Istri Kecil Tuan Ju

Tenang Tapi Menghanyutkan.



Tenang Tapi Menghanyutkan.

0Tentu saja Kevin langsung bergidik ngeri, bukan karena takut melainkan tidak mau Maxwell datang ke rumah nya dan mengajaknya bermain game sampai pagi.     
0

"Baiklah, aku akan beritahu. Begini, setahuku Liana itu adalah gadis yang berumur 24 tahun, dia hanya hidup berdua dengan ibunya. Selain itu dia belum menikah. Sudah, itu saja!" Jelas Kevin sesuai dengan apa yang dia dapatkan dari hasil wawancara Qiara.     

"Kamu boleh tidur!" Setelah itu Maxwell menutup panggilannya.      

Beberapa saat kemudian.     

Maxwell menerima laporan dari pengawalnya. Seketika itu ia menerima laporan tentang Qiara dan ternyata hasilnya sama dengan apa yang Kevin katakan.     

Tepat saat itu ia menerima telpon dari salah satu pengawalnya yang dia tugaskan untuk mengawasi Virsen.     

Setelah menerima laporan itu, Maxwell pun bergegas meninggalkan kantor menuju lokasi yang sudah di sebutkan.     

Tidak butuh waktu lama, Maxwell sampai di depan Bar Kelas atas di kota A itu.     

Ia disambut oleh beberapa pengawalnya dan langsung memasuki salah satu ruangan VIP yang disediakan bar itu.     

Suasana bar yang berisik dengan irama musik yang menusuk telinga itu tidak membuat Maxwell terganggu karena suara itu masih bisa terdengar walau ruangan itu tertutup oleh pintu yang tebal.     

Maxwell duduk sambil menyilangkan kakinya, ia lalu memegang gelas Wine dengan jari jemarinya yang berotot. Setelah itu gelas itu diputar-putar olehnya sehingga cairan berwarna merah di dalam gelas itu mengikuti gerakan irama tangannya dengan halus.     

"Orangnya sudah ketemu bos!" Lapor salah satu pengawalnya.      

"Bawa dia masuk kesini!" Ujar Maxwell dengan tatapan setajam elang dan sangat mengerikan.     

Pengawal itupun langsung menyeret Virsen dan me dorongnya ke hadapan Maxwell sehingga ia terjatuh ke lantai yang ada di hadapan meja Maxwell. Setelah itu di susul oleh seorang perempuan cantik dan seksi.     

"Gadis ini yang membantunya kabur!" Kata pengawalnya sambil menunjuk kearah gadis itu      

Maxwell pun menunduk lalu mencengkram dagu gadis itu. Sedangkan Virsen tidak berkutik sedikit pun karena ia terlalu takut pada Maxwell.     

"Kenapa kamu membantunya? Dan, bagaimana kamu bisa membawanya keluar dari temapatku yang sudah di jaga ketat oleh pengawalku! Kalau kamu berbohong, aku akan memotong lidahmu!" Perintah Maxwell.     

Walaupun Maxwell bertanya nada yang tenang, namun semua orang dalam ruangan itu tahu benar kalau Maxwell benar-benar bisa melakukan hal tersebut, ini semua hanya masalah dia mau atau tidak bukan karena masalah berani atau tidak. Sehingga mereka langsung memandang kasihan pada gadis itu.     

Wanita itu segera berlutut dan bersujud di hadapan Maxwell sambil berkata,"aku menyamar untuk bisa masuk ke tempat itu. Aku ingin menyelamatkan orang yang aku cintai. Walaupun Virsen tudak mencintaiku, tapi aku ingin membuktikan rasa cinta itu dengan membantunya lolos. Virsen pun menyetujuinya dan berjanji akan menikah denganku jika dia berhasil lolos. Tolong maafkan aku karena aku sudah berkata jujur!"     

"Jadi, kamu percaya dengan janji orang gila?" Tanya Maxwell setelah melepas cengkeramannya.     

"Cinta memang gila ... Itulah alasanku melalikannya." Jawab perempuan itu.     

Maxwell langsung terdiam, seketika itu ia teringat akan Qiara yang sudah berhasil mencuri hatinya.     

Untuk alasan cinta dia memandang Virsen dengan iba karena ia tahu bagaimana awal mula Virsen menjadi seperti ini.     

