Istri Kecil Tuan Ju

Bertemu sahabat lama



Bertemu sahabat lama

0"Kamu fikir kita akan aman? Aku tidak butuh tanggung jawabmu, dan aku tidak ingin menghancurkan masa depanmu dan nama baik keluargamu. Jadi, jangan berfikir untuk kawin lari lagi, dan tenanglah karena aku tidak akan membuatmu tidak aman." Kata Yumi, setah itu ia turun dari mobil Natan tanpa menoleh lagi.      
0

Mendengar penolakan secara halus dari Yumi, Natan mengepakan tinjunya, ia sudah ketakutan dan berfikir sangat keras untuk menemukan jalan keluar, nyatanya tidak disambut dengan baik oleh Yumi.      

"Baiklah, jika memang ini yang kamu inginkan. Aku akan ikuti, tapi jangan pernah menyesal dengan pilihanmu ini, karen aku tidak akan memberi kesempatan padamu lagi. " Setelah mengatakan itu sambil melirik Yumi yang sudah cukup jauh dari mobilnya, Natan pun kembali menyalakan mobilnya dan pergi dengan kecepatan tinggi dari tempat itu.      

Waktu terus berlalu, tidak terasa waktu sudah sore. Julian keluar dari kamarnya lengkap dengan pakaian rapi dan jas mahalnya. Ia berjalan pelan menghampiri Qiara yang terlihat asik main game di taman samping kamar Qiara.      

"Qiara...? "     

Mendengar namanya di panggil, Qiara pun langsung menoleh kesumber suara.      

"Ummm? " Sahutnya sambil memicingkan matanya melihat Julian sudah rapi.      

"Kamu mau kemana? Aku fikir kamu masih tidur makanya aku tinggalkan kamu keluar sendirian karena aku bosan sehingga aku main game. " Tanya Qiara lagi.      

"Umm ... Tadi, asistenku telpon. Dia bilang sahabat sekaligus orang yang mau bekerjasama dengan perusahaanku mau bertemu denganku, oleh karena itu aku harus menemuinya sekarang "Jelas Julian.      

"Oh, pergilah!" Seru Qiara seraya mengalihkan pandangannya lagi.      

"Kamu tidak apa-apa kan kalau ku tinggal sendirian?" Tanya Julian dengan khawatir.      

"Aku ini sudah dewasa, jadi aku akan baik-baik saja. Sekarang, kamu cepatlah pergi sebelum aku berubah fikiran. " sahut Qiara seraya menarik nafas dalam.      

"Baiklah, aku pergi ya? Kalau kamu butuh apapun, kamu bisa panggil istri pelayan Mu! "ucap Julian.      

Setelah itu ia mengecup kening Qiara lalu pergi meninggalkannya dengan cepat, sebab dia harus cepat pergi biar bisa kembali dengan cepat.      

Qiara pun melanjutkan permainannya setelah Julian pergi.      

Waktu berjalan begitu cepat, di sebuah hotel bintang lima yang ada di pusat kota A. Seorang lelaki blasteran Indonesia-London, terlihat masuk ke salah satu restauran mewah yang ada di hotel itu.      

Di Restauran itu, ia sudah di tunggu oleh Julian dan Andi asistennya.      

Melihat Julian duduk dengan tenang sambil menatapnya. Marion nama pemuda itu, ia tersenyum lalu menyapanya Julian.      

"Hallo Tuan Ju! Apakah anda sudah lama? senang bisa bertemu sahabat lama lagi. "      

Julian menatap Marion tanpa ekspresi, setelah itu ia menjawab, " Aku baru saja sampai,"      

"Oh ... Aku fikir kalau aku terlambat. Bagaimana kalau kita langsung membahas bisnis kita saja!" Ucap Marion yang tidak mau basa basi terlalu lama sebab mereka bukan lagi anak kuliahan yang harus ngobrol sia-sia setiap kali bertemu.      

Julian mengangguk setelah itu dia menatap Marion penuh arti sambul berkata,      

"Aku dengar kamu tidak tertarik dengan dengan cara kerja perusahaanku, lalu kenapa kamu meminta bertemu denganku untuk membahas bisnis? "     

"Hahaa ... Kamu benar, akan tetapi setelah aku melakukan surve pada perusahaanmu, aku pun langsung cocok, itu sebabnya aku menghubungi asistenmu." jelas Marion sambil tertawa kecil.      

