Istri Kecil Tuan Ju

Aku Harus Bilang Apa?



Aku Harus Bilang Apa?

0"Bagaimana keadaan istriku?"Tanya Julian dengan tidak sabaran.      
0

"Dia cuma kelelahan. Sepertinya dia sudah melakukan pekerjaan yang membuatnya lelah makanya dia sampai pingasan. " Jelas Eka sambil tersenyum     

Julian terdiam sejenak. Dia mencoba mengingat kalau kemarin dia sudah meminta Qiara untuk membersihkan halaman belakang bersama adik sepupunya yang super bawel.      

"Kemarin dia menyapu halaman. Mungkin saja dia kelelahan karena itu. Selain itu ada lagi? " kata Julian dengan ekspresi bersalah.      

"Istri anda hanya kelelahan dan harus banyak istirahat agar tidak membahayakan bayi anda. "Kata Eka sambil tersenyum.      

"Syukurlah kalau begitu dan terimakasih karena kamu sudah datang malam - malam begini. "ucap Julian dengan ekspresi lega.      

Ketika saat itu, ia merasa ada hal yang dia lewatkan dari dokter Eka.      

"Tunggu! Tadi, kamu bilang bayiku? Maksudmu istriku hamil? " Tanya Julian dengan ekspresi yang heran.      

"Iya. Sepertinya baru satu bulan dan sangat lemah. Oleh karena itu, istri anda harus banyak istirahat. Beruntung hari ini bayi anda tidak kenapa-kenapa walaupun kondisi ibunya melemah." Jelas Eka sambil menganggukkan kepalanya.      

Julian terkejut mendengar penjelasan Eka. Dia tidak tau harus senang atau tidak, karena dia takut Qiara akan menolak bayi itu dan menyalahkannya yang sudah berjanji untuk tidak membuat Qiara sampai hamil.      

"Baiklah Tuan Ju! Saya akan pulang setelah memberikan infus pada istri anda biar tenaganya bisa kembali. "Kata Eka lagi sambil mengeluarkan sebotol infus dari tasnya.      

Julian yang masih terdiam hanya mneganggukkan kepalanya karena merasa bingung dan tidak tau harus mengatakan apa agar Qiara tau soal ini lalu menjaga kehamilannya dengan baik sesuai anjuran Eka.      

"Besok saya akan kesini lagi untuk memeriksa keadaan istri anda. Sekarang saya akan pulang. " Kata Eka sambil bersiap untuk pergi meninggalkan kamar Julian.      

"Tunggu! "      

Mendengara suara Julian yang menghentikan langkahnya. Dokter Eka pun langsung berhenti lalu berbalik memandang Julian.      

"Ada yang bisa di bantu lagi Tuan? " Tanya Eka dengan ekspresi yang rumit.      

"Ummm... Besok kalau kamu datang. Tolong jangan katakan pada istriku kalau dia lagi hamil. Karena, aku ingin memberitahunya secara langsug." seru Julian dengan ekspresi memohon.      

"Jadi, anda belum tau soal kehamilan istri anda? " tanya Eka dengan heran. Dia fikir kalau Julian sudah tau makanya dia tidak langsung mengatakanya.      

"Aku belum tau begitu juga istriku. Kami baru tau hari ini dari kamu. Oleh karena itu, aku memintamu agar tidak memberitahunya karena aku ingin membuat kejutan untuknya." Jelas Julian dengan sedikit gugup karena dia terpaksa harus berbohong.      

"Ohh begitu. Tentu, aku tidak akan memberitahunya dan membiarkan anda untuk menyampaikan berita bahagia ini. Sekarang saya permisi dulu! " Sahut Eka sambil menganggukkan kepalanya.      

"Iya. Hati-hati di jalan! "     

Eka pun langsung mengangguk lalu pergi dari kamar Julian. Sepeninggal Eka, Julian duduk di pinggir tempat tidur sambil mengepel wajah Qiara yang masih berkeringat dengan handuk dan air hangat yang sudah dibawakan kepala pelayan padanya.      

'Qiara ... Bagaimana caranya aku akan menyampaikan berita ini padamu? Sedang kamu pasti mengamuk jika tau. Akankah kamu siap jadi ibu muda? 'Batin Julian seraya membelai wajah Qiara.      

Julian terus bertanya - tanya pada dirinya. Dia cemas sekaligus bahagia di waktu yang bersamaan. Lalu, apa yang harus dia lakukan jika Qiara mengamuk bahkan meminta untuk menggugurkan bayinya.      