"Apakah kamu mau bebas?" Tanya Maxwell pada Virsen.     

"Aku ingin bebas kakak!" Jawab Virsen dengan antusias karena dia muak terus di kurung oleh Maxwell.     

"Asal kamu berjanji tidak menggangu perempuan kemarin dan Julian, maka aku akan melepaskanmu."      

Virsen langsung mendongak menatap Maxeell dengan ekspresi sendu.     

"Aku harus balas dendam karena Julian adalah orang yang menghancurkan aku!"Kata Virsen sambil menggertak kan giginya.     

"Silahkan kamu usik Julian, tapi tidak dengan wanitaku. Bawa mereka pergi dari gadapanku!" Kata Maxwell sambil memalingkan wajahnya dari Virsen.     

"Tapi, kakak harus tahu sesuatu tentang .... " Belum sempat Virsen menyelesaikan perkataanya, ia malah diseret keluar oleh pengawak Maxwell dengan paksa bersama wanita yang katanya mencintainya itu.     

Setelah menghabiskan Wine nya, Maxwell langsung pergi karena dia merasa lelah dan butuh istirahat. Dia tidak sabar untuk bertemu Qiara keesokan harinya.     

Sementara itu di pulau Qianju.     

Julian keluar dari kamarnya karena tidak bisa tidur.      

Tengah malam itu ia berjalan-jalan menghirup udara pantai yang tidak jauh dari hotel tempatnya menginap.     

Dari kejauhan ia melihat sosok perempuan menggunakan pakaian serba putih dengan rambut yang tergerai. Seketika itu Julian mengerutkan dahinya karena ia pikir itu bukan manusia.     

Akan tetapi ia tidak percaya akal hal seperti itu, Julian pun berjalan dengan perlahan menuju pinggir pantai tempat perempuan itu berdiri.     

' Aku yakin dia adalah manusia?'Batin Julian.     

"Selamat malam!"      

Mendengar suara sapaan itu, sang gadis langsung menoleh kearah sumber suara. Seketika itu jantungnya berdegup kencang melihat dada Julian yang sedikit terbuka karena ia menggunakan kemeja putih yang kancing bagian atasnya terbuka sehingga memperlihatkan dada telanjangnya.      

Sebelum keluar dari kamar, Julian lupa membawa mantelnya.     

"Julia ... Kamu ngapain disini?" Tanya gadis itu.      

Seketika itu Julian semakin menatap tajam kearah perempuan itu.     

Sadar dengan cara bicaranya, gadis itu pun langsung menutup mulutnya dengan salah tingkah.     

"Khem ... Maksud saya, kenapa tuan Julian ada disini?"      

Gadis itu adalah Qiara, ia tidak bisa tidur sehingga ia jalan-jalan dan berhenti saat ia melihat pantai. Seketika itu hatinya rindu pada Julian karena pantai lebih banyak mengingatkannya pada Julian.     

'Qiara ... Apakah itu kamu? Jadi, selama ini kamu menyamar jadi pengasuhnya Zio?'Batin Julian sambil menunduk menyembunyikan senyumnya.     

Walaupun ia sudah tahu, tapi Julian belum mau mengungkapkannya karena dia ingin lihat bagaimana gugupnya Qiara.     

"Oh ... Aku kesini karena sangat menyukai suasana pantai di malam hari. Pantai selalu membawa rindu dan kenangan akan mantan istriku."Jawab Julian sambil melempar pandangannya jauh ketengah laut.     

Untuk beberapa alasan, Qiara tersenyum karena Julian sedang merindukannya. Tanpa sadar, Julian melirik Qiara dan tahu kalau wanita yang dia cintai itu sedang tersenyum.     

"Lalu, bagaimana dengan kamu? Kenapa kamu meninggalkan Zio sendirian di kamar? Apakah kamu mau aku pecat? "Tanya Julian sambil menatap sinis kearah Qiara.     

Seketika itu Qiara langsung panik dan menelungkup kan tangannya ke dada sembari memohon," Tuan Ju tolong maafkan saya! Saya janji tidak akan meninggalkan Zio lagi. Oleh karena itu jangan pecat saya!"     