"Baiklah, kalau begitu mari kita bahas karena sejujurnya saya juga tertarik merambah pasar London dengan perusahaan lain selain The Diamod Grup." sahut Julian sambil tersemyum kecil lalu menyilangkan kakinya.     

"Bagus kalau begitu. " Kata Marion menimpali ucapan Julian.      

Julian adalah orang yang tidak mudah di tipu, hanya dengan sekali lihat dia sudah tau mana orang yang dia harus percaya dengan yang bukan, ia sama dengan Lion.      

Walaupun kenyataannya Julian tidak pernah memberi kepercayaan penuh pada orang , tapi ia selalu memberi kesempatan kepada orang untuk membuktikan ucapannya.      

Setelah menyelesaikan pembahasan tentang bisnis mereka. Julian dan Marion menyantap hidangan yang di suguhkan di meja sambil ngobrol ringan layaknya seorang sahabat yang sudah lama tidak bertemu.      

"Sampai kapan kamu akan tinggal di kota A? Aku dengar kalau perusahaan tempatmu bekerja hanya mengizinkanmu pergi beberapa hari saja tanpa memberi libur. " tanya Julian sambil menyesap minumannya.     

"Spertinya akan lama, karena aku menemukan hal menarik disini, soal perusahaanku, aku akan membuat kerjasama kita sebagai alasan untuk berlama-lama. Aku keren kan? Hehehe ... " jawab Marion sambil terkekeh.      

Julian menjepit alisnya dengan bingung, lalu bertanya lagi, "Hal menarik apa yang bisa membuat seorang Marion menetap disini? Apakah itu wanita?"      

"Ada deh ... Hahaha... "      

"Ummm ... Jika itu wanita, berarti kamu sudah putus dengan Sherly, pantas saja dia kembali menggangguku. " Kata Julian sambil menganggukkan kepalanya.      

Julian masih ingat waktu dia menyelesaikan S1 nya di London bersama Alvin, dia pernah mendengar kalau Marion menyukai seorang mahasiswi semester awal.      

Setelah mencari tau kalau wanita itu adalah Sherly, ia juga mendengar gosip tentang pacaran mereka. Julian juga masih mengingat kalau Marion sangat sering bersamanya.      

Julian juga tau kalau kakak lelaki Sherly adalah Ceo perusahaan tempat Marion bekerja, kakak lelaki Sherly merupakan teman sekalas Marion dan Julian. Namun, tidak banyak yang mengetahui kalau Sherly punya kakak lelaki karena dia tidak ingin dianggap sukses karena bantuan keluarganya. Sedang publik hanya tau kalau Sherly anak tunggal dari Wali Kota A.      

Mendengar pertanyaan Julian, Marion tertawa sambil memegang perutnya, untung saja Restauran itu sudah di boking oleh Julian, jelas sepi kalau tidak mungkin orang akan aneh melihat Marion tertawa.      

Tidak lama setelah itu, Marion menarik nafas dalam sebelum membuka mulutnya kembali.      

"Kenapa kamu tertawa? " Tanya Julian dengan heran.      

"Tadi kamu bilang Sherly anaknya wali kota A? Ayolah Julian? Apa kamu tidak bisa melihat betapa cinta dan tergila-gilanya gadis itu dari dulu padaku? Aku dan Sherly hanya berteman karena aku sering bermain ke rumahnya untuk betemu kakaknya, selain itu kakanya sekarang adakah CEO di perusahaanku. Setiap bertemu denganku, ia selalu menanyakan kabarmu dan semua aktivitasmu."Jawab Marion sambil mengedipkan matanya lalu tersenyum.      

"Apa kamu sedang menjebakku? Tanya Julian karena merasa curiga dengan kedipan Marion     

"Maafkan aku! Aku hanya di paksa, sebab dia merengek memintaku ikut bertemu denganmu. Katanya, kamu tidak mau lagi bertemu dengannya. " kata Marion lagi.      

