Istri Kecil Tuan Ju

Bercinta



Bercinta

0"Aku percaya padamu hari ini hingga hari beberapa tahun kedepan jika kamu tidak membuatku kesal, heee ... " Ucap Qiara.     
0

Setelah mengatakan itu, Qiara langsung mencium bibir Julian. Seketika itu Julian tersenyum geli melihat istrinya yang memulai duluan untuk yang kedua kalianya dan itu sesuatu buatnya. Tidak mau kalah, Julian pun membalas ciuman itu dengan lembut, setelah itu dengan pelan juga dia melepas semua pakaian Qiara yang melekat di tubunya.     

Setelah itu dengan nafsu yang membara Julian merayapi tubuh Qiara, namun demi anaknya dia berusaha mengontrol diri dan melakukan nya dengan lembut.     

Setelah lama tidak melakukannya, Julian dan Qiara melepaskan kerinduan mereka dengan saling membahagiakan di tempat tidur.     

Waktu terus berlalu. Sudah satu minggu Qiara menginap di rumah Renata. Sayangnya, Renata tidak bisa membaca kalau anaknya lagi hamil karena Qiara tidak pernah menunjukkan tanda kehamilan yang dominan, ia hanya lebih bayak tidur dan makan. Karena sudah tidak sabar untuk kembali kuliah, Qiara pun meminta Julian untuk segera menjemputnya.     

Tidak lama setelah menempuh perjalanan jauh, Julian pun sampai di rumah Renata.     

"Pagi Mama! " sapa Julian sambil berjalan mendekat ke ruang tamu setelah itu duduk di seberang Renata yang sudah lebih dulu duduk di ruang tamu, untungnya pintu tidak di kunci sehingga Julian bisa masuk setelah mengetuk pintu tiga kali.     

"Julian, kamu datang mau jemput Qiara kan?" tanya Renata dengan ramah dan senyum yang merekah melihat kedatangan menantu kesayangannya itu.     

"Iya Ma! Selain itu aku juga ingin menjenguk Mama. Apakah Mama sehat? " jawab Julian setelah mencium punggung tangan Renata.     

"Seperti yang kamu lihat, Mama baik-baik saja, akan tetapi fikiran Mama yang tidak sehat. Bagaimana tidak, istrimu sangat aneh belakangan ini. Dia lebih banyak makan dan tidur daripada nemenin Mama." jawab Renata sambil menggelengkan kepalanya. Julian tersenyum karena itu pasti efek dari kehamilannya. Dia sengaja tidak memberitahu mertuanya sebelum janin benar-benar kuat. Dia berharap Qiara tidak segera sadar kalau dia sedang hamil.     

Tepat saat itu, terdengar suara tangis Qiara. Mereka berdua pun langsung menatap kearah pintu kamar Qiara dengan panik.     

"Qiara, ada apa denganmu? Kenapa kamu nangis?" tanya Renata dengan khawatir. Qiara tidak menjawab, dia malah memeluk Ibu nya, setelah itu menyandarkan kepalanya. Julian belum membuka mulutnya untuk bicara karena memberikan waktu pada Qiara untuk bermanja sebelum dia membawa Qiara pergi.     

"Qiara, katakan ada apa denganmu!" tanya Renata lagi dengan ekspresi yang semakin panik.     

"Aku kalah main game. Padahal aku sedikit lagi akan meneng, tapi aku ketiduran. " jelas Qiara sambil terisak. Julian dan Renata, saling pandang, sedangkan, mereka menggeleng-gelengkan kepalanya karena heran kenapa Qiara menangis hanya karena kalah main game.     

Julian khawatir kalau anaknya akan menyukai game juga.     

"Kamu kalah main game?" Tanya Julian sambil menatap Qiara penuh arti. Qiara berhenti menangis ketika mendengar pertanyaan Julian yang baru dia sadari ada di ruang tamu juga.     

"Qiara ... Apa kamu masih suka main game? " Tanya Renata lagi dengan tatapan tajam. Dia tidak habis fikir anaknya masih saja main game walau sudah menjadi istri.     

"Qiara belum bisa menghilangkannya karena belum sekalipun menang. Minimal sekali menang saja aku akan puas dan tidak akan main" Sahut Qiara dengan cemberut.     

