Istri Kecil Tuan Ju

Semakin Rumit



Semakin Rumit

0"Aku akan angkat telpon dulu karena ini dari Papa. Kamu lanjutkan saja makannya. " ucap Julian setelah melihat ID pemanggil, setelah itu ia langsung meninggalkan meja makan tanpa menungu jawaban Qiara.      
0

'Sepertinya itu telpon penting. Masa bodo lah, aku tidak perduli apa urusan orang tua sama anak itu. ' Batin Qiara sembari menikmati kembali buahnya.      

Di waktu yang sama. Julian sudah duduk di ruang kerjanya, dengan segera dia mengangkat panggilan itu.      

"Hallo Papa! " Sapa Julian setelah menggeser icon berwarna hijau di ponselnya.      

"Julian, urus keberangkatan adikmu ke Australia hari ini juga. Biarkan dia tinggal bersama tante dan adikmu disana. " Seru Tuan Jhosep dengan nada putus asa.      

Julian memicingkan mata mendengar perintah Papanya. Seingatnya, baru beberapa bulan yang lalu, ia diminta untuk membawa pulang Natan ke kota A setelah melarikan diri ke Amerika. Tapi, ada gerangan apa sehingga Tuan Jhonsep tampak putus asa.      

"Tunggu dulu Pa! Natan itu sudah dewasa, dia punya hari dan mimpi. Tidak selamanya dia harus patuh dengan apa yang kita suruh. Pa, katakan masalahnya dulu baru kita mengambil tindakan dengan tegas. " Kata Julian dengan bijak.      

Julian mencintai adiknya, sayangnya cara yang dia tunjukkan selalu disalah artikan.      

"Papa tidak bermaksud jahat padanya. Tapi, hari ini dia sangat mengecewakan Papa. " Kata Tuan Jhosep dengan lirih. Ia tidak bisa mentolerin ini jika bocor ke publik.      

"Memangnya apa yang Natan lakukan? Bukankah beberapa hari yang lalu dia sudah minta maaf dan kembali pulang ke rumah? " Tanya Julian dengan nada suara yang pelan.      

"Dia sudah meniduri anak perempuan orang. Papa khawatir wanita itu akan mengancamnya atau membeberkan ke publik. Papa akan terlihat menjadi orang tua yang gagal. Dan satu hal lagi, jika Mamamu tau akan hal ini, dia pasti jatuh sakit. "Jelas Tuan Jhonsep dengan menekankan pada titik masalahnya.      

"Papa tau darimana? "Tanya Julian lagi yang merasa heran dengan kabar yang dia terima dari sang Ayah.      

Seingatnya cuma dia dan anak buahnya yang tau. Kecuali, salah satu diantara mereka membocorkan berita ini.      

"Ada Papa razi yang datang pada Papa. Dia memperlihatkan buktinya kepada Papa. Di foto itu Natan terlihat membawa gadis iti masuk ke sebuah kamar dan tidak keluar dari kamar hingga pagi. Apa kamu tau tentang ini? "     

Julian megepalkan tinjunya. Ia tidak bisa memaafkan Papa razi itu karena telah berani mengancam keluarganya.      

"Aku akan mengurus semuanya. Papa fokus saja untuk pemilihan yang tinggal sebentar lagi. Karena aku tidak mungkin memaksa Natan lagi untuk meninggalkan Negara ini. " Kata Julian sambil menarik nafas dalam.      

"Kalau memang kita tidak bisa memaksa. Maka, hanya ada dua pilihan. Pertama kita usir perempuan itu dari kota ini, atau bungkam mulut Papa Razi itu. " kata Tuan Jhosep.      

"Mana yang lebih ingin Papa lakukan? "Tanya Julian dengan tatapan yang tajam.      

"Papa akan melakukan dua-duanya dengan cara Papa. Jadi, kamu tidak perlu ikut campur kali ini, karena ini sudah menjadi tanggung jawab Papa sebagai kepala keluarga. Baiklah, Papa tutup dulu karena harus menghadiri rapat pagi ini."     

Setelah mengatakan itu, Tuan Jhosep menutup panggilannya tanpa menunggu apa yang akan dikatakan Julian selanjutnya.      

'Ummm... Apa yang akan Papa lakukan? Tidak biasanya dia mau turun tangan untuk membersihkan semua urusannya. 'Batin Julian.      

