Istri Kecil Tuan Ju

Perjodohan.



Perjodohan.

0"Haha ... Jhonsep, kenapa kamu tidak memberitahu Natan kalau dia dan Intan sudah dijodohkan dari kecil? " Tanya Tuan Fernado sambil terkekeh menyembunyikan rasa kesalnya ketika melihat ekspresi Natan yang tegang seakan tidak suka.      
0

"Ahhh ... Maafkan aku! Ini karena aku terlalu sibuk mengurus pemilu ... " Kata Tuan Jhosep dengan sedikit senyum malu.      

"Natan, apakah kamu akan berangkat besok? "tanya Ny. Fernando mengalihkan pembicaraan karena dia mulai khawatir ketika melihat ekspresi Natan yang sepertinya akan mengatakan hal sama dengan Julian waktu itu.      

Natan langsung menoleh ke arah Ny. Fernando tanpa ekspresi.      

"Iya, semua sudah diurus. Itu sebabnya Jihan adikku ada disini untuk menjemputku. "Jawab Natan.      

"Waduhhh ... Apakah Intan tau kalau kakak Natan akan pergi? " tanya Ny. Fernando sambil menatap ke arah anak gadis nya,     

"Belum tau, karena kami baru bertemu disini setelah sekian lama." jawab Intan dengan jujur.      

"Ya ampun, kalian satu kampus tapi tidak pernah bertemu. Apa itu benar Natan? "tanya Tuan Jhosep dengan mengerutkan keningnya.      

"Iya. " jawab Natan singkat tanpa ekspresi.     

"Kalau begitu, kalian makanlah di luar mumpung masih tidak terlalu malam, biar bisa saling mengenal dan akrab seperti dulu! "Seru Tuan Fernando yang berusaha memanfaatkan keadaan agar anaknya bisa mengambil hati Natan.      

"Saya setuju. Kami hanya kenal waktu masih TK sebelum Papa dan Mama pindah ke Bandung. Aku masih ingat bagaimana Kak Natan waktu itu. Sayang sekali kami tidak bisa melanjutkan kedekatan lagi karena jarak. Oleh karena itu, saya ingin lebih dekat dan mengenal kak Natan dengan pindah kuliah ke Australia." Jelas Intan dengan bangga sambil melirik ke arah Natan dengan malu-malu manja.     

Yang benar adalah, Natan tidak pernah mengingatnya bahkan tidak tertarik sedikitpun. Akan tetapi, Intan adalah gadis yang terlalu pintar berpura-pura dan mengambil simpati orang yang tidak bisa menilai sikapnya. Jihan sama dengan Julian, dia tidak bisa dibohongi dengan tampang atau cara bicara begitu saja. Dia bisa melihat mana gadis yang baik dan yang sombong.      

"Wahhh ... Itu ide bagus! Ya sudah, sekarang bawa Intan keluar jalan-jalan!"seru Tuan Jhosep seraya melotot kepada Natan.      

Mendengar perintah ayahnya wajah Natan berubah gelap, dia hampir gila ketika mendengar perjodohan itu, sekarang di minta jalan bersama wanita yang sama sekali tidak pernah dicintainya, dia melirik ke arah Ibunya untuk dimintai tolong. Tapi, Sarah malah mendorongnya untuk mematuhi kata-kata Papanya.      

"Bersenang-senanglah sayang! Mama mendo'akan kalian! "Kata Sarah dengan terpaksa karena dia tidak ingin menentang suaminya.      

Dengan berat hati, Natan bangun dari tempat duduknya dan melihat Intan.      

"Ayo berangkat!"     

Intan kaget karena Natan setuju membawanya keluar, hatinya yang tadi cemas ketika memikirkan akan penolakn Natan, sekarang berubah menjadi suka cita.      

Tidak lama kemudian, Intan bergegas keluar mengikuti Natan keluar setelah tersenyum pada kedua orang tuanya.      

"Ma, kakak sepertinya tidak suka dengan gadis itu. Kenapa dia di paksa pergi bersamanya? Harusnya kan kak Natan istirahat malan ini agar dia bisa segar saat perjalanan besok. "Tanya Jihan sambil berbisik pada Sarah.      

"Jihan, sebaiknya kamu tidak usah ikut campur. Kamu tahu sendiri bagaimana Papa kalau sudah memutuskan sesuatu. Oh ya, apakah kamu tidak ingin bertemu kakamu Julian dan kakak iparmu? " kata Sarah sambil memegang tangan Jihan.      

