Istri Kecil Tuan Ju

Apa Hubunganmu Dengannya?



Apa Hubunganmu Dengannya?

0"Terimakasih sudah mau percaya sama saya! " Ucap Qiara dengan tulus sambil menunjukkan hormatnya.     
0

"Aku sudah lima tahun menjadi Manager di YM Entertainment, semua kelakuan artis aku sudah hafal. Jadi, akal busuk seperti Helena itu tidak akan mungkin menipuku. Kalau begitu, ayo pergi karena kamu harus melanjutkan syuting mu setelah bos menunda Syuting sampai kamu kembali, dan itu membuat Kevin murka. Hahaha.." Kata Aurel sambil menarik Qiara untuk meninggalkan tempat itu.     

'Apa bos melakukannya lagi? Dia membuat Kevin murka karena syuting di tunda. Tapi, kenapa Kevin tidak marah tadi? 'Batin Qiara dengan bingung.      

"Oh iya, katanya kamu di pecat, apakah itu benar? " Tanya Aurel saat ia mengingat perkataan Helana.      

"Bukan aku, tapi pak Sandy lah yang di pecat. Aku tidak tahu alasannya. " Jawab Qiara dengan polosnya.      

Aurel berhenti karena kaget lalu menatap Qiara dengan ekspresi penuh arti.     

"Kenapa kamu bisa ada di ruangan Sandy?" Tanya Aurel sambil menyelidik.     

"Dia memanggilku karena katanya dia mau memecatku. Tapi, tidak lama dia menerima telpon yang mengatakan kalau dialah yang dipecat. " Jelas Qiara dengan jujur.     

Aurel terdiam untuk berusaha mencerna apa yang baru saja dia dengar. Bagaimana mungkin Sandy di pecat dengan begitu saja, padahal dia adalah bos paling lama di YM Entertainment.     

'Apakah artis ku ini sangat spesial buat bos sehingga bos menyingkirkan orang yang menyingkirkannya? ' Batin Aurel seraya menatap Qiara dengan mata melotot.      

"Ada apa? Apakah ada yang salah? " Tanya Qiara dengan bingung ketika melihat Aurel hanya menatapnya tanpa mengatakan apapun.     

"Khem ... Apakah kamu ada hubungan spesial dengan bos besar? " Tanya Aurel yang mulai curiga dengan Qiara dan Maxwell.      

"Tidak. Memangnya kenapa? " Jawab Qiara dengan jujur.     

"Bos besar itu sangat ramah dan tampan, apa kamu tidak tertarik dengannya? Atau mungkin sudah jatuh cinta dengannya? "Tanya Aurel lagi yang kini menanyakan perasaan Qiara.      

"Aku sudah memiliki cintai lain di hatiku. Jadi, aku tidak mungkin jatuh cinta sama bos. He.. " Jawab Qiara sambil tersenyum manis.     

"Apakah itu artinya kamu sudah punya pacar? Kamu harus ingat kalau artis pendatang baru tidak boleh berada dalam suatau hubungan. Bukanlah kamu sudah membaca kontraknya sebelum kamu menandatanganinya? " Aurel mencoba mengingatkan Qiara tentang peraturan yang ada dalam kontrak.     

"Iya, aku ingat. Aku tidak boleh berada dalam satu hubungan selama dua tahun dan tidak boleh terkena skandal." Jawab Qiara dengan semangat.      

"Bagus kalau begitu. Oh iya, kenapa dengan pipimu yang sebelah?" Tanya Aurel saat menyadari warna merah yang tidak merata di kedua pipi Qiara.     

Seketika itu Qiara memegang pipinya dan mengingat bagaimana Sandy menamparnya.      

"Apakah kamu di tampar?" tanya Aurel yang dengan tidak sabaran.     

Qiara pun Langsung mengangguk dengan ekspresi sendu.     

Aurel langsung bereaksi dan mengepalkan tinjunya. I sangat membenci lelaki yang suka main kasar pada perempuan. Qiara itu adalah artisnya dan tidak boleh ada yang menyakitinya.      

Tiba-tiba saja ia menemukan apa alasan Sandy di pecat. Dan kejadian ini menambah kecurigaan Aurel kalau Maxwell lah yang menganggap Qiara adalah gadis yang spesial.     