Julian tersenyum lebar melihat kelakuan Qiara, bagaimana mungkin ia bisa tertipu cukup lama padahal ia sangat mengenal betul mantan istrinya itu.     

"Aku akan memecat mu sekarang juga menjadi pengasuh Zio ... " Ucap Julian lagi.     

"Tolong tuan ... Jangan pecat saya!" Qiara terus saja memohon sampai ia ingin menangis karena jika di pecat ia tidak akan bisa berdekatan dan ngobrol dengan anaknya.     

Julian sudah tidak bisa menahan diri karena perempuan yang di depannya itu terlalu menggemaskan sehingga ia ingin memeluknya.      

Oleh karena itu Julian menarik lengan Qiara dan membawanya ke pelukannya. Seketika itu Qiara kaget sampai mengedip-ngedipkan matanya.      

'Apa yang Julian lakukan? Apakah dia terlalu frustasi sehingga pengasuh anaknya juga di peluk?'Batin Qiara.     

"Tuan ... Apa yang anda lalukan?" Tanya Qiara sembari berusaha melepaskan diri dari pelukan Julian. Akan tetapi Julian terlalu kuat.     

"Aku ingin memelukmu karena dingin disini." Jawab Julian sambil mengeratkan pelukannya.      

Mendengar perkataan Julian, Qiara pun mengepalkan tinjunya. Bagaimana pun juga dia adalah orang yang sedang menyamar, bagaimana mungkin Julian memeluk sembarang wanita.     

"Bukankah tuan mau memecat saya?" Tanya Qiara sembari terus berusaha lepas dari Julian.     

"Iya, aku ingin memecat mu menjadi pengasuh anakku. Karena aku ingin menjadikanmu istriku sehingga kamu bisa bertemu setiap hari dengannya."      

Qiara terdiam sesaat, ia mencoba memahami apa maksud Julian karena ia masih belum tahu kalau Julian mengenal dirinya.     

"Saya tidak pantas menjadi ibu tuan kecil ... "Ucap Qiara dengan suara yang lemah.     

Julian pun melepas pelukannya, setelah itu ia menempelkan kedua tangannya di pipi Qiara sembari menatapnya dengan Lembut lalu berkata, " Bagaimana mungkin kamu tidak pantas jika sebenarnya kamu adalah ibu kandungnya."     

Qiara tersentak kaget dan tidak percaya kalau penyamarannya sudah terbongkar. Seketika itu ia menjauhkan dirinya dari Julian. Tidak lama kemudian, dia melarikan diri sekencang-kencangnya karena ia merasa malu.     

Julian pun tersenyum melihat tingkah lucu Qiara. Dia tahu kalau Qiara juga masih mencintainya. Kalau tidak, Qiara tidak mungkin melakukan hal sejauh ini.     

Seminggu berlalu.      

Setelah pulang dari pulau Qianju. Qiara mengirim surat pengunduran dirinya sebagai pengasuh Zio. Karena dia merasa tidak nyaman berada di sekeliling Julian.     

Walaupun begitu, Julian tidak menghentikan niatnya karena ia punya rencana lain untuk membawa Qiara berada di samping Zio selamanya.     

Pagi itu Qiara berangkat menuju YM Entertainment karena jatah liburannya sudah habis. Ia harus melakukan Syuting bersama pemain yang lain.     

Tepat saat ia melewati pintu utama, Qiara langsung di sambut oleh sekretaris YM Entertainment.     

"Liana, kamu di tunggu sama Pak Sandy di ruangannya!"      

Qiara terdiam sejenak karena ia merasa heran, tumben sekali seorang CEO memanggilnya, apakah dia punya salah?     

"Baiklah, saya akan menemuinya sekarang!" Setelah itu Qiara pun bergegas menuju ruangan CEO sebelum ia menemui Aurel.     

Ruangan CEO.     

"Selamat pagi Pak! " Sapa Qiara lebih dulu setelah ia berada di ruangan Sandy.      

Seketika itu, Sandy menoleh ke arah Qiara dengan sinis.      

"Siapa kamu sebenarnya? Kenapa kamu memalsukan nama aslimu? " Tanya Sandy sambil melempar Qiara yang berhasil ia kumpulkan.     

"Apa maksud bapak? " Tanya Qiara dengan sedikit gemetaran saat memegang dokumen yang berwarna hijau itu.     

