ya dia. Apakah karena ini manusia seperti Maxwell tertarik? Sehingga ia melakukan hal gila untuk gadis ini. 'Batin Kevin.     

Kevin tahu betul bagaimana Maxwell yang jarang sekali terlihat bicara dengan wanita. Ia tidak menyukai keramaian, karena kesendirian adalah bagian yang dia sukai. Akan tetapi, saat ini ia melihat sahabat baiknya itu memiliki ketertarikan kepada seorang wanita, itu artinya gadis di depannya itu benar-benar berlian karena dia bisa menarik perhatian sang bos yang misterius itu.     

"Apakah kamu sudah siap Liana?" Tanya Kevin.      

Qiara langsung mengangguk sambil memegang pisau untuk mengupas buah. Hari ini adegannya adalah menyamar menjadi pelayan Istana untuk balas dendam atas kematian orang tuanya karena kekejaman sang raja.     

"Kamera Aktion ... !"      

Setelah tanda mulai di berikan, Qiara pun memulai aktingnya.      

Semua orang terdiam saat melihat akting Qiara yang terlihat alami dan apa adanya.     

Adegan di mulai dalam tiga babak. Qiara menuangkan semua kemampuannya untuk adegan di babak pertama.      

'Aku pasti bisa, ini hanyalah awal karena aku terlalu gugup, tapi setidaknya aku harus bisa mencoba dalam sekali coba.'     

Babak kedua adalah menyelinap masuk ke kamar raja, akan tetapi ia ketahuan. Seketika itu Qiara menutup wajahnya dan melawan para pengawal itu.     

Semua orang termasuk Kevin terkejut, mereka pikir Qiara akan membutuhkan pengganti akan tetapi Qiara terbawa emosi dan melawan para pengawal itu menggunakan kemampuan bela dirinya.     

'Wow ... Dia bisa bela diri, gerakannya sangat lincah. Ini terlalu sempurna untuk artis pendatang baru.'Batin Aurel sambil tersenyum.      

"Kamu memang tidak pernah salah saat melihat yang mana calon bintang. "Bisik Aurel pada Kevin.     

"Harusnya kamu bersyukur karena aku selalu menyerahkan mereka padamu. " Sahut Kevin tanpa memalingkan pandangannya dari Qiara.     

"Baiklah, aku berterimakasih untuk itu." Setelah itu Aurel kembali duduk di tempatnya.      

Sementara itu Helena mengepalkan tinjunya karena rasa khawatir timbul dalam hatinya. Ia tidak mau Qiara sampai menggantikan posisinya. Ia sudah bertahun-tahun di industri hiburan ini dan menyandang gelar artis kelas A. Tidak lucu rasanya jika gelar itu diambil oleh pendatang baru seperti Qiara.     

"Oke, bagus! Kalian bisa istirahat!" Ucap Kevin setelah adegan di lakoni.     

Semua orang bertepuk tangan karena mereka tidak kelelahan harus mengulang adegan yang sama jika artisnya tidak sesuai dengan yang mereka harapkan.     

"Terimakasih!" Ucap Qiara sambil menunjukkan hormatnya. Ia sangat senang karena aktingnya di terima oleh semua orang.     

Akan tetapi, keberhasilan Qiara membuat para artis yang lain menjadi geram. Karena baru sekali percobaan Qiara sudah mendapat pujian seperti dari berbagai orang.     

"Anak baru itu mulai bertingkah. Sepertinya dia punya hubungan sama Pak Kevin. "Kata Rosa yang merupakan artis yang mendapatkan peran sebagai ibu tuan putri.     

"Aku yakin itu. Dia tidak mungkin lolos begitu saja. Karena aku dengar dia terlambat saat interview. Kalian tahu sendiri kalau pak Kevin adalah orang yang sangat membenci orang yang telat."      

"Sepertinya kita harus menyapa dia dengan benar agar dia bisa menghormati seniornya. "      

"Dia memang gadis yang licik." Ucap Helena menimpali perkataan rekan-rekannya.     

Seketika mereka semua terkejut lalu membenci Qiara tanpa mengenalnya lebih dulu.     

"Kalau begitu kita harus memberikannya pelajaran agar dia tahu diri." Kata Rosa yang merupakan artis senior dan sangat dekat Helena itu.     

"Kak Helena ikut kan?"      

Helena tersenyum karena ia tidak suka melalukan hal yang memalukan bersama orang lain selagi dia bisa melakukannya sendiri.     

"Kalian tahu aku, mana mungkin aku melakukan hal jahat kepada orang lain. Aku tidak mampu untuk itu." Jawab Helena dengan suara yang lembut.     

Mereka semua langsung mengangguk karena Helena terkenal sebagai artis papan atas yang bersih dari skandal dan tidak pernah berbuat jahat.     

Rosa dan teman-temannya pun memutuskan untuk melakukannya tanpa Helena.     

Sementara itu Aurel kembali duduk bersama Kevin di tempat istirahat nya setelah memastikan Qiara beristirahat dengan baik.     

"Setelah bicara dengan Qiara, aku semakin yakin kalau kamu benar-bebar tidak salah pilih." Kata Aurel setelah duduk di seberang Kevin.     

"Tentu saja. Mataku masih bagus dalam mengenali bakat orang. Karena adis ini sangat spesial, oleh karena itu aku memilihmu menjadi managernya. Dia itu seperti berlian yang perlu diasah oleh pakarnya agar bisa bersinar terang dimana pun ia berada. " Ujar Kevin sambil menyunggingkan senyum di bibirnya.      

"Spesial? Apa mungkin kamu menyukai gadis itu!"Tanya Aurel dengan tatapan menyelidik.      

"Bukan aku. Tapi, si gila yang sangat menyebalkan itu tampaknya menyukai gadis ini. " Jawab Kevin dengan sedikit kesal karena Maxwell selalu berhasil membuat darahnya naik.      

Aurel terdiam, dia lupa siapa orang yang suka membuat Kevin merasa kesal. Tidak lama kemudian, muncul wajah tampan yang selalu tersenyum itu.      

"Bos Maxwell? "Ucap Aurel sambil menahan senyumnya.      

Wajah Kevin langsung berubah gelap, karena Max tidak ada hentinya membuat dia seakan terbakar amarah. Namun, seperti apapun kesalnya dia sama Maxwell, dia tetap menyayangi sahabatnya itu.      

"Sepertinya ada yang menyebut nama saya."     

"Oh.. Astaga..." Aurel langsung terkejut bersamaan dengan Kevin ketika melihat Maxwell tiba-tiba muncul diantara mereka sambil membawa pemotong rumput.      

"Kenapa wajah kalian tegang begitu? " Tanya Maxwell dengan heran ketika melihat Aurel dan Kevin memandangnya dengan ekspresi yang buruk.     

"Bos, sejak kapan anda ada disini? Bukankah anda paling tidak suka berada di lokasi shooting?" Tanya Aurel setelah menarik nafas dalam untuk melepaskan diri dari rasa kagetnya.      

"Ini Villa milikku. Jadi, wajar bagiku jika aku ada disini. " Jawab Max dengan eskpresi datar.      

"Maxwell Adamson... Bisakah kamu hidup lebih serius? Kamu hampir saja membuat jantungku copot berhenti berdetak. " Ucap Kevin dengan suara yang sedikit meninggi agar orang lain tidak mendengarnya.     

"Astaga ... Tidakkah kamu bosan marah-marah terus padaku? Tolong sayangi wajahmu yang sudah mulai keriput itu. Atau, aku perlu mencarikan wanita yang bisa membuat tempramen mu itu tidak meledak-ledak lagi?" Ucap Maxwell sambil tersenyum kearah Kevin.      