Seusai membatin, Julian segera keluar dari ruang kerjanya untuk menemui Qiara yang ternyata masih memakan buah.      

Tepat saat dia sampai dia ruang makan. Julian mengerutkan keningnya ketika melihat Qiara menghabiskan jeruk yang jumlahnya ada sekitar sepuluh buah itu.      

"Sayang, apa kamu hobi maka jeruk? Seingatku jeruk itu asam sekali. Apakah enak? " tanya Julian seraya duduk kembali di kursinya yang semula sambil memperhatikan Qiara dengan heran.      

Qiara terdiam mendengar pertanyaan Julian. Ia langsung melihat kulit jeruk yang sudah dia kupas.      

"Ohhh... Astaga? Kenapa aku makan semuanya? Seingatku jeruk adalah buah yang paling tidak aku suka. Tapi, kenapa sekarang rasanya sangat enak dan aku ingin nambah terus? Malahan aku benci melihat butiran nasi. Ada apa denganku? " Kata Qiara sambil mengunyah jeruknya dengan eskptesi cemberut.      

Julian menarik nafas dalam saat mendengar pertanyaan Qiara. Dia lupa kalau istrinya sekarang sedang hamil muda.      

'Yang aku tau, orang hamil akan sering muntah dan susah makan. Tapi, Qiara beda. Dia hanya menunjukkan tubuh yang kadang melemah tapi tidak pernah muntah kecuali memcium bau susu dan bubur. Apakah calon anakku laki-laki? Katanya kalau laki-laki, maka ibunya akan terlihat kuat seakan tidak sedang hamil. 'Batin Julian sembari memperhatikan wajah istrinya yang semakin menggemaskan.      

"Tidak ada apa-apa denganmu. Mungkin saja seleramu sudah berubah. Oh iya, kamu tidak perlu kembali ke Asrama karena malam itu teman kamarmu sudah mengembalikan semua barang-barangmu. "Kata Julian yang baru mengingat soal Asrama.      

"Teman kamarku? Apakah dia datang kesini? Atau, dia tau hubunganku denganmu? "Tanya Qiara dengan raut wajah yang tegang.      

"Tidak, ia hanya datang membawa kopermu lalu pergi malam itu juga. Sepertinya kamu cukup dekat dengannya. " Jawab Julian.      

"Syukurlah. "Ucap Qiara seraya bernafas lega. Setelah itu ia melanjutkan kembali perkataannya,     

"Iya, aku sangat dekat dengan kak yumi. Dia perempuan yang baik hati, cerdas dan pekerja keras. Selain itu dia sangat pandai bernyanyi. Dia juga sering membantuku untuk menyelesaikan tugasku. " Jelas Qiara sambil mengingat betapa baiknya Yumi padanya saat di kampus.      

"Yumi? " Tanya Julian dengan perasaan aneh.      

"Iya, namanya Nimas Ayumi. Dia mahasiswi beasiswa di Kemas. Selain itu, aku adalah teman pertamanya, karena selama kuliah di Kemas dia dikucilkan karena dianggap jelek     

 Padahal dia hanya gendut. "Jelas Qiara dengan cemberut.      

Julian terkejut mendengar apa yang dikatakan Qiara. Dia fikir sudah salah menilai Yumi saat dia melihat rekaman CCTV Apartemen itu.      

Karena tidak ada masalah yang muncul setelahnya, ia pun membiarkan yumi lolos dan tidak mengganggunya.      

Mendengar cerita Qiara tentang Yumi yang selalu membantunya. Julian jadi gelisah karena dia ingat Papa nya akan mengambil tindakan buat perempuan yang sudah Natan tiduri.      

"Umm... Sayang, apakah kamu punya kontaknya Yumi? " Tanya Julian.      

Qiara terdiam sesaat karena dia merasa aneh kenapa Julian mencari nomer Yumi padanya, padahal mereka tidak saling mengenal.      

"Tunggu dulu! Kenapa kamu menayakan kontak Yumi? Apa jangan-jangan .... "      

"Apakah kamu sedang cemburu sayang? Hahaha ... Aku tidak akan pernah melakukan apa yang ada di fikiranmu. Aku hanya ingin berterimakasih karena dia sudah baik padamu. Karena malam itu aku juga tidak sempat berterimakasih padanya. "Jelas Julian sambil tersenyum.      

"Ohhh... Begitu. Baiklah, akan aku kirim kepadamu." Kata Qiara seraya membuka ponselnya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.