Ekspresi Julian menjadi gelap, dia tidak mungkin mengusir pergi meningalkan sahabat yang sudah jauh-jauh datang menemuinya, terlebih dia sudah terikat kerjasama dengan perusahaan Marion sebelum ia tau kalau kakak Sherly sudah menjabat menjadi CEO perusahaan yang cukup besar itu di London.      

Sekarang Julian serba salah, Sherly memang cantik dan pintar akan tetapi dia tidak bisa menaklukkan benteng kokoh di hati Julian serta menggeser Vania dari hatinya.      

"Apa kamu serius kalau Sherly akan datang? " Julian benar-benar tak percaya dengan apa yang di katakan oleh Marion karena menurutnya Sherly tidak akan mungkin mengganggunya lagi setelah penolakan yang berulang kali ia lemparkan.      

Belum saja Marion menjawab, Sherly muncul dari balik pintu masuk restauran, dia menggunakan gaun merah menyala diatas lutut sehingga memperlihatkan pahanya yang putih dan mulus. Rambutnya digerai indah dengan bentuk ikal yang manis. Senyumnya begitu manis, kulitnya putih dan bibirnya merah menyala dan tampak lembut.      

"Selamat sore Kakak Julian! Aku senang bisa diajak berkumpul disini seperti dahulu waktu kita sering makan bersama. " sapa Sherly sambil duduk di samping Julian dengan anggun     

Marion tersenyum melihat ekspresi pahit Julian, dia tau kalau Julian tidak suka dengan Sherly karena dihatinya hanya ada satu wanita yang tidak akan tergantikan.      

"Sore juga! " jawab Julian dengan malas tanpa melirik Sherly di sampingnya.      

Sherly mencoba menyembunyikan mencoba mengendalikan emosinya saat Julian mengabaikan keberadaannya walaupun ia menyaut ucapan salamnya.      

"Kakak Marion, lama tidak bertemu, terimaksih sudah mengajakku bertemu disini!" kata Sherly sambil tersenyum manis pada Marion.      

"Sama-sama! "Sahut Marion seolah ia tidak sengaja melakukannya.      

Julian benar-benar tidak suka basa basi, apalagi dengan orang yang membuatnya risih dan tidak nyaman setelah beberapa kejadian.      

Kata orang, Sherly termasuk perempuan sempurna, dia cantik, cerdas dan berasal dari keluarga terpandang. Sayangnya dimana Julian menganggap Sherly hanya anak kecil yang dia harus hargai perasaannya namun tidak bisa lebih dari perasaan seorang kakak pada adiknya.      

Tidak lama setelah itu, Julian berdiri sambil memperbaiki jasnya.      

"Maaf ! Saya pergi dulu karena ada urusan."      

Ekspresi Sherly menjadi gelap, dia kesal karena Julian sudah mau pergi disaat dia baru saja datang.      

"Tunggu kakak Julian!" ucap Sherly dengan nada suara berat ia menghentikan langkah kaki Julian yang sudah berhenti dan menoleh padanya itu.      

"Kakak Julian, ada apa denganmu? Kenapa kamu sepertinya sangat membenci aku? Apa salahku? Apakah mencintaimu adalah kesalahan besar? "Tanya Sherly dengan suara berat. Matanya mulai berkaca-kaca karena tidak bisa lagi menahan sikap dingin Julian padanya.      

"Kamu sudah tau jawabannya, kenapa kamu bertanya lagi? Aku tegaskan sekali lagi, aku sudah memiliki istri yang aku cintai, oleh karena itu, kamu harus berhenti dengan obsesimu itu." Kata Julian sambil memicingkan matanya.      

Mendengar perkataan Julian, wajah Sherly langsung merah padam menahan malu.      

Sedang Marion terkejut mendengar berita yang benar-benar spektakuler baginya. Ia tidak menyagka akan mendengar berita tentang pernikahan Julian dari mulutnya sendiri setelah lama tidak memberi kabar tentang hubungan percintaannya dengan seorang perempuan.      

"Tunggu dulu! Apa maksudmu mengatakan kalau kamu sudah memiliki istri? Apa mungkin kamu sudah menikah tanpa memberitahu kami? Apakah gadis beruntung itu adalah Vania? " Tanya Marion dengan heran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.