"Dia pantas di pecat. Kalau aku ada di tempat itu dan melihat dia menamparmu, aku akan memukulnya balik." Kata Aurel dengan ekspresi yang mengerikan.     

Seketika itu Qiara bergidik ngeri saat melihat ekspresi Aurel.     

"Sudahlah kakak, jangan kita bahas lagi karena Pak Sandy juga sudah di pecat, itu artinya dia menerima imbalannya."Kata Qiara yang mencoba mendinginkan perasaan Aurel.     

"Ya sudah, ayo kita kembali syuting sebelum Kevin murka!" Setelah mengatakan itu, Aurel melanjutkan perjalanan membawa Qiara untuk pergi ke lokasi Syuting pertama mereka setelah liburan seminggu.     

Rumah Maxwell.     

Di waktu yang sama, Maxwell sedang sibuk memberi makan ikan-ikannya di kolam yang dia pelihara dengan sepenuh hati di rumahnya.     

"Bos, saya sudah melakukan perintah anda. Sandy sudah saya pecat sesuai perintah anda. " Kata Rafael yang berdiri tegak di belakang Maxwell yang sedang duduk menghadap ke kolam renang.     

Mendengar penjelasan asistennya, Maxwell menoleh sambil tersenyum. Seketika itu sang asisten merasa keringat dingin, karena dia tahu betul kalau dibalik senyum dan ramahnya Maxwell, dia adalah manusia yang sulit ditebak dan mengerikan.     

Maxwell akan memusnahakan siapapun yang sudah berani membuat masalah dengannya. Namun, dia tidak akan membuat masalah kepada orang yang tidak bersalah. Itulah yang dimengerti oleh Rafael.     

"Jangan terlalu tegang, duduklah dulu sambil minum teh, karena kita sedang tidak di kantor!" Kata Maxwell dengan suara lembut setelah menoleh kearah Rafael.     

"Baik bos!" Rafael mengangguk dengan penuh hormat. Setelah itu ia berjalan mengikuti Maxwell menuju tempat yang khusus di buat untuk menikmati secangkir teh.     

"Bos, saya sudah selesai menyelidiki latar belakang nona Liana. Sebenarnya, nama asli nona Liana adalah Qiara. Dia putri dari salah seorang pengusaha sukses kota A yaitu Tua. Steven. Selain itu ia juga merupakan saudara tiri dari bintang Papan atas YM Entertainment yaitu Helana. " Kata asistennya setelah meminum tehnya.      

"Aku tahu. " Jawab Maxwell dengan santai.      

Rafael langsung diam karena dia tidak mengerti dengan cara berfikir bosnya. Kalau dia bisa mencari tahu sendiri, buat apa dia harus meminta orang lain. Rafa merasa kabar yang dia bawa hanya sia-sia.     

"Jika bos sudah tahu, kenapa bos meminta saya mencaritahu nya lagi?" Rafael memberanikan diri untuk bertanya karena dia masih penasaran.     

"Agar kamu punya pekerjaan sampingan, itu saja. " Jawab Maxwell sambil tersenyum lagi.      

Seketika itu para pelayan yang melihat senyum Maxwell terpesona karena mereka menjuluki senyum Maxwell sebagai senyum malaikat yang mampu membuat hati para perempuan meleleh dan bahagia.     

"Oh." Rafael hanya mendengus karena dia tidak tahu harus mengatakan apa lagi.      

"Baiklah, aku harus melihat kebunku dulu, kamu boleh kembali ke kantor. Jika ada yang perlu aku tanda tangani datang saja kesini!" Kata Maxwell yang mulai malas untuk datang ke kantor.     

"Maaf bos, saya ingin mengingatkan anda kalau anda ada pertemuan selama dua hari di Italia. Dan anda harus berangkat besok!"     

Maxwell yang sudah melangkah meninggalkan Rafael itu langsung berhenti karena dia hampir saja lupa dengan pertemuan penting itu.      

"Aku akan ada di Bandara besok, kamu tidak perlu menjemput Ku!" Setelah mengatakan itu, Maxwell pun segera pergi meninggalkan Rafael.     

'Dia memang bos yang aneh. Pantas saja, pak Kevin selalu dibuat darah tinggi. Tapi, pak Kevin lebih aneh lagi karena dia mampu bertahan dengan sahabat macam bos.'      

