Istri Kecil Tuan Ju

Tidak apa-apa!



Tidak apa-apa!

0Rena adalah manusia yang tidak Perduli dengan pandangan orang lain terhadapnya. Selagi ia merasa senang maka ia akan melakukannya tanpa banyak bicara.      
0

Tidak lama kemudian, Rena pun pergi meninggalkan tempat itu dengan sangat kesal.      

Sementara itu, Qiano mengajak Qiara dan Yumi untuk duduk disalah satu tempat duduk yang cukup jauh dari tempat perdebatan tadi.      

"Qiara ... Apa kamu sudah benar-benar sehat? " tanya Yumi sambil memegang wajah Qiara.      

"Apa? Qiara sakit? Kapan? "Tanya Qiano dengan kaget ketika mendengar pertanyaan Yumi terhadap Qiara.      

"Hahah... Aku cuma kelelahan saja. Oh iya, maaf ya No, aku harus segera masuk karena aku ada mata kuliah pagi. Kita ngobrolnya nanti saja ya! " Kata Qiara seraya menarik tangan Yumi untuk pergi.      

"Tapi... " Qiano tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena Qiara dan Yumi sudah pergi begitu cepat.      

Tidak lama setelah itu ia pun pergi menuju ruang kelasnya karena dia juga ada jadwal kuliah pagi.      

"Ra, kamu sepertinya ketakutan saat mendengar pertanyaan lelaki tadi. Apa ada sesuatu antara kamu dengannya? " tanya Yumi sambil berjalan dengan Qiara.      

"Dia itu musuh bebuyutanku waktu SMA. Jadi, aku tidak mau dia terlalu tau banyak tentangku. Oh iya, kakak bagaimana kabarnya? "ucap Qiara.      

Mendengar pertanyaan Qiara. Yumi menunduk karena selama seminggu ini, ia merasa tidak baik. Natan menjauhinya dan ia malu kembali bekerja di Restauran temannya Natan.      

"Apa ada masalah? Atau, kakak di ganggu sama Natan? " tanya Qiara dengan curiga.      

"Hahhaa... Enggak kok. Oh iya, aku harus pergi sekarang, karena hari ini aku ada jadwal kuliah pagi. Sampai jumpa Qiara!"      

Yumi melarikan diri dari Qiara karena dia tidak ingin melibatkan Qiara dengan masalahnya, apalagi Julian dengan tegas mengingatkannya agar tidak membuat Qiara cemas.      

'Ummm... Dia kenapa? Apa ada yang salah dengannya?' Batin Qiara seraya menggaruk lehernya.      

Tidak lama setelah itu, Qiara melanjutkan perjalanannya menuju kelas.      

Tepat saat akan memasuki pintu fakultasnya, Qiara melihat Natan dari kejauhan. Seketika itu ia teringat Julian dan merasa sangat rindu sampai dadanya terasa sesak.      

'Ahhh... Ada apa dengan hatiku? Kenapa aku merasa sangat ingin bicara sama Julian? Aku juga ingin memeluknya dengan segera, apa aku salah minum obat hari ini? Ahhh ... Aku ingin menelponnya. 'Batin Qiara seraya berusaha berperang dengan harinya serta menahan diri agar tidak terlihat murahan, begitu fikirannya.      

Karena tidak bisa menahan dirinya lagi sambil jalan menuju kelas. Qiara pun segera menghubungi Julian.      

Tepat saat itu Julian sedang ada rapat. Untungnya, dia tidak mematikan ponselnya karena dia tidak ingin melewatkan kabar tentang Qiara dari orang suruhannya.      

Ia mengerutkan keningnya ketika melihat siapa yang memanggilnya karena ini yang pertama kalinya Qiara menghubunginya di jam segini.      

"Kalian lanjutkan saja dulu! Aku akan angkat telpon sebentar. " Setelah mengatakan itu pada semua orang diruang rapat, Julian segera keluar.      

Dengan cepat Julian menggeser icon hijau di ponselnya karena dia tidak mau mendengar omelan Qiara.      

"Hallo sayang? Ada apa kamu menelpon? "tanya Julian.      

"Aku merindukanmu dan sangat ingin memelukmu. Ini bukan kemauanku secara sadar, sepertinya aku salah minum obat makanya mengatakan hal yang tidak ingin aku katakan. "Jawab Qiara dengan belak-belakan.      

