Istri Kecil Tuan Ju

Dilema Julian



Dilema Julian

0Apa anda yakin untuk tidak memberitahu istri anda? Karena, sangat bahaya jika seorang ibu tidak tau dirinya hamil." Kata dokter itu. Ia merasa kalau keputusan Julian yang merahasiakan kehamilan, sangat tidak baik bagi istrinya.      
0

Julian terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh dokter itu. Dia tidak bermaksud untuk merahasaiakannya, akan tetapi dia tidak bisa membayangkan bagaimana fisikologis Qiara jika dia tau kalau dirinya akan menjadi Mama muda.      

"Tuan Ju, maaf jika saya harus ikut campur, akan tetapi saya harus memberitahu anda akan bahaya jika seorang ibu tidak tau dirinya hamil. Bisa jadi, dia tidak akan memperhatikan hal-hal yang akan membahayakan kandungannya seperti hari ini." Kata sang dokter dengan ekspresi sendu.      

Sekali lagi Julian tersentak kaget karena merasa takut istrinya akan melalukan hal-hal yang akan membahayakan bayinya jika dia tidak tau dirinya hamil.      

"Baiklah dokter, saya akan fikirkan lagi bagaimana baiknya. Kalau begitu saya akan masuk melihat istri saya." Ucap Julian dengan penuh hormