Istri Kecil Tuan Ju

Rumah yang aneh



Rumah yang aneh

0Mendengar saran dari Rena yang cukup masuk akal. Qiano terdiam sejenak, karena sejujurnya dia kelelahan dan sangat mengantuk.      
0

Tepat saat itu hujan tiba-tiba turun deras, seketika itu Rena memaksa Qiano untuk masuk ke rumahnya. Karena tidak punya pilihan lain, Qiano pun bergegas mengikuti Rena berlari masuk ke rumahnya.      

Hujan tidak pernah turun kebetulan layaknya yang diatur oleh sutra dara di drama. Hanya saja, malam ini hujan turun karena memahami perasaan lelah yang Qiano rasakan. Bukan hanya fisiknya melainkan hatinya.      

"Masuk? " seru Rena ketika mereka sudah sampai di depan pintu rumah megah Rena.      

Qiano terdiam sambil menatap pintu dengan perasaan yang tidak menentu.      

"Kenapa diam? Hujan semakin deras, kalau terus di luar kamu bsia sakit." Kata Rena yang mulai cemas melihat Qiano yang tidak juga memberinya jawaban.      

"Apa di rumah ini hanya ada kamu? "Tanya Qiano dengan sedikit khawatir.      

Wajar dia bertanya begitu karena dia lelaki normal, dia takut tidak bisa menahan diri saat dia hanya berdua dengan seorang wanita dalam suasana yang sangat mendukung seperti ini. Dia masih teringat bagaimana dia yang hampir tidak bisa mengontrol dirinya saat bersama Rena di rumahnya.      

Rena tersenyum ketika mendengar pertanyaaan Qiano, dia tau apa yang di kahwatirkan lalaki seperti Qiano. Dia tau juga bagaimana Qiano ingin menghormatinya dan itu membuat Rena merasa semakin jatuh hati.      

"Aku memang tinggal sendiri tanpa keluarga. Akan tetapi, aku tidak mungkin mengurus rumah sebesar ini sendirian. Jadi, aku menyewa asisten rumah tangga dua orang , satu satpam dan satunya supir. " Jelas Rena sambil tersenyum.      

Mendengara apa yang Rena katakan, Qiano langsung menoleh padanya. Seketika itu Qiano merasa tersihir dengan senyum yang baru pertama kali dia lihat itu. Rena, adalah gadis aneh yang bahkan lebih gila dari Qiara menurutnya karena dia pemarah dan tidak pernah tersenyum, tapi kali ini diantara derasnya hujan dan lampu yang terang, Qiano akhirnya bisa melihat senyum Rena.      

"Hanya sampai hujan reda." Kata Qiano.      

Rena pun, langsing mengangguk karena yang terpenting baginya adalah Qiano mau masuk dan beristirahat.      

Tidak lama setelah itu mereka berdua masuk kedalam rumah. Qiano tertegun melihat rumah yang sunyi dan tidak ada rasa hangat yang dipancarkan oleh aura rumah itu. Sangat kelabu seakan tidak ada keceriaan didalamnya.      

"Duduklah dulu! Aku akan meminta pelayan untuk membuatkanmu teh!" Kata Rena seraya mempersilahkan Qiano untuk duduk di sofanya.      

Tanpa mengatakan apapun, Qiano langsung duduk sembari memperhatikan setiap penjuru rumah itu.      

'Apakah ini rumah hantu? Katanya ada dua orang pelayan disini, tapi kenapa rumah ini seperti tidak terawat sama sekali. Warna cat yang digunakan sangat kalem, selain itu aku tidak bisa merasakan ada kehangatan dalam rumah ini.' Batin Qiano dengan heran.      

"Hujan semakin deras dan malam semakin larut. Jadi, aku mohon menginaplah disini! Aku punya banyak kamar kosong disini. Bagaimana? " Kata Rena setelah kembali dari dapur.      

"Ohhh... Astga... Kenapa kamu mengagetkanku? " tanya Qiano dengan eskpresi yang buruk.      

"Maaf! Apa kamu sedang mengahayal tadi? Aku fikir kamu menyadari kedatanganku." sahut Rena dengan cemberut.      

"Tidak. Aku bukan hantu yang bisa merasakan kehadiran orang."Jawab Qiano seraya memalingkan wajah dari Rena.      

"Kalau hantinya aku bagaimana?"     

Mendengar pertanyaan Rena, Qiano langsung nenoleh kepadanya. Seketika itu ia terkejut lagi saat melihat Rena menutup wajahnya dengan rambut panjanga nya sambil tersenyum.      

