Istri Kecil Tuan Ju

Si Pembuat Ulah



Si Pembuat Ulah

0"Karena Papa ada di rumah makanya aku tidak mau pulang.  Kakak tau kan kalau Papa pasti akan memarahiku habis-habisan.  Pokoknya aku tidak mau pulang.  " Ucap Natan yang akhirnya mengaku karena keberadaannya sudah dikethui oleh Julian. .  "Kamu tau kalau yang kamu lakukan itu salah, kenapaa masih melakukannya hah? " ucap Julian dengan nada suara yang meninggi dan terdengar sangat mengerikan di telinga Natan.  Tanpa mengatakan apapun.  Natan menutup panggilannya karena kesal, dan itu membuat Julian semakin kesal.  "Natan ... " Teriak Julian sambil memukul meja.  Fikirannya lagi mumet gara-gara Qiara,  ditambah lagi Natan yang bikin ulah.  Itu semuanya membuatnya semakin kesal dan tidak terkendali. Saking kesalnya, Julian tidak punya pilihan lain.  Ia pun segera membuat panggilan kepada Andi kembali.  Ia menggulir nomer di kontaknya yang tidak banyak itu.  Setelah lama mendengar bunyi tut,  Andi akhirnya mengangkat telponnya.  "Hallo bos! "Sapa Andi dengan sigap.  "Andi!  Bawa sepuluh orang pengawalmuan! Temukan Natan dan bawa dia pulang.  Entah itu dengan cara paksa atau halus, aku tidak mau tau, dia harus ada di rumah malam ini juga." seru Julian dengan tegas.  "Baik bos, apa ada petunjuk tentang keneradaanya? "ucap Andi. "Aku akan mengirimkan nomernya padamu. Jika dia berada di Bar,  pastikan Bar itu itu tutup untuk selamanya!" Jawab Julian yang tidak memiliki ampun lagi.  "Baik bos! " Sahut Andi dengan sigap.  Setelah itu Julian menutup panggilannya.  Tidak lama kemudian, dia pun segera keluar dari ruang kerjanya dan kembali ke kamarnya.  Sesampainya di kamar,  Julian menatap Qiara yang belum juga sadarkan diri.  Ia mencium punggung tangan Qiara seolah itu tidak cukup buatnya.  "Sayang,  maafkan aku karena harus meninggalkanmu sebentar.  Aku harus mengurus Natan dulu.  Setelah urusanku selesai,  aku akan segera pulang! " Kata Julian. Setelah mengatakan itu,  Julian mencium kening Qiara lalu  pergi dari kamarnya setekah mengenakan mantel hitamnya. "Tolong jaga istriku!  Jika dia bangun jelaskan padanya kalau aku yang membawanya pulang.  Pastikan dia tidak kabur setelah ia sadar."Seru Julian pada kepala pelayannya yang ia temui di dapur.  Juliam tau banget watak istrinya yang keras kepala dan sangat menjaga harga dirinya.  Jika ia susah memutuskan sesutu maka sulit baginya untuk merubah  keputusannya itu.  "Baik Taun!  Saya akam menjaga Ny.  Dengan sepenuh kemampuan saya! " jawab kepala pelayan dengan penuh hormat dan percaya diri.  "Baiklah.  Aku akan pergi dan mungkin akan pulang larut malam. ""Selamat jalan Tuan! " Setelah bicara dengan kepala pelayan.  Julian pergi meninggalkan rumah nya dengan mengemudi sendiri,  karena itu lebub cepat baginya.  Sementara itu Andi sudah menemukan lokasi Natan.  Ia pun segera menuju tempat itu yang tidak lain adalah diskotim ternama di kota A.  Dia sedang berjoget sambil minum bersama teman - temannya.  "Natan,  apa kamu tidak takut akan kena marah keluargamu jika mereka tau kalau kamau ada di diskotik? "Tanya teman yang membawanya ke diskotik.  "Mereka tidak perduli padaku.  Jadi,  santai aja! " sahut Natan sambil tersenyum memandang kumpulanm muda - mudi yang sedang berjoget diabawah lampu kelap kelip.  Natan sudah tidak perdulo dengan reputasi keluarganya.  Semua karena dia merasa frustasi terhadap aturan dan larangan yang dia dapatkan.  Dia hanya ingin bebas melakukan semua yang dia inginkan.  Tapi,  keluarhganya terus melarangnya dan menghalangi apa yang dia suka.  "Baiklah, lupakan keluargamu dan mari kira menikmati kegembiraan malam ini! " kata temannya sambil menariknya  untuk bergabung bersama yang lain.  Natanpun dengan senang hati mengikuti temannya untum berjoget dan bernyanyi. Alunan musik dan suara DJ mulai beraksi, diskopun dimulai.  Seketima itu para muda-mudi itu menari dengan semangat seakan  tidak ada masalah dalam hidup mereka.  "Natan,  minumlah ini!  Setelah itu kamu pasti akan merasa semua masalahnu akan menghilang! " Kata temannya itu sambil menjulurkan sebotol alkohol.  "Aku tidak pernah minum.  Apakah ini tidak akan membuatku kenapa-kenapa? " tanya Natan dengan ragu.  "Hanya sedikit mabuk.  Masak kamu takut?  Bukankah kamu itu lelaki tulen? " Kata temannya yang menyindirnya.  "Tapi,  Mamaku melarang untim menyentuh minuman beralkohol.  Jika dia tau aku habis minum,  pastinya Mama akan menangis dan aku tidak ingin Mama menangis." Kata Natan menolak minuman beralkhol itu. "Hahahah...  Dasar anak Mami.  Disini tidak ada Mama mu bagaimana dia akan tau?  Selama kamu tidak memberitanunya maka dia tidak akan tau.  Selain itu,  kamu malam ini mau tidur di Apartemenmu kan,  jadinya dia tidak akan taulah!  Kalau kamu tidak minum maka pulanglah?  Karena kami tidak butuh anak mami sepertimu,  lembek dan pengecut "Kata temannya itu. "Aku bukan pengecut!  Aku akan meniumnya sekarang juga! "kata Natan dengan geram. Ia pun langsung mengambil sebotol alkohol itu lalu meminumnya sampai habis.  "Hahahah...  Kamu hebat Natan? " Suara tepuk tangan mengiringi raut wajah buruk Natan yang merasakan aneh dengan rasa alkoh yang dia baru saja minum.  'Sial...  Kenap pahit sekali.  Tapi,  kenapa rasanta aku ingin minum lagi?' Batin Natan. "Ayo minum lagi! " Kata temannya sambil menuangkan alkohol lagi ke gelasnya yang kosong.  Tanpa ragu Natan meminumnya lagi sampai habis hingga ia menghabiskan 6 gelas. Seketika itu ia mabik berat hingga terkapar di meja. Teman-temannya tertawa terbahak -bahak.  Tanpa ragu mereka pun segera membawa Natan pergi dari Diskotik itu.  Setelah jauh neninggalkan area Diskotik. Teman yang baru dia kenal itupun meninggalkannya di jalan lalu membawa mobilnya kabur.  Menyadari dirinya di rampok, Natan berusaha membuka matannya lebar -lebar.  "Yaaaaa...  Kalian brengsek!  Kenapa kalian mengambil mobil bariku?  Yaaaa...�� Kebambikan mobilku! "Teriak Natan dengan frustasi.  Ponselnya juga di ambil oleh orang-orang itu.  Natan menangis dan menyadari kalau dia sudah salah. Dia menyesal melanggar larangan keras Ibunya.  Sekarang,  apa yang akan terjadi padanya?  Mulai dari mobil hingga dompetnya dibawa pergi oleh orang -orang itu.  Mereka tidak tau siapa yang mereka rampok.  Sekarang dia terlunta-lunta ditengan jalan yang sepi dan dingin.  Tidak ada bedanya dengan gembel yang memakai pakaian mewah.  "Aaarrggg...  Kenapa hidup ini tidak adil untukku?  Kenapa harus mengalami hal begini? Mama ... Kakak...  Kalian dimana?  Aku tidak  tau harus apa sekarang? "Teriak Natan sambil berjalan dengan sempoyongan.  Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh.  Natan akhirnya rebah di pinggir jalan karena sudah tidak sanggup lagi untuk berjalan.  Tepat saat itu.  Yumi melihatnya ketika dia berada di dalam taxi. Kebetulan Natan bersandar di tempat yang cukup terang.  "Natan? " Ucap Yumi sambil memperhatikan Natan dari balik kaca taxi.  "Pak tolong berhenti sebentar! "Seru Yumi dengan tiba-tiba.  Supir taxi pun segera berhenti. Seketika itu, Yumi  turun dari taxi dan berlari menghampiri Natan.  "Natan,  kamu kenapa duduk disini?  Ada apa denganmu? "Tanya Yumi sambil memegang wajah Natan untuk membangunkannya sebab ia sudah dam keadaan tidak sadar.  Melihat Natan tidak meresponnya. Yumi menjadi semakin panik.  Dia pun meminta tolong oada supir taxi agar membantunya membawa Natan masuk. "Kita mau kemana Nona?" Tanya supir taxi itu.  Yumi terdiam kebingungan. Dia ingin membawanya kembali ke rumah Julian yang baru saja dia datangi untuk mengembalikan semua barang -barang Qiara.  Tapi,  dia takut Natan akan kena marah oleh Julian.  Sedang rumah besar keluarga Natan dia tidak tau. "Natan,  aku harus membawamu pukang kemana?  Aku tidak mungkin membawamu ke Asrama. Aku ingin menelpon temanmu tapi ponselku ketinggalan,  bagaimana ini? " Tanya Yumi sambil menepuk wajah Natan agar dia tersadar.  "Natan. Apakah aku harus membawamu pulang ke rumah Tuan Ju? "Tanya Yumi lagi.Mendengar pertanyaan Yumi.  Natan tiba- tiba memegang tangannya dan membuka mata pelan.  "Bawa aku pulang ke Apartemen Mawar!  Lokasinya ada di Lantai 10 nomer 12. Itu Apartemenku yang tidak diketahui oleh orang tuaku kecuali kakak perempuanku. "kata Natan dengan nada suara yang lemah.  Mendengar apa yang dikatakan Natan.  Yumi langsung menoleh pada pak supir.  "Tolong bawa kami ke Apartemen Mawar? "seru Yumi dengan panik.  "Itukan kawasan Apartemen elit?" tanya supir taxi itu yang bebebrapa kali masuk ke kawasan itu untuk mengantar penumpang.  "Saya kurang tau.  Tapi,  teman saya tinggal diasana. Jadi,  tolong bawa kami kesana sesegera mungkin! "jawab Yumi yang merasa kesal karena supir taxi itu banyak bertanya.  "Baik Nona! "Setelah itu supir taxi itu pun membawanya pergi menuju Apartemen itu.  Tidak lama kemudian,  mereka sampai di depan Apartemen itu.  Dengan segera Yumi memapah Natan yang setengah sadar untuk masuk ke Apartemen itu setelah membayar ongkos ke taxi itu. "Maaf Mbak!  Teman saya sepepertinya sudah kerampokkan.  Jadi,  bisakah anda memberikan duplikat kunci kamarnya? "tanya Yuki ketika berusaha menggeledah Natan untuk mencari dompetnya."Atas nama siapa? "Tanya resepsionis itu dengan ramah.  "Jhonatan Al Vero. Kamarnya dilantai 10 nomer 12." Jawab Yumi.  Mendengar jawaban Yumi.  Sang resepsionis itu memperhatikan lelaki yang di papah oleh Yumi.  "Tolong rahasiakan kejadian malam ini! Aku tidak mau ada yang tau kalau kakak sepupuku ini sedang mabuk. "Kata Yumi dengan ekspresi  memohon. Dia sengaja memanggil Natan sebagai sepupunya karena dia tidak ingin Natan di cap buruk oleh orang lain.  "Anda jangan khawatir! Kami sangat profesional  dalam bekerja.  Kami merahasiakan semua yang terjadi di dama. Apartemen ini karena itu adalah peraturan.  Lagi pula,  kami tidak mau bermasalah dengan Tuan Ju."jelas resepsionis  itu meyakinkan Yumi agae tidak cemas.  Resepsionis  itu merasa ragu kalau Yumi adalah sepupu Natan,  karena setaunya semua keluarga besar Natan tidak ada yang gendut atau jelek. Sedang Yumi terlihat biasa saja san gendut.  "Terimakasih!  Kakay begitu,  bisakah saya mengambil kuncinya! " kata Yumi yang sudah kewalahan menopang Natan.  "Ini kuncinya! " kata Resepsionis itu seraya menyeragkan kunci berupa kartu kecil itu. "Terimakasih! " Setemah mengucap kata terimkasih.  Yumi pun langsung memapah Natan menuju lift.  "Ummm...  Panas! ""Apa? "Tanya Yumi yang merasa nendengar apa yang Natan katakan.  "Panas...  " "Panas?  Maksudmu apa?" tanya Yumi sambil mekperhatikan wajah Natan.  "Aku kenapanasan ..." Jawab Natan sambil membuka kancing bajumu nya.  "Hei ... Apa yang kamu lakukan?  Jangan bajumu! "Kata Yumi menahan tangan Natan agar tidak melanjutkan apa yang dia lakukan.  Natan pun berhenti seketika. Yumi bisa bernafas lega sekarang melihat Natan kembali tenang.  Tidak lama kemudian,  mereka sampai di depan pintu kamar Natan.  Dengan segera Yumi menggesek kartunya. Pintu kamar itu pun terbuka.  Setelah pintu terbuka,  Yumi langsug masuk ke kamar dan merebahkan Natan di atas tempat tidur. Namun,  dia ikur kebawa sehingga ia jatub daiaras Natan.  Tepar saat itu, Natan membuka mata dan menemukan wajah Yumi sangat dekat dengannya.  Tubuh Natan pun semakin panas. Sebenarnya, di dalam alkohol pertama yang diminumnya ada obat perangsang yang dimasukkan oleh teamn barunya itu.  Tidak heran dia mulai merasa kepanasan.  Tanoa menunggu lama lagi,  Natan sudah tidak tahan, ia pun segera menarik wajah Yumi, seketika itu ia memcium bibir Yumi dengan buas.  "Ummm...  Natan lepasin? "Kata Yumi sambil mendorong Natan.  Yumi berusaha untuk melarikan diri.  Tapi,  kekuatan Natan bertambah kuat efek obat perangsang yang dia minum.  Natan menarik tangan Yumi, setelah itu ia bangun lalu menindihnya.  "Natan,  jangan lakukan ini! " kata Yumi sambil menelungkupkan tangannya dengan ekspreai memohon.  Sayangnya,  permohonan Yumi tidak berguna sedikitpun.  Natan benar - benar dikuasi oleh obat perangsang itu sehingga ia tidak mendengar apa yabg dikatakan oleh Yumi.      
0


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.