Istri Kecil Tuan Ju

Merasakan Ketenangan



Merasakan Ketenangan

0Setelah puas bercengkrama dengan bayi yang ada di dalam perut ibu yang belum tau keberadaannya itu, Julian pun langsung merebahkan tubuhnya di samping Qiara dengan memasukkan lengan kirinya kebawah leher Qiara agar dijadikan bantal olehnya.     
0

Tidak lama kemudian, Julian memeluk pinggang Qiara lalu tertidur dengan pulas, seakan Qiara adalah obat tidur yang paling mujarab baginya.      

Keesookan paginya. Mentari mulai menunjukkan dirinya pada pagi, cahaya menyelinap di balik kelambu jendela Apartemen Natan.      

Yumi dan Natan masih tertidur dengan lelapnya dibawah satu selimut tanpa pakaian sambil berpelukan. Yumi semakin membenamkan wajahnya di dada bidang dan telanjang milik Natan karena merasa nyaman dan hangat.     

Tepat saat itu Yumi menyadari ada yang aneh. Dengan pelan membuka matanya dan menemukan wajahnya menempel di dada bidang seorang lelaki.      

"Ya ampun! Kenapa aku bisa tidur dalam keadaan seperti ini?" Yumi langsung kaget dan segera mendongak menatap wajah Natan. Seketika itu, kejadian semalam langsung teringat.      

'Ya Tuhan, apa yang sudah aku lakukan? Semalam aku sudah menyerahkan kesucianku pada Natan. Apakah ini awal kehancuran hidpuku? ' Batin Yumi sambil menutup wajahnya.      

Setelah itu, Yumi kembali mendongak menatap wajah dan tubuh Natan, untuk sesat Yumi terpesona melihat bibir seksi Natan.      

Tepat saat itu, Natan membuka matanya lalu melihat Yumi berada disampingnya dengan bingung.      

"Hei... Kenapa kamu ada disini" tanya Natan dengan ekspresi terkejut.     

Yumi segera menyadarkan dirinya dan berusaha untuk bangkit. Namun, dia merasa ada yang salah dengan tubuhnya. Ia pun dengan cepat memeriksa tubunya yang berada di balik selimut seketika itu kaget ketika menemukan darah di seperai itu.      

"Aarrggg ... " teriakan Yumi mengejutkan Natan.      

"Yumi ... Tolong jawab apa yang kamu lakukan disini? Dan kenapa kamu malah berteriak? " tanya Natan yang masih belum mengingat kejadian semalam.      

Mendengar pertanyaan Natan. Yumi pun langsung menarik selimut itu untuk menutupi tubuhnya yang telanjang.      

Natan juga kaget melihat dirinya berada dalam keadaan telanjang.      

"Yumi, jelaskan padaku apa yang terjadi pada kita kenapa kita telanjang begini? "Tanya Natan dengan geram dan dipenuhi oleh rasa takut.      

"Apa kamu lupa dengan apa yang kamu lukan padaku semalam? Kamu memaksaku untuk melayanimu! Aku menemukanmu di jalan dalam keadaan mabuk. Lalu, aku membawamu kesini atas petunjuk dirimu. Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa cek CCTV di Apartemen ini! " Jelas Yumi sambil menangis.      

"Kenapa kamu menangis" tanya Natan dengan bingung, karena sebenarnya dia masih belum mengingat apa yang sebenarnya terjadi semalam.      

"Bagaimana kalau aku hamil setelah ini? " tanya Yumi sambil terisak.      

Natan tambah bingung, ia menggaruk kepalanya karena dia tidak tau harus berkata apa.      

"Memangnya semalam aku sudah melalukannya padamu?"Tanya Natan dengan jantung yang berdebar karena ketakutan.      

"Iya. Kamu awalnya memaksaku, hingga akhirnya aku ikut terbuai olehmu. "Jelas Yumi dengan jujur.      

Natan menutup wajahnya sambil menunduk. Dia tidak menyangka akan mengambil kesucian orang yang dia hargai. Penyesalan demi lenyesalan menari-nari di hatinya.      

"Tenanglah! Karena kamu tidak mungkin hamil. Kitakan melakukanya hanya sekali jadi bagaimana bisa kamu hamil? " kata Natan dengan ekspresi yang rumit.      