Setelah membatin, asisten itu langsung pergi meninggalkan rumah mewah Maxwell.      

Kampus Alexia.     

Sementara itu di kampus Qiano duduk diam sambil melamun saat ia baru saja meberikan penjelasan kepada para mahasiswanya.     

Semenjak menyelesaikan S2 nya di Belanda, Qiano memutuskan untuk menjadi dosen di Universitas Alexia.     

Qiano teringat kejadian waktu ia salah memasuki ruangan sehingga ia kehilangan jejak Qiara dan terlambat menolongnya.     

Saat dia sampai diatas, dia sudah menemukan Qiara dalam pelukan Julian yang menangis tersedu. Seketika itu, ia semakin yakin kalau Qiara dan Julian memiliki hubungan yang dekat walapun dia tidak bisa menebak hubungan apa itu.      

Tepat saat dia ingin mendekat, tiba-tiba anak buah Julian datang dan helikopter pun mendarat diatas gedung itu. Qiano pun mengurungkan niatnya dan percaya kalau Qiara akan baik-baik saja jika dia sudah bersama Julian sehingga Qiano memilih untuk turun kembali lalu pergi meninggalkan Galery Rena tanpa pamit pada pemiliknya.     

Tidak lama setelah itu, Qiano keluar dari kelas tanpa mengatakan apapun kepada para mahasiswa nya. Sehingga mereka semua merasa bingung melihat sikap Qiano yang aneh.      

"Hey, pak dosen! "      

Rena mencoba memanggil Qiano dengan suara yang cukup keras akan tetapi, Qiano tidak menoleh sedikitpun.     

"Qiano... " Rena mempercepat langkahnya lalu menepuk pundak Qiano.     

"Oh astaga... " Qiano terkejut dan hampir mendorong Rena.      

"Hey, kenapa kamu kasar sekali" Tanya Rena dengan cemburut.      

"Oh, maafkan aku. Tapi, aku tidak sengaja. Oh iya, kenapa kamu ada di kampusku? Apakah kamu ada perlu denganku? " Tanya Qiano sambil memicingkan matanya.      

"Aku tahu kalau hari ini jadwalmu tidak banyak, jadi aku mau mengajakmu makan siang. Kamu tidak boleh nolak, dan anggap saja kalau ini itu tanda permintaan maafmu yang sudah berani meninggalkan acaraku tanpa sepengetahuan ku. " Jawab Rena dengan sinis.      

"Baiklah, aku akan menemanimu makan siang. Tapi, aku akan meletakkan buku ini di ruanganku dulu. Kamu tunggu saja di mobil, dan hari ini akulah yang akan mentraktirmu. " Kata Qiano yang tidak suka banyak bicara itu.      

Rena pun tersenyum bahagia, lalu pergi duluan menuju mobilnya sesuai dengan perintah Qiano.     

Setelah duduk di sebelah bangku pengemudi, Rena tidak sengaja menemukan foto Qiara yang jatuh. Seketika itu ekspresi nya berubah buruk.     

"Ini kan Poto Qiara? Apakah Qiano masih menyimpannya? Dadaku sakit sekali." Kata Rena sambil meremas Poto Qiara lalu memasukkannya ke dalam tas.     

Tidak lama kemudian, Qiano masuk ke mobil lalu tersenyum kearah Rena.     

"Kamu mau kita makan dimana?" Tanya Qiano.     

"Terserah kamu!" Jawab Rena dengan ketus.     

Qiano merasa aneh dengan sikap dingin Rena, tapi ia tidak begitu menghiraukannya karena ia tahu betul bagaimana sifat dan watak Rena.     

Qiano pun mengajak Rena pergi ke Restauran yang tidak jauh dari kampus.      

Restauran.     

Setelah sampai di restauran itu, Qiano dan Rena segera turun bersamaan. Seketika itu mereka berdua menjadi pusat perhatian karena Rena adalah pelukis terkenal sedang berjalan bersama lelaki yang memiliki paras yang tampan.     

"Apa aku boleh bertanya?" Tanya Rena setelah mereka duduk di salah satu kursi yang ada di Restauran itu.     