Aurel langsung tersenyum mendengar apa yang dikatakan Max. Sebagai Manager terlama di YM Entertainment, ia cukup mengenal baik Kevin dan Max. Selain itu, dia merupakan Manager artis paling berpengaruh di YM Entertainment.      

"Percuma ngomong sama tembok seperti kamu. Lebih baik aku pergi. "     

"Tunggu! "      

Kevin menoleh saat langkahnya di cegat oleh Maxwell.      

"Kenapa lagi? Ada apa kamu menghentikan aku?" Tanya Kevin dengan ketus.      

"Minggu depan kamu harus menghadiri acara pembukaan Piala Noble yang diadakan oleh RCM karena YM Entertainment mendapatkan undangan itu. Sepertinya, beberapa artis dan aktor YM ada yang akan masuk nominasi. " Kata Max.      

Kevin dan Aurel langsung kaget karena YM sudah tiga kali tidak masuk nominasi semenjak kematian salah satu artis terbaik mereka. Namun, kali ini mereka mendapat undangan itu.     

"Bagaimana kamu tahu? " Tanya Kevin karena setahunya Max jarang mengurusi perusahaan hiburannya.      

"Dari kepala RCM. Dia mengucapkan selamat padaku secara tiba-tiba tanpa memberitahu apakah artis YM ada yang masuk, aku pun tidak tertarik untuk bertanya. Walaupun begitu, kalian harus bersiap untuk nominasi kedua yang akan di selenggarakan tahun denpan oleh Noble. Ikutkan para pendatang baru untuk mendongkrak popularitas mereka. Artis lama sepertinya agak membosankan untuk diandalkan." Jelas Maxwell.      

Kevin tidak bisa menahan senyum diwajahnya karena ini adalah kesempatan emas bagi dia untung mempublikasikan karya terbarunya yang berjudul Raja Langit. Selain itu, drama ini juga dimainkan oleh beberapa pendatang baru termasuk Qiara.     

"Kamu memang bos yang terbaik, walaupun aku tidak tahu apa tujuanmu tiba-tiba sangat perduli sama perusahaan mu sendiri. Hahaha.." Kata Kevin sambil merangkul Max dengan tertawa kecil.      

"Singkirkan tanganmu dari pundak ku! Karena sekarang aku mulai perduli kata Orang yang mengatakan kalau kita sepasang kekasih dan itu sangat menjijikkan." Kata Maxwell sambil menyingkirkan tangan Kevin dari pundaknya.      

"Siapa juga yang suka sama manusia aneh sepertimu. " Sahut Kevin sambil menyeringai aneh kepadanya.      

"Hahaha ..." Aurel tidak bisa lagi menahan tawanya saat melihat dua bos YM Entertainment itu mulai berselisih.      

"Jangan tertawa dulu. Sekarang, kalian seharusnya mulai bersiap untuk mendaftarkan diri di RCM agar mendapatkan piala Noble paling bergengsi tahun depan. Jangan sampai kalian kalah lagi dari GM Entertainment. " Kata Maxwell sambil menyilangkan kedua tangannya.      

"Siap ... Kami akan lakukan yang terbaik." Ujar Aurel dengan percaya diri.     

"Oh iya, aku dengar kalian belum menemukan tokoh pertama lelaki yang akan menjadi pangeran dan Raja masa depan. Apakah itu benar?" Tanya Maxwell.     

"Memangnya kenapa?" Kevin mulai mencium ada bau-bau yang tidak enak dari pertanyaan yang di ajukan oleh Maxwell.     

"Aku pikir, karakter seorang pangeran dan Raja sangat cocok buatku . Jadi ... "      

"Maaf aku menolaknya ... " Kevin langsung memotong perkataan Maxwell karena ia tahu apa yang akan Maxwell katakan.      

Bagaimana mungkin ia mempercayakan tokoh penting itu kepada Maxwell. Yang ada, drama itu akan hancur.     