Yumi mendongak menatap Natan seraya berkata dengan kesal.      

"Bagaimana bisa sekali kalau kamu melakukanya berulang kali dalam waktu satu malam. Semua badanku rasanya remuk. " ucap Yumi sambil terisak.      

"Kamu mengingatnya?" tanya Natan sambil mengerutkan keningnya.      

"Aku cukup sadar ketika kamu memaksaku, bahkan aku berteriak untuk memintamu berhenti, tapi kamu tidak mau sama sekali. " Jawab Yumi sambil menunduk malu.      

"Maafkan aku yang sudah tidam asadar. Tapi, jika pun kamu hamil, tolong gugurkan, karena masa depan kita masih panjang. Aku belum siap jadi ayah!" Kata Natan dengan entengnya.      

"Selain itu. Aku juga merasa sangat lemah dan lelah, kepalaku juga sakit karena semalam aku habis minum banyak. Jadi, anggap saja ini tidak sengaja begitu juga dengan adanya anak bayi, tapi semoga saja kamu tidak hamil" lanjut Natan dengan penuh harap     

"Benar katamu kalau aku tidak mungkin hamil, kita hanya melakukanya sekali, oleh karena itu lupakan apa yang terjadi diantara kita karena kita sama-sama tidak sengaja. Dan setelah ini aku tidak akan mengungkit kejadian ini. Kalau begitu aku akan segera pergi!" kata Yumi sambil memungut semua pakaiannya dan berlari ke kamar mandi yang ada di sebelah ranjang. Ia kecewa mendengar perkataan Natan. Ia fikir perhatian Natan selama ini karena ada perasaan. Namun, ia tega mengatakan padanya untuk aborsi ika hamil. Dia tidak mau jadi pembunuh jikapun pada akhirnya dia akan hamil. Namun, dia juga berharap tidak hamil.      

Natan hanya menatap kosong kearah kamar mandi, dia fikir malam ini memang harus dia lupakan karena semua terjadi atas ketidak sengajaan.     

Sementaraitu di rumah mewah Julian. Sepasang mata bergetar lalu terbuka sempurna. Ia menatap langit-langit kamar itu dengan heran.      

Tidak lama setelah itu ia menengok kearah kanan, seketika itu ia kaget melihat tangannya terpasang infus.      

"Dimana aku? Kenapa aku di infus begini? Tubuhku juga rasanya remuk dan capek banget. Perutku juga lapar. "Ucap Qiara dengan bingung karena seingatnya dia ada di Asrama kemarin.      

"Selamat pagi sayang! "     

Mendengar suara itu, mata Qiara membulat sempurna, ia lalu mencoba bangkit.      

"Ahhh... " Ringis Qiara karena ia merasa sakit dibagian tangannya.      

"Sayang, jangan bergerak dulu! Kamu masih sakit dan harus istiraht! " Kata Julian yang segera duduk di samping Qiara setelah meletakkan makanan yang dia bawa tadi.      

Qiara mengerutkan keningnya melihat Julian dengan bingung.      

"Bagaimana bisa aku ada disini? "Tanya Qiara dengan tatapan yang bingung.      

"Semalam kamu sakit. Temanmu keluar meminta bantuan, itulah sebabnya aku datang menjemputmu pulang. "Jelas Julian sambil tersenyum manis.      

Julian sudah rapi dengan jas mewahnya serta rambutnya yang rapi.      

"Kenapa kamu menjemputku? Apa kamu tidak berfikir orang akan memandangku seperti apa? Seorang Julian Al Vero menjemput gadis kecil sepertiku. Tidakkah kamu fikir orang akan curiga dengan hubungan kita?"Kata Qiara dengan memasamg wajah kesal.      

"Tenanglah! Mereka tidak akan mengetahui hubungan kita. Sekarang makananlah! Aku mebawakanmu bubur ayam."Kata Julian sambil mengambil bubur ayam yang baru saja dia bawa.      

Mendengar nama bubur ayam, perut Qiara terasa mual, ia pun merasa pusing dan mual-mual.      

"Sayang, apa kamu baik-baik saja?"Tanya Julian dengan panik seraya memegang kepala Qiara.      