"Jangan berpura -pura bodoh kamu! Karena keslahan mu sangat fatal, maka saya dengan menyesal harus memutuskan kontrakmu dengan YM Entertainment." Jawab Sandy tanpa menjawab pertanyaan Qiara.     

Mendengar apa yang dikatakan pak Sandy, Qiara hanya terdiam karena dia sudah bisa menduga kalau ini pasti karena Helena sudah memperingatinya terlebih dahulu.     

"Tidak perlu anda merasa bersalah. Saya bisa mengerti. Hanya saja, kenapa anda tiba-tiba melakukan ini kepada saya? Bukankah memiliki nama panggung itu sah-sah saja? Liana adalah nama panggung saya, lalu dimana letak salahnya?"     

Sebelum Sandy menjawab pertanyaan Qiara, tiba-tiba suara telepon kantor berbunyi, seketika itu Sandy langsung mengangkatnya.      

"Halo siapa ini? " Tanya Sandy dengan ketus.     

"Halo, apakah benar kalau nama kamu itu Sandy? Jika ia, aku cuma mau menyampaikan agar kamu bersihkan mejamu sekarang juga, dan tinggalkan YM Entertainment!" Kata orang yang berada di seberang telpon. Dia adalan Rafael yang merupakan asisten pribadi sekaligus sekretaris Maxwell.     

Mendengar pemberitahuan itu, Sandy menjadi geram. Ia pun langsung mengepalkan tinjunya sambil berkata, " Siapa ini? Berani sekali kamu mengatakan itu, tidakkah kamu tahu kalau aku ini adalah kerabat jauh dari Presiden Direktur YM Grup? "     

"Aku akan memaafkanmu jika gadis di depanmu itu, kamu perlakukan dengan baik. Jika tidak, lima menit dari sekarang kamu akan menerima panggilan dari kantor pusat YM Grup. " Setelah mengatakan itu, orang yang ada di seberang telpon menutup panggilannya.      

Sandy terdiam sambil menatap sinis ke arah Qiara yang masih duduk di depannya.      

"Siapa kamu sebenarnya! " Tanya Sandy sambil mengepalkan tinjunya.      

"Aku Liana, dan aku adalah artis baru YM Entertainment." Jawab Qiara sambil mendongak dengan berani.      

Sandy merasa geram, dia pun tidak kuasa menahan emosinya sehingga dia melayangkan tangannya ke wajah Qiara.      

"Apa yang kamu lakukan ... ?"Tepat saat itu Kevin masuk ke ruangan Sandy lalu berteriak saat melihat Qiara di tampar hingga jatuh dari kursinya.      

Qiara langsung menoleh ke arah Kevin sambil memegang pipinya yang sakit. Sementara Sandy tersenyum saat melihat Kevin datang.     

"Kenapa kamu bersikap seperti itu padaku? Aku ini CEO YM Entertainment, harusnya kamu hormat padamu bukannya berteriak." Kata Sandy sambil memikul mejanya.     

Kevin mengepalkan tinjunya, ia ingin sekali memukul mulut sampah seperti Sandy. Akan tetapi, ia menahannya karena ia akan menyerahkan semuanya kepada Maxwell. Orang yang di tampar Sandy adalah wanita yang di perhatikan oleh Maxwell.     

Jika dia saja sering di perlakukan tidak adil karena Qiara, bagaimana dengan Sandy yang bukan siapa-siapa Maxwell. Mengingat semua itu, Kevin tersenyum licik.     

Seketika Kevin mengirim pesan pada petugas CCTV agar mengambil rekaman yang sudah terjadi di ruang Sandy.      

"Kenapa kamu senyum seperti itu? Apa ada yang lucu?" Tanya Sandy dengan ketus.     

"Tidak ada. Aku hanya berfikir bagaimana kalau kita ganti CEO saja karena anda sudah lama menjadi menjabat." Kata Kevin sambil menyilang kan kedua tangannya ke dada.     

"Berani sekali kamu bicara seperti itu, memangnya siapa kamu? Justru, aku yang berhak memecat mu." Kata Sandy dengan geram.     

Kevin hanya tersenyum, setelah itu ia membantu Qiara berdiri dengan tegak.     