"Kami akan segera mendapatkannya, iya kan bos!" Kata Aurel pada Kevin untuk mencairkan suasana.     

Mendengar apa yang dikatakan Aurel, Maxwell dan Kevin mengangguk.     

Setelah itu, Maxwell pergi dari hadapan mereka karena dia harus melanjutkan pekerjaannya di kebun buah yang sedang dia urusi seperti anak sendiri.     

Maxwell tidak menunjukkan ekspresi marah saat Kevin menolaknya karena ia memang tidak ada niat untuk menjadi aktor. Ia hanya ingin menggoda Kevin.     

Setelah itu, Max pergi dari hadapan mereka karena dia harus melanjutkan pekerjaannya di kebun buah yang sedang dia urusi seperti anak sendiri.     

Sedangkan Aurel dan Kevin kembali pada pekerjaan mereka masing-masing karena mereka harus menyelesaikan satu babak lagi.     

Rumah Julian.     

"Papa! "      

Bintang Kecil itu berlari kencang saat mendengar suara Papa nya yang baru saja muncul dari balik pintu.      

Julian yang baru pulang kerja malam ini langsung tersenyum manis lalu berjongkok untuk menangkap tubuh kecil itu.      

"Ya ampun, anak Papa ternyata masih bangun. Apa kamu sudah makan malam?" Tanya Julian sambil melepas pelukan Bintang Kecil.      

"Sudah." Jawab Bintang Kecil dengan senyum menghias wajahnya.      

"Tuan kecil makan dengan sangat lahap. Sepertinya suasana hati Bintang Kecil lagi baik Tuan. " Kata Bibi Liu dengan sopan karena seharian ia menjaga dan menemani Bintang kecil setelah Julian dan Nathan pergi meninggalkannya.     

Mendengar penjelasan Bibi Liu, Julian terdiam lalu berfikir apakah suasana hati anaknya yang begitu baik karena sudah bertemu Qiara?      

"Wow... Anak Papa sangat pintar. Oh iya, Papa sudah mendaftarkan mu untuk sekolah. Jadi, mulai besok kamu bisa sekolah. Apakah kamu senang? " Kata Julian sambil menggendong Bintang Kecil menuju ruang tamu.      

"Apakah aku harus sekolah Papa? Bukankah aku sudah ditawarkan untuk masuk Universitas? " Tanya Bintang Kecil dengan polosnya.      

Karena kecerdasannya, Bintang Kecil itu diminta untuk langsung kuliah. Tapi, Julian tidak mengizinkannya karena ia menganggap itu tidak normal.     

Baginya, Zio harus menikmati masa kecilnya dilingkungan yang sesuai dengan usianya.      

"Tentu saja harus. Di sekolah, kamu bisa bertemu banyak teman baru dan permainan baru. Papa ingin kamu tumbuh sesuai dengan umurmu. " Jawab Julia sambil mencium pipi anaknya.      

"Benarkah? Tapi, kalau mereka nakal, aku tidak akan mau sekolah. "      

Julian tersenyum mendengar ucapan Zio dengan mulut cadel nya itu.      

"Jika mereka nakal maka Papa akan menghukum mereka. Jadi, kamu jangan khawatir karena mereka tidak akan ada yang berani mengganggumu. "     

"Baiklah kalau begitu. Aku akan sekolah ditempat yang Papa pilihkan. Oh iya, Zio mau ketemu tante yang semalam. Karena Zio belum mengucapkan terimakasih karena sudah menolong Zio. " Ucap Zio.     

Julian terdiam mendengar permintaan putranya itu. Dia tidak menyangka kalau Zio masih mengingat kejadian semalam bersama Qiara.      

Ikatan seorang ibu dan anak memang tidak bisa dipisahkan bagaimana pun caranya.      

"Apakah kamu suka sama tante itu? " Tanya Julian dengan sedikit ragu.      