"Tumben kamu minta izin. Ya sudah, kamu mau tanya apa?" Ujar Qiano setelah memesan makanannya bersama Rena.     

Untuk sesaat Rena terdiam.     

"Mau sampai kapan kamu akan menyimpan Qiara dalam hatimu? Tidak adakah celah bagiku untuk masuk setelah menemani kamu selama lima tahun?" Tanya Rena dengan ekspresi yang sedih.     

Seketika itu Qiano bersandar di kursinya. Ia tidak menduga kalau Rena akan bertanya tentang perasaannya lagi.     

"Bagaimana dengan pameran kamu yang kemarin, apakah berjalan lancar bersama Nicho?" Qiano mengalihkan pembicaraan saat ia tidak tahu harus menjawab apa.     

Rena mulai muak dengan sikap Qiano yang terus saja menghindari dirinya setiap kali ia menyinggung tentang perasaan itu.     

"Aku sudah tidak lapar, oleh karena itu aku akan pergi sekarang." Setelah mengatakan itu Rena berdiri lalu pergi meninggalkan Qiano dengan kesal.     

"Rena ... "Qiano merasa sangat bersalah sehingga ia segera mengejar Rena.     

Akan tetapi, Rena keburu masuk taxi sehingga Qiano tidak bisa mengejarnya lagi.      

'Rena, maafkan aku! Entah bagaimana caranya aku melepaskan Qiara dari hatiku. Karena dia cinta pertamaku. Aku berharap di kehidupan yang lain aku lebih dulu mengenalmu!"Batin Qiano.     

Setelah itu Qiano kembali ke dalam Restauran karena dia sedang lapar dan harus makan pesanan yang sudah ia pesan.     

Kantor JJ Grup.     

Waktu terus berlalu, malam pun tiba. Di kantor megah JJ Grup, Julian masih terlihat rapat bersama beberapa kepala departemen.      

Tepat saat itu, Julian menerima panggilan dari Nathan yang berada di rumah Julian untuk menemui Bintang Kecil bermain.     

"Ada apa?" tanya Julian setelah mengegser icon berwarna hijau di ponselnya.      

"Kakak sebaiknya segera pulang, karena sewaktu aku sampai di rumah, Bintang Kecil sedang mengamuk dan menghancurkan semua yang ada di meja makan. Katanya, dia baru saja bicara dengan seseorang di telpon. Tapi, kami tidak bisa mengetahuinya. " Jawab Nathan dengan nada suara yang panik.      

Mendengar penjelasan Nathan, Julian langsung berlari keluar dari ruang rapat dengan tiba-tiba dan itu membuat semua orang kaget namun tidak ada yang berani menghentikan Julian.      

Tidak lama kemudian Julian meninggalkan kantornya.     

Ditengah jalan, dia mengingat Qiara. Seketika itu ia menelpon Qiara setelah menemukan kontaknya, karena menurut Julian, Qiara berhak tahu keadaan Zio sekarang.      

"Halo?" Sapa Qiara yang baru saja menyelesaikan syutingnya itu.     

"Qiara, ini aku Julian. Bisakah kamu datang ke rumahku, karena Bintang Kecil sedang mengamuk. Aku khawatir akan sulit menenangkannya. Jika sudah begitu, aku biasanya menyuntikkan obat penenang padanya. " Kata Julian dengan nada suara yang panik.      

"Jangan lakukan itu, berani kamu melakukannya maka aku akan menampar wajahmu. Aku akan segera datang." Tanpa mengatakan apapun lagi Qiara menutup panggilannya.      

Setelah itu ia meminta izin pada Aurel untuk pergi sebentar. Karena syuting untuk adegan Qiara sudah selesai, Aurel pun mengizinkannya untuk pergi.     

Rumah mewah Julian.     

Setelah sampai di rumahnya, Julian parkir sembarang lalu keluar dari mobil dengan tergesa-gesa.      

Dari luar dia mendengar suara ribut perkakas yang dilemparkan oleh Bintang Kecil.     

Beberapa saat kemudian ia sampai di ruang keluarga dan berdiri tegak sambil memperhatikan anaknya yang mengamuk.     

"Febrizio ... " Julian memanggil putranya dengan suara yang berat dan meninggi.      