Tepat saat itu, Kevin menerima rekaman CCTV itu. Seketika itu ia langsung mengirim nya ke Maxwell.     

Tidak butuh waktu lama, ponsel Sandy pun berbunyi.      

Kevin bisa menduga kalau itu pasti dari Rafael yang merupakan Asisten pribadi Maxwell.     

Sementara Qiara segera berdiri di samping Kevin sambil memegang pipinya yang terasa bengkak.     

Sandy segera menerima panggilan itu dengan ekspresi yang gelap.     

"Halo ... Siapa ini?" Tanya Sandy setelah menempelkan telpon itu di telinganya.     

"Kami sudah mengirim surat pemecatan untuk anda, jadi silahkan bereskan meja anda dan tinggalkan YM Entertainment sekarang juga!." Kata Rafael.     

"Siapa kamu? Berani sekali kamu memerintah ku seperti itu! Orang brengsek macam apa kamu? " Teriak Sandy dengan ekspresi gelap.      

"Aku adalah Rafael .. Asisten Presiden Direktur YM Grup. Kalau kamu tidak mau membereskan barang-barangmu maka aku terpaksa melaporkan mu ke polisi atas tuduhan kekerasan atas artis sendiri. Kalau begitu saya tutup sekarang." Setelah mengatakan itu, Rafael menutup panggilannya.      

Tidak lama kemudian, rekaman CCTV waktu ia menampar Qiara dikirim oleh Rafael.     

Seketika itu Sandy bergidik ngeri karena sangat takut. Setelah itu Sandy melihat Kevin dengan raut wajah yang sangat buruk.      

"Apakah ini ulahmu? " Tanya Sandy kapada Kevin dengan ketus. Ia baru ingat kalau Kevin adalah sahabat baik dari Bos YM Grup.     

"Menurutmu?" Ujar Kevin sambil memanggang tatapan Sandy.     

Tanpa menunggu lama, Sandy langsung mengepalkan tinjunya lalu mengarahkannya ke arah Kevin.     

Akan tetapi, tangannya langsung di tangkap oleh Qiara. Seketika itu, Sandy dan Kevin terkejut.      

"Jika anda melakukan kekerasan kepada Pak Kevin, maka saya akan menjadi saksi tindakan anda ini! " Ucap Qiara dengan ketus.      

"Aku akan mengadukan hubungan gelap kalian ke Presdir. " Setelah mengatakan itu, Sandy lansung menurunkan tangannya lalu mengambil ponselnya dan pergi dari ruangan itu dengan niat mengadu ke Presedir.      

Qiara mulai panik karena dia khawatir kalau Kevin dan dirinya di pecat.     

"Pak Kevin, bagaimana kalau pak Sandy benar- benar melaporkan kita? Bukankah itu bisa menjadi gosip baru?" Tanya Qiara dengan cemas.     

Kevin menyunggingkan sedikit senyum kearah Qiara. Setelah itu ia berkata,"Kamu tahu sendiri bagaimana bos besar kita. Jadi, menurutmu apakah dia bodoh akan percaya begitu saja kepada Sandy, sedangkan yang melakukan pemecatan hari ini adalah dia sendiri?"     

Setelah mengatakan itu, Kevin keluar lebih dulu dari ruangan itu.      

Qiara terdiam mendengar apa yang Kevin katakan. Ia tidak menyangka kalau bos besar yang tidak lain adalah Maxwell melakukan pemecatan secara mendadak.      

Tidak lama kemudian, Qiara pun keluar dari ruangan itu dengan ekspresi yang masih bingung.     

"Hallo, artis baru, apakah hatimu baik-baik saja? Atau kamu sedang sedih karena di pecat secara mendadak?"Mendengar pertanyaan itu, Qiara berhenti lalu menoleh ke arah sumber suara.     

'Helena, dia lagi? ' Batin Qiara sambil menarik nafas dengan malas karena pertanyaan Helena hanya membuang waktu berharganya saja jika ia menanggapinya.     

"Kenapa kamu diam? Apakah kamu mau minta bantuan ku setelah kamu tahu kalau Sandy itu adalah calon suamiku?" Tanya Halena dengan kesal.     

Qiara hanya tersenyum mendengar pertanyaan Helena untuk yang kedua kalinya.      