"Yaaa ... Kenapa kamu mengagetkanku lagi? Tidak bisakah kamu bersikap normal sedikit?" Kata Qiano yang berhasil di buat kaget oleh Rena untuk yang kedua kalinya.      

"Kamu sih menyebut hantu. Hehe... Oh iya, apa kamu takut hantu?" Kata Rena lagi yang mulai mengejek Qiano.      

"Lupakan! Aku tidak akan menjawab pertanyaanmu. Sebaiknya kamu tunjukkan dimana kamarku karena aku sudah sangat mengantuk. " Kata Qiano yang mulai mengalihkan pembicaraan.      

Rena terdiam karena dia tidak ingin membuat Qiano marah-marah. Ia pun menarik nafas dalam lalu tersenyum kembali.      

"Ikuti aku! Aku akan tunjukkan dimana kamarmu! "     

Mendengar apa yang dikatakan oleh Rena, Qiano pun segera berdiri lalu mengikutinya dari belakang.      

Sepanjang perjalanan menuju kamarnya, Qiano semakin merasakan ada keanehan di rumah yang mirip istana ini. Luas banget tapi angker. Beberapa lukisan yang mungkin lukisan Rena terpanjang di dinding rumah itu. Qiano mengakui akan keindahan karya seni Rena yang menakjubkan dengan lukisan tanganya sendiri.      

"Ini kamarmu! Aku sengaja memilihkanmu yang lebih dekat dengan kamarku, sehingga kamu bisa membangunkanku jika kamu butuh sesuatu." Kata Rena setelah membukakan pintu kamar itu untuk Qiano.      

"Umm... Apakah kamu pernah membawa teman kamu kesini sebelumnya?" Tanya Qiano yang mulai penasaran dengan kehidupan pribadi Rena.      

"Tidak. Kamu yang pertama. "Jawab Rena tanpa emosi.      

"Kenapa? Apa kamu tidak punya teman? "      

"Teman? Aku tidak percaya dengan yang namanya teman. Mereka baik didepan namun menusuk dibelakang. Kebanyak manusia itu menggunakan topeng. "Jawab Rena dengan sinis.      

"Baiklah, aku akan masuk sekarang! "Kata Qiano yang merasa aneh jika meneruskan obrolan.      

"Selamat istirahat! " Sahut Rena.      

Qiano pun langsung mengangguk dan bergegas masuk ke kamarnya. Sedang Rena berjalan dengan pelan menuju kamarnya.      

Di dalam kamar itu, Qiano langsung merebahkan tubuhnya di ranjang yang tampak sudah lama tidak dipakai. Interior unik disetiap sudut rumah itu membuat tanda tanya besar di kepalanya. Ia semakin penasaran dengan hidup Rena.      

Karena mersa lelah, Qiano pun memjamkan matanya dan berusaha melupakan semua hal yang baru saja menjadi pertanyaan di otaknya.      

Waktu terus berlalu, pagi pun menjelang membawa matahari untuk menepati janjinya.      

Qiara terbangun dan menemukan Julian masih tertidur di sampingnya, ia pun tersenyum sambil mencubit pipi Julian. Seketika itu Julian membuka matanya dan menemukan Qiara yang menatapnya dengan lembut.      

"Pagi sayang! Apakah tidurmu nyenyak? " Tanya Julian setelah mencium kening Qiara.      

"Ummm... Nyenyak sampai aku lupa jam berapa kita pulang semalam. "Jawab Qiara.      

"Khemm... Kenapa kamu begitu cepat tertidur dan kalau sudah tidur sangat susah dibangunin." Tanya Julian yang lupa kalau istrinya itu sedang hamil.      

"Aku juga bingung dengan diriku. Kenapa aku bisa seperti ini? Bawaannya mau makan saja dan tidur. Apakah ada masalah denganku? Atau, aku perlu priksa ke rumah sakit? Bagaimana pendapatmu? " jelas Qiara dengan ekspresi kebingungan.      

Julian terdiam mendengar cerita istrinya. Ia baru ingat kalau itu kemungkinan efek bayi dalam perutnya.      

'Astaga ... Kenapa aku bisa lupa? Istriku sedang hamil, kemungkinan ini efek dari bayi di dalam perutnya sebagai ganti mual. Karena, dia tidak pernah mual-mual kalau aku perhatikan. ' Batin Julian.      

Qiara menatap Julian sambil memicingkan matanya, ia merasa heran dengan Julian yang tiba-tiba diam.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.