"Itu karena kamu tidak cocok menjadi pemain game. Jadi, lebih baik kamu fokus belajar menjadi istri dan mahasiswa yang baik. Dari pada main game hanya membuatmu sakit hati karena kalah melulu." ucap Rejata sambil mengelus-elus bahu Qiara dengan nada suara yang lembut.     

"Iya, aku janji tidak akan bermain game hingga lupa waktu. Aku akan belajar mulai sekarang dengan rajin. " ucap Qiara sambil terisak.     

"Hadehhh ... Paling itu janji sambel. Ini itu udah ke seribu kalinya kamu berjanji." Kata Renata sambil tersenyim mengejek.     

"Aaaa ... Mama kenapa mengungkit yang dulu-dulu sih. Aku hanya penasaran sebab aku tidak pernah menang makanya aku tetap bermain. " kata Qiara yang mencoba membela dirinya.     

"Apa Mama membenciku? "Tanya Qiara sambil menunduk sedih. Renata semakin bingung dengan gelagat manja Qiara yang keterlaluan, seperti bukan dirinya.     

"Sayang dengarkan aku? Mama tidak membencimu, Mama marah karena Mama sayang padamu, untuk itu Mama menasehatimu berulang kali tanpa jenuh." Kata Julian dengan bijak karena dia mengerti kalau istrinya mudah marah dan ngambek belakangan ini.     

"Apakah begitu Ma? Apa yang Julian katakan itu benar? " Tanya Qiara sambil menatap Mamanya penuh arti.     

"Benar itu, semua karena Mama ingin kamu berubah. Kamu sudah bukan remaja lagi, kamu itu seorang istri. Jadi, bersikaplah layaknya orang dewasa yang sudah menikah " jawab Renata sambil tersenyum.     

"Qiara mengerti kok Ma. Tapi, Qiara masih penasaran dengan game itu, kenapa Qiara tidak bisa menang padahal aku selalu bisa menaklukkan game manapun. Aku juga sudah berulang kali latihan." Ucap Qiara dengan sedih.     

"Apa kamu ingin menang bermain game? Jika kamu sangat ingin memenangkan game ini? Apakah kamu mau aku ajari? Tapi, jika kamu menang, apakah kamu mau berhenti bermain? " Tanya Julian tiba-tiba karena ia mulai mengerti apa yang membuat Qiara belum bisa melepas kebiasaan nya itu, yaitu karena penasaran.     

"Julian, kenapa kamu malah bertanya begitu? Bisa jadi Qiara akan memanfaatkanmu! " kata Renata dengan heran, sebab dia berharap Qiara secepatnya lepas dari dunia game. Akan tetapi Julian malah menawarkan bantuan dan mendukungnya.     

"Tidak apa-apa kok Ma! Nanti juga dia sendiri yang akan berhenti kalau rasa penasaranya hilang." Kata Julian sambil tersenyum kearah mertuanya.     

"Bagaimana Qiara, apa kamu mau?"Tanya Julian lagi sambil menatap istrinya dengan lembut.     

"Apakah kamu serius? Apakah kamu mau mengajariku untuk menang? Tapi, aku lihat dari wajah dan ekspresimu seolah tidak memcerminkan seorang gamer profesional. Lalu, bagaimana kamu bisa mengajariku untuk menang?" Jawab Qiara seraya meremehkan Julian.     

Qiara benar-benar meragukan Julian yang tidak memiliki tampang seoarang gamer. Renata sampai heran melihat betapa cepat mood Qiara kembali hanya karena mendengar apa yang dia sukai menemukan jalan keluar, namun ia juga tidak habis fikir dengan Qiara yang masih sempat meragukan orang yang mau membantunya.     

"Ummm... Mama setuju kok Qi, suamimu itu kan pengusaha, mana bisa main game. Jadi, kamu urungkan saja niatmu untuk belajar main game. Sebaliknya kamu minta sama Mama atau Mama Sarah untuk memgajarimu memasak, itu kan lebih cocok bagi perempaun sepertimu sayang. Heheh.. " kata Renata sambol menasehati Qiara dengan lemah lembut.     

Qiara merasa kesal mendengar perkataan Mama nya yang sedari tadi mematikan keinginan nya bahkan terus-terusan mengejeknya, padahal orang yang lebih dulu mengejek Julian adalah dia sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.