"Tentu saja. Tante itu cantik dan baik. Selain itu, dia bisa bertarung sama lelaki jahat yang mau menculik Zio, aku akan belajar seperti dia. " Jawab Zio dengan senyum yang sangat mirip dengan Qiara.      

"Baiklah, besok kalau tante itu sudah selesai bekerja, kita akan menemuinya." Jawab Julian sambil mencubit pipi lembut Zio.      

"Tidak mau. Zio mau malam ini ketemu dengannya. Zio itu sudah menunggu dari tadi siang. " Zio mulai merengek dengan raut wajah sendu.      

Persis Qiara, apapun keinginannya harus terpenuhi dengan cepat. Seketika itu, Julian merasa pusing karena dia tahu kalau perjalanan menuju Villa Maxwell sangat jauh. Selain itu, Qiara pasti marah jika dia datang membawa Zio.     

"Bagaimana kalau kita tanyakan saja dulu sama Tante, apakah dia mau ketemu apa tidak. Bagaimana? " Kata Julian dengan lembut karena dia tidak ingin membuat Zio ngambek dan memusuhinya.      

"Oke." Jawab Zio sambil memperlihatkan jempolnya kepada Julian.      

Bibi Liu yang mendengar obrolan anak dan Ayah itu merasa penasaran dengan tante yang mereka maksud karena dia tidak tahu siapa wanita yang yang sedang dibicarakan oleh Julian dan Zio.      

"Kalau begitu kita akan telpon Om Andi sebentar!"Kata Julian.      

Zio langsung mengangguk lalu memeluk Julian dengan manja.      

Julian langsung membuat panggilan kepada Andi untuk memintanya mencaritahu nomer Qiara.      

"Halo bos? " Sapa Andi lebih dulu dari seberang telpon.      

"Tolong carikan aku nomer Liana! "Seru Julian yang menyebut nama panggilan baru Qiara.      

"Liana? "Tanya Andi dengan bingung karena dia lupa nama siapa itu. Padahal dialah yang sudah mencaritahu tentang Qiara dan nama barunya.      

"Wanita yang aku minta kami selidiki kemarin." Kata Julian menyamarkan identitas Qiara.     

"Ohh... Nyonya Qiara maksudnya. Baiklah, saya akan cari sekarang. Setelah menemukannya saya akan langsung mengirimnya kepada bos. " Kata Andi setelah ia mengingat siapa Liana itu.      

Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Andi. Julian langsung menutup telponnya lalu menatap Zio yang sedang mendongak memperhatikannya.      

Zio adalah satu-satunya harta paling berharga yang dia miliki sehingga ia harus membuat anak kecil itu bahagia apapun akan dia lakukan.      

"Bagaimana Pa? " Tanya Zio dengan mulut kecilnya yang imut.      

"Kita tunggu paman Andi mengirim nomernya. " Jawab Julian sambil menyandarkan tubuhnya di sofa karena sangat lelah seharian bekerja tanpa tidur sedikitpun.      

Setelah mengantar Qiara, Julian kembali pulang di waktu pagi. Ia pun mencoba tidur sebentar namun tidak bisa sehingga ia memilih untuk berangkat ke kantor agar pikirannya tentang Qiara langsung menghilang.      

Tidak lama kemudian, Andi mengirimkan nya nomer Qiara yang dia dapatkan entah darimana karena Andi selalu punya cara untuk menemukan apa yang dia cari.      

Walau ragu, Julian tetap menghubungi nomer yang dikirim Andi untuknya. Mata Bintang kecil itu tampak berkaca-kaca saat melihat Papa nya mulai menelpon.      

~Villa Maxwell~     

Sementara itu, Qiara baru saja menyelesaikan shooting untuk babak ketiga.     

"Liana! "      

Mendengar panggilan itu, Qiara langsung menoleh dan menemukan wajah datar Kevin.      

"Malam Pak Kevin. " Sapa Qiara dengan sopan sambil tersenyum.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.