Tepat saat itu suara ponsel Julian berbunyi, ia pun segera mengangkatnya karena itu dari Papa nya.      

"Malam Pa! Ada apa Papa nelpon malam-malam begini? " Tanya Julian setelah menggeser icon berwarna hijau di ponselnya.      

Julian tau betul kalau Papa nya menelpon pasti ada sesuatu yang penting. Karena begitulah wataknya. Tuan Jhosep adalah lelaki yang tidak suka membuang - buang waktunya. Dia hanya akan bicara kalau itu hal penting. Itulah sebabnya kenapa Julian merasa heran saat Papa nya ngobrol banyak dengan Qiara, bahkan mengajaknya bermain bersama.      

"Julian, apa kamu belum memeriksa internet? Lihat kelakuan adikmu! " seru Tuan Jhosep dengan geram.      

"Memangnya ada apa lagi dengan Natan? "Tanya Julian dengan malas.      

"Lihat saja di internet. Dia sudah menjadi trending dan pencarian pertama di internet. "jelas Tuan Jhosep dengan sinia.      

"Aku akan mengurusnya. " Kata Julian setelah menarik nafas dalam. Dia merasa bosan dengan sikap Natan yang selalu merepotkannya. Sedang Ayahnya sangat bergantung padanya untuk mengurus hal - hal yang akan mencemari nama baik keluarga.      

"Pastikan berita buruk ini menghilang dari internet. Setelah itu kamu urus Natan, jika dia melakukannya sekali lagi, maka smeua fasilitas yang dia dapatkan dari Papa dan kamu akan di cabut. "Kata Tuan Jhosep lagi untuk mempertegas perintahnya.      

"Baik Pa. "      

Setelah mengatakan itu, Julian mengakhiri panggilannya. Julian pun,menarik nafas dalam karena harus memastikan berita buruk itu harus terhapus sesegera mungkin.      

Dengan pelan, Julian keluar dari kamarnya lalu dia berjalan menuju ruang kerjanya agar dia tidak mengganggu Qiara.      

Tidak lama setelah itu, Julian sampai di ruang kerjanya. Ia pun segera menelpon Andi kembali, untungnya Andi belum tidur dan selalu sigap mengangkat telponan Julian.      

"Hallo Bos? Ada yang harus saya lakukan? " suara Andi terdengar sedikit lemah karena dia dalam keadaan mengantuk.      

"Tolong lihat berita di internet! " Seru Julian dengan suara yang dingin.      

"Berita apa Bos? "      

"Yang menjadi trending sekarang ini, yaitu tentang adikku Jhonatan. Jika kamu sudah melihatnya, maka kamu harus memastikan agar berita itu menghilang dari internet malam ini juga! " Jelas Julian dengan tegas.      

"Siap bos! "     

Setelah itu Julian menutup panggilannya, tidak lama kemudian dia menatap layar leptopnya lalu menyaksikan vidio dan foto Natan yang lagi bersama seorang perempuan dan bernyanyi di sebuah Restauran kecil.      

"Ummm... Bukankah ini temannya Qiara? Bagaimana mungkin Natan bisa bersamanya? Pantas saja Papa marah. Anak ini tidak bisa beristirahat sebentar untuk tidak membuat masalah buatku. " Kata Julian ketika melihat dengan jelas siapa perempuan gendut yang bersama Natan. Tidak hanya itu, beredar juga foto Natan sedang berada di club malam bersama seorang perempuan cantik.      

Karena kesal, Julian langsung menghubungi Natan. Tidak lama setekah mendengar bunyi tut, Julian bisa mendengar suara nafas malasnya.      

"Natan, dimana kamu? " tanya Julian dengan nada suara yang dingin.      

"Aku di rumah. Ada apa kakak menelponku malam ini? " tanya Natan dengan malas.      

"Jangan berbohong kepada kakak! Jika kamu memang di rumah, Papa tidak akan menelponku. " Kata Julian yang semakin geram dengan cara bicara Natan yang menyambutnya dengan malas.      

"Karena Papa ada di rumah makanya aku tidak mau pulang. Kakak tau kan kalau Papa pasti akan memarahiku habis-habisan. Pokoknya aku tidak mau pulang. " Ucap Natan yang akhirnya mengaku karena keberadaannya sudah diketahui oleh Julian. .      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.