Mendengar pengakuan Qiara yang sangat jujur. Julian tersenyum karena dia bisa menebak kalau Qiara pasti lagi ngidam, tapi dia tidak sadar.      

'Bayi yang pengertian. Tau saja kalau Papanya memang ngangenin. ' Batin Julian.      

"Apa aku harus menemuimu lalu memelukmu? " Tanya Julian.      

"Tidak usah. Aku akan tutup sekarang!" kata Qiara dengan kesal.      

Setelah itu, ia langsung menutup telponnya lalu berusaha melupakan Julian.      

Tidak lama kemudian, Qiara pun masuk kekelasnya lalu duduk di samping Vega yang merasa senang karena ia sudah kembali masuk kuliah.      

Tidak lama setelah itu, kuliah hari iti selesai dan berjalan dengan baik, ia pun langsung keluar bersama Vega karena tiba-tiba dia merasa sangat lapar.      

"Haloo Qiara! Apa kita bisa kita bicara? "     

Mendengar pertanyaan itu, Qiara pun langsung menoleh ke sumber suara. Seketika itu, ekspresi Qiara menjadi rumit ketika melihat Feny muncul di Fakultasnya sedang Feny memilih jurusan yang sama dengan Qiano.      

"Katakan! "     

"Tapi, tidak di sini" sahut Feny dengan nada suara yang lembut sebab dia sangat menjaga sikapnya demi nama baik yang harus dia jaga.      

Qiara menjepit alisnya, dia benar-benar muak melihat wajah sok polosnya Feny.      

"Kalau enggak di sini maka tidak ada tempat yang lain."     

Feny merasa frustasi menghadapi sikap menyebalkanya Qiara, akhirnya ia mengiyakan permintaan Qiara dengan anggukan. Namun, sebelum bicara, ia memastikan kalau disekitarnya tidak ada orang yang akan melihatnya.      

"Oke, kita bicara di sini!"     

"Kamu punya waktu 60 detik! "Ucap Qiara seraya menyeringai kearah Feny.      

"Tolong jauhi Qiano! Aku tidak suka kamu bersamanya seperti tadi juga! Jangan saingan denganku di kampus ini juga, cukup waktu SMA saja. Jika tidak, aku akan membuatmu susah. " kata Feny dengan jelas dan terang.     

Mendengar permintaan Feny, Qiara menyipitkan matanya dengan heran.      

"Siapa kamu yang berani memerintahku seperti itu? " ucap Qiara.      

"Aku Feny, gadis yang di cintai oleh kak Qiano sekarang ini, jangan kira aku akan mengaku kalah hanya karena waktu SMA, Qiano lebih dekat denganmu. "Jawab Feny dengan tatapan sinis.      

Qiara menarik nafas dalam, dia tersenyum pahit mendenagar bualan Feny, karena ia tau betul siapa Qiano. Jika bukan bersama dia, setidaknya Qiano akan menemukan gadis yang lebih baik dari dirinya.      

"Yaaa.. Gadis menyebalkan! Aku peringatkan padamu sekali lagi! Aku itu bukan lawanmu, soal kamu dan Qiano menyukai Qiano itu urusanmu, tapi aku tetap yang terbaik dihati Qiano. Saran saya sih kamu harus segera bangun dari mimpimu karena kamu tidak akan bisa mendapatkan cinta Qiano secara kamu tidak lebih dari perempuan yang tidak layak mendapatkan Qiano. Tidak dengan kecerdasanmu, tidak pula dengan kekayaanmu. "      

"Ternyata kamu masih belum berubah. Aku fikir kuliah di kampus elit bisa membuatmu berubah. Tapi, kamu masih saja menjadi gadis bar-bar yang tidak ada bedanya dengan sampah yang harus segera di singkirkan sebelum merusak lingkungan kampus. " Kata Feny seraya tersenyum licik.     

"Siapa bilang Qiara parasit? " Ucap Qiano menimpali perkataan Feny, seketika itu Qiara dan Feny pun langsung menoleh kearaah Qiano yang tiba-tiba sudah ada diantara mereka.      

Semua teman-teman mereka juga mulai berkumpul untuk menyaksikan perdebatan antara Qiara dan Feny yang tampak sangat serius. Sedangkan Vega hanya diam untuk mengamati apa yang sebenarnya mereka bicarakan.      

Tepat saat itu juga, Orlin yang ingin datang menemui Qiara untuk minta maaf malah berhenti saat melihat beberapa mahasiswa berkumpul.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.