"Tidak sempat Ma. Biarlah kak Julian dan istrinya serta Kak Jasmin yang menemuiku seperti baisa di Australia. Ya sudah, aku akan istirahat lebih dulu! "Kata Jihan yang mulai bosan dengan obrolan tidak penting antara orang tua itu.      

Sarah hanya mengangguk melepas kepergian putrinya ke kamar. Jihan memang anak yang lebih dewasa dari usianya sehingga ia selalu bisa mengambil keputusan yang tepat disetiap keadaan.      

Sementara itu, di depan rumah. Natan terlihat membukakan pintu belakang mobil untuk Intan. Seketika itu ekspresi Intan menjadi rumit karena dia berharap duduk di samping Natan, namun ia malah diminta duduk di belakang.     

"Karena kita tidak begitu dekat, sebaiknya kamu duduk dibelakang!" kata Natan sambil membantu Intan menutup pintu mobil setelah ia duduk di belakang.      

Karena dia sudah mencintai Natan sejak pertama melihat fotonya seminggu yang lalu, ia pun melupakan Qiano dan memantapkan hatinya untuk Natan.      

Demi perasaan suka itu, Intan pun tidak keberatan duduk dibelakang asal dia bisa bersamanya dia rela melakukan apa saja, dia mencoba tersenyum untuk menyembunyikan rasa kesalnya.     

Di salah satu taman di kota A. Natan terlihat duduk bersama Intan di bangku Taman.      

"Terimakasih sudah mengajak saya jalan-jalan di Taman ini!"     

Intan berusaha memecah kecanggungan diantara dia dan Natan yang sedari tadi terdiam.      

"Ya, " jawab Natan tanpa ekspresi.      

Mendengar jawaban Natan , Intan langsung kehilangan kata-kata dan kesal.      

Dia merasa sedang bersama manusia yang bernyawa tapi tidak hidup.      

Tepat saat itu, Natan tidak sengaja melihat Yumi yang sedang berjalan disekitar taman itu dengan ekspresi sendu.      

"Maaf, saya permisi dulu!"     

Setelah pamit Natan langsung berdiri lalu meninggalkan Intan.     

Intan hanya mengangguk dan menatap kosong ke arah Natan karena dia tidak mau terlihat seperti gadis cerewet yang suka marah.      

Sementara itu, Natan terus berjalan menelusuri Taman mencari jejak Yumi yang dia yakini kalau itu adalah dia.      

Setelah lama mencari, Natan akhirnya menemukan Yumi duduk diantara bunga yang beraneka warna, tepatnya dibawah lampu Taman yang remang-remang.      

Langsung saja Natan tersenyum dan memperhampiri Yumi.      

"Yumi? "     

Mendengar seseorang memanggil namanya, Yumi langsung mendongak melihat orang yang memeanggilnya. Seketika itu ia melihat Natan berdiri di depannya membuat Yumi terkejut, dia tidak percaya bahwa itu Natan yang seingatnya sudah berangkat hari ini.      

'Natan? Bukankah dia sudah berangkat ke Australia?' Batin Yumi seraya melotot kepada Natan.      

"Boleh saya duduk?" tanya Natan sambil tersenyum.      

Setelah memastikan itu Natan. Yumi pun langsung mengabaikannya dan kembali melanjutkan lamunannya karena dia tidak ingin semakin berat melepas Natan.      

Namun yang mengejutkannya meskipun dia tidak merespon, Natan malah duduk di sampingnya dengan tersenyum. Tidak lama kemudian, Natan menyandarkan kepalanya di bahu Yumi.      

"Ummm... Aku merasa ngntuk dan sepertinya aku ingin tidur di bahumu. Berikan saya 10 menit dalam posisi ini!" Kata Natan seraya memejamkan matanya.      

"Kenapa kamu ada disini? Bukankah kamu sudah berangkat? " tanya Yumi setelah bosan terdiam.      

"Ada sedikit masalah makanya tertunda sehari. Apa kamu tidak senang bertemu denganku? Dan juga, kenapa malam-malam begini kamu ada di Taman? Apakah Madam Asramamu mengusirmu?"Jelas Natan seraya bertanya balik kepada Yumi tentang apa yang membuatnya penasaran.      

Mendengar pertanyaan Natan. Yumi terdiam sesaat, dia tidak mau memberitahu kalau dia tinggal di rumah Julian karena dipaksa oleh Julian sendiri.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.