Seketika itu Zio dan yang lainnya terdiam lalu menoleh ke sumber suara.     

"Kakak, untung kau datang tepat waktu. Bintang Kecil tidak bisa kami kendalikan. " Kata Nathan dengan cemas.     

"Lepaskan pemukul bisbol itu! " Perintah Julian sambil mendekat kepada putranya yang sudah mengarahkan pemukul bisbol itu kearah meja kaca yang ada di sampingnya.      

Tatapan Zio sangat gelap, dia terlihat sangat membenci Papa nya. Tanpa memperdulikan perkataan Papa nya, Zio langsung menghancurkan kaca yang pecah itu.      

"Arrrgg... " Para pelayan dan Nathan langsung kaget mendengar suara keras dari meja kaca yang di hancurkan oleh Zio.     

Setelah menghancurkan meja kaca itu, Zio langsung berlari masuk ke kamarnya. Seketika itu, Julian mengejar Zio untuk memberinya pelajaran.     

Tepat saat itu, Qiara datang dan tidak sengaja menabrak Nathan.      

"Ahhh ... " Nathan meringis ketika bahunya ditabrak oleh tubuh Qiara.     

"Maafkan aku, tapi dimana Zio? " Tanya Qiara kepada Nathan dan Bibi Liu.     

Melihat orang yang bertanya itu, Nathan dan pelayan Liu terkejut bukan main.     

      

Orang yang sudah lima tahun tidak ia lihat sekarang ada di hadapannya.      

"Kenapa kalian diam? Diman anakku? " Teriak Qiara dengan geram.     

Tanpa mengatakan apapun, Nathan menunjuk kearah kamar Zio yang dulunya menjadi kamar Qiara.      

Sebelum Qiara berjalan menuju kamar Zio, ia terkejut saat melihat rumah yang lebih buruk daripada kapal pecah itu.     

"Apakah yang melakukan ini adalah Zio?"Tanya Qiara kepada Nathan lagi.      

"Iya." Jawab Bibi Liu dengan penuh hormat karena ia baru saja mendapatkan kenyataan kalau Ibu Zio adalah wanita yang ada di depannya itu.     

"Baiklah, kalau begitu aku akan menemui Zio." Qiara pun bergegas melangkah menuju kamar Zio, akan tetapi Nathan menghalanginya.      

"Kenapa kamu menghalangiku?" Tanya Qiara dengan sinis.     

"Kenapa kamu kembali lagi? Kakak dan keponakankku sudah bahagia tanpa kamu. Jadi, tolong pergi dari rumah ini!" Teriak Nathan dengan keras karena ia tidak rela melihat wanita yang sudah melukai hati kakak dan keponakannya itu kembali dalam kehidupan mereka.     

Qiara hanya menyeringai tanpa dosa kearah Nathan, setelah itu ia pergi dari hadapan Nathan dengan menyingkirkan tubuh Nathan yang menghalanginya dengan kasar.     

Nathan hampir saja jatuh, tapi ia masih bisa menjaga keseimbangan tubuhnya.      

Kamar Zio.     

Sementara itu, di dalam kamar. Julian menarik nafas dalam sebelum bicara dengan Zio agar dia tidak terbawa emosi. Karena dia tidak mungkin marah kepada Zio yang mengamuk sambil melempar bantal kepadanya.      

"Papa pergi, aku tidak mau melihat Papa!" Teriak Zio sambil menangis dengan suara yang kencang.      

"Zio, tenanglah dulu, ayo kita bicara agar menemukan apa yang membuatmu marah!" Kata Julian setelah berhasil menahan kedua tangan Zio yang terus mengamuk menyerangnya.     

"Lepasin, jangan pegang aku. Aku benci sama Papa. Aku tidak mau punya ibu baru! " Zio terus saja mengulang kata-kata yang sama sambil menangis      

Seketika itu, Julian mengerti apa yang membuat Zio murka dan tidak terkendali kan.      

Dari dulu dia tidak mau melihat Papa nya menikah lagi karena dia membenci hal itu. Dia merasa cukup hidup berdua bersama Papa nya, selain itu dia takut perhatian Papa nya akan berubah saat memiliki anak baru.      

Sebelum menghampiri Zio, Julian membuat panggilan kepada Andi.      