"Kenapa aku merasa sangat mual mendengar kamu menyebut bubur? Kepala juga terasa pusing. Apa aku mengidap penyakit mematikan? Apa karena ini kamu memperhatikanku seperti ini? "Tanya Qiara sambil memegang perutnya dengan raut wajah yang pucat.      

Julian terdiam mendengar pertanyaan Qiara. Ia mulai bingung bagaimana dia harus menjelaskan tentang kehamilan Qiara. Jika ia memberitahunya, kemungkinan Qiara akan mengamuk sehingga berisiko membahayakan bayi dalam perutnya. Namun, jika tidak diberitahu, dia pasti akan merasa semakin bingung menghadapi tanda-tanda ngidam yang akan ditunjukkan seiring bertambahnya umur kehamilannya.      

"Julian, kenapa kamu diam? Apa aku benar-benar sedang mengidap penyakit yang mematikan? "Tanya Qiara dengan ekspresi ketakutan.      

"Aku akan memberitahumu saat kamu benar-benar sehat. Sekarang katakan apa yang ingin kamu makan! "kata Julian setelah menarik nafas dalam.      

"Aku tidak mau. Jangan harap perhatianmu ini akan membuatku luluh dan memaafkanmu yang sudah memarahiku kemarin. " Kata Qiara seraya memalingkan wajahnya.      

"Tolong maafkan aku! Aku tau kalau aku salah. Harusnya aku tidak membentakmu. Semua karena aku khawatir padamu. Mulai sekarang, aku tidak akan melalukannya lagi, aku akan lebih banyak di rumah untuk menemanimu hingga kamu sembuh. Apapun yang kamu inginkan aku akan wujutkan. "Kata Julian dengan sungguh-sungguh.      

Mendengar ucapan Julian. Qiara terdiam seraya memikirkan apa yang ingin dia putuskan. Tepat saat itu, ia tiba-tiba merasa sangat lapar dan menginginkan sesuatu.      

"Benarkah kamu akan mengujutkan semua keinginanku"Tanya Qiara sambil menoleh kearah Julian.      

"Tentu! Katakan saja apa yang kamu inginkan! "Sahut Julian sambil tersenyum lega karena Qiara mau bicara dengannya lagi.      

"Aku ingin makan es krim Vanila! "Ucap Qiara dengan memelas.      

Julian terdiam mendengar permintaan Qiara. Secara Qiara belum sarapan dan makan apapun sejak dia bangun.      

'Bagaimana ini? Dia harusnya sarapan atau minum susu hamil gitu, tapi kenapa dia malah meminta es krim? Aku harus bertanya sama Eka.' Batin Julian.      

"Yaaa... Aku pengen makan eskrim, kenapa kamu malah diam? Katanya kamu akan mengujutkan semua keinginanku. Tapi, kenapa kamu malah terlihat binging? "Tanya Qiara dengan mata yang berkaca-kaca.      

"Ohhh... Bukan begitu sayang. Aku akan membelikannya buatmu. Kalau begitu, aku akan minta Joni membelinya. "Kata Julian dengan terbata-bata.      

"Tunggu! " Qiara menghentikan Julian untuk menghubingi Joni.      

"Ada yang ingin kamu tambah? "Tanya Julian dengan heran. Karena sebenarnya dia ingin meminta Eka untuk segera datang. Sebab perjanjiannya datang itu jam 8. Sekarang masih jam 7 pagi.      

"Aku ingin kamu yang membelinya. Karena aku merasa akan lebih enak jika kamu yang membelinya." Kata Qiara sambil mengedip-ngedipkan matanya.      

Julian menarik nafas dalam. Ia tau kalau pagi ini Qiara lagi malas mengajaknya ribut, sehingga dia tidak keras kepala saat Julian mengatakan akan meberitahunya tentang penyakitnya nanti kalau dia sudah sembuh. Namun, Julian tidak menyangka Qiara malah merengek ingin makan eskrim yang langsung dibelikan oleh dirinya.      

"Baiklah, kalau begitu aku akan keluar membelinya. Kalau kamu mau ke kamar mandi, kamu bisa panggil pelayan untuk membantumu memegang infus. "kata Julian sambil mencium kening Qiara. .     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.