'Sangat menyedihkan.' Batin Qiara sembari merasa kasihan kepada Helena yang belum tahu kalau calon suaminya itulah yang di pecat dari YM Entertainment.      

"Ternyata kamu masih bisa tersenyum. Kamu pikir, akan ada agensi yang mau menerima artis yang nama nya sudah rusak sepertimu? Aku pikir, kamu harus memulai dengan menjadi pengemis dulu untuk bertahan hidup sebelum kamu mati! " Bisik Helena yang mulai geram melihat Qiara yang masih bisa tersenyum.      

Sesaat kemudian Qiara menatap Helena dengan penuh arti, setelah itu ia menyilang kan kedua tangannya ke dada sembari bertanya, "Apakah kamu sudah selesai bicara?".      

"Kamu.... " Halena kesal namun sebelum dia menyelesaikan perkataannya Qiara malah meninggalkannya pergi begitu saja.     

"Tunggu, aku belum selesai bicara! " Helena menarik lengan Qiara dengan kuat, namun yang jatuh malah Helena dan itu terlihat seperti Qiara yang sudah menjatuhkannya.      

"Arrrggg... Sakit! " Ringis Helena dengan wajah memelas.     

Semua orang yang berada di sekitar tempat itu mulai berkumpul dan merekam kejadian itu.     

Tapi, Qiara tidak takut sedikitpun melihat Helena yang bertingkah seolah ia sudah dianiaya.     

"Apa yang terjadi? " Tanya Aurel yang baru saja tiba di tempat itu.      

Helena berdiri dengan bantuan Asistennya sambil menahan rasa sakit.      

"Nona Aurel, tolong ajari artismu, dia sudah berani mendorong dan memukul Nona Helena. Padahal, dia dipecat dari YM Entertaiment bukan karena salah nona. " Kata Asisten Helena dengan sinis.     

Aurel terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Asisten Helena.      

Dia juga tahu kalau Helena adalah kekasih bosnya sehingga ia terlihat sedikit khawatir jika benar Qiara akan di pecat. Namun, dia kembali tenang saat mengingat kalau Qiara dekat dengan Maxwell, soal di pecat itu tidak mungkin.      

"Ya ampun Helena, kasihan sekali kamu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana Liana akan lolos dari masalah ini. Kamu adalah artis kelas A disini, tentu saja pihak agensi akan mempertahankan kamu daripada Liana yang hanya artis baru." Kata salah seorang artis yang merupakan teman baik Helena.      

Qiara masih tetap tenang seperti biasanya saat dia merasa tidak salah. Ia menikmati acting Helena dan Asistennya tanpa berkata apapun.     

"Liana, apakah benar kamu melakukannya? " Tanya Aurel kepada Qiara.      

"Kakak bisa melihatnya di CCTV! Bukankah ini zaman canggih? Kita tidak akan bisa saling menuduh atau percaya terhadap seseorang dengan mudah jika tidak ada bukti. Jika pun di CCTV aku terlihat salah maka aku akan minta maaf padanya. Tapi, jika aku benar maka dia harus minta maaf di depan gedung YM Entertainment padaku. Adik kan?" Ujar Qiara sambil menyeringai kearah Helena.     

'Sialan, aku lupa kalau disini ada CCTV. Aku bisa terlihat sangat jahat dan semua fans dan netizen akan menghujatku!' Batin Helena sambil menggigit bibir bawahnya.      

"Maaf, saya harus pergi, karena saya ada pemotretan. Soal kejadian ini saya tidak akan perpanjang lagi. " Setelah mengatakan itu Helena pergi begitu saja dengan asistennya tanpa memperdulikan yang lain.     

Semua orang cukup cerdas untuk membedakan mana orang yang salah atau bukan sehingga mereka menatap melihat Helena dengan jijik walaupun hanya bisa melihat punggungnya.     

"Sepertinya dia takut dengan ancaman mu, karena dialah orang yang sudah salah. Jika dia benar tentunya dia tidak akan pergi karena aku tahu betul bagaimana watak Helana! " Kata Aurel sambil tersenyum kepada Qiara.      

"Terimakasih sudah mau percaya sama saya! " Ucap Qiara dengan tulus sambil menunjukkan hormatnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.