"Halo bos? "      

"Periksa panggilan yang masuk beberapa menit yang lalu ke telpon rumahku. Lacak dari mana pemanggil itu!. " Perintah Julian sambil mengepalkan tinjunya.     

"Siap bos! "     

Setelah bicara dengan Andi. Julian pun mencoba mendekati Zio. .     

Tepat saat itu, Qiara berdiri di depan pintu lalu mendekat ke arah Julian yang masih fokus pada Zio yang mengamuk sehingga ia tidak menyadari kedatangan Qiara.     

Namun, Zio berhenti mengamuk saat melihat Qiara berdiri dibelakang Julian. Seketika itu ia memandang wajah Qiara yang tenang dan tersenyum memandangnya.     

"Tante?" Ucap Zio dengan pelan sambil menyeka air matanya.      

Seketika itu Julian kaget ketika menyadari Zio langsung tenang tanpa dia melakukan apapun.      

"Tante ... " Ucap Zio untuk kedua kalinya. Barulah Julian menyadari kalau di belakangnya sudah ada Qiara yang membuat Zio berhenti mengamuk.     

Tanpa pikir panjang lagi, Qiara langsung menghampiri Zio lalu membawanya ke gendongannya.      

Seketika itu Zio menyandarkan kepalanya di bahu Qiara dengan manja Julian dan Nathan serta pelayan Liu yang baru datang menghela nafas melihat Zio sudah bisa tenang.      

'Seperti apapun aku berusaha menyingkirkannya, tapi ikatan ibu dan anak terlalu kuat. Disaat Papa nya tidak mampu membuatnya tenang, hanya bahu ibunya yang paling nyaman.'Batin Nathan yang mulai menyerah untuk menghalangi Qiara.     

"Sayang, kenapa kamu mengamuk? Apakah ada yang nenyakitimu? " Tanya Qiara seraya membelai lembut rambut Zio yang tebal dan hitam.     

"Kata orang yang menelpon tadi, Zio akan punya Mama baru, dan Papa akan menikah lalu pergi meninggalkan Zio. Aku benci Papa! " Jawab Zio sambil menangis sesegukan.      

Wajah Qiara berubah gelap mendengar penuturan anaknya. Ia pun memberikan tatapan mematikan pada Julian. Seketika itu Julian menjadi gelagapan.     

"Itu tidak benar ... Orang itu bohong. Jangan percaya!" Kata Julian dengan segera mengkonfirmasinya agar Qiara tidak marah padanya.     

Nathan menyeringai kearah kakaknya yang katanya sangat kuat dan tidak mudah di robohkan itu, tapi saat di depan wanita yang dia cintai, ia terlihat sangat lembek.     

'Cinta benar-benar membuat orang waras menjadi gila, orang cerdas menjadi bodoh. Walau sudah ditinggalkan, tapi tetap saja cintanya pada wanita ini masih ada. Pusing aku memikirkannya 'Batin Nathan yang masih betah menjadi penonton itu.     

"Sudah larut malam, sebaiknya kamu tidur ya sayang, jangan hiraukan Papamu yang mata kerajang itu. Biarkan saja dia menikah dengan wanita lain, masih ada tante yang akan menemanimu. Oke? " Kata Qiara sambil mencium pipi Zio.      

Seketika itu pipi Zio memerah karena malu mendapat ciuman dari orang yang dia sukai.      

"Hahaha ... Kenapa pipimu memerah sayang? Apakah kamu malu? " Tanya Qiara setelah membaringkan Zio di ranjangnya.     

Sedangkan Julian merasa kesal setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Qiara kepada anaknya. Dia tidak menyangka ada seorang ibu yang meminta anaknya untuk tidak memperdulikan Papanya.      

"Kenapa aku merasa menjadi orang yang menyedihkan begini? Anak dan ibunya memperlakukan aku seolah aku ini tidak ada dalam hidup mereka. " Ucap Julian dengan cemberut dan merasa sudah menjadi Papa yang tidak di butuhkan anaknya lagi.     

"Hahaha ... Kakak, kau sangat manis cemberut begitu. " Nathan menggunakan kesempatan itu untuk mengejek Julian yang benar-benar aneh, ini adalah pemandangan langka. Kapan lagi dia bisa melihat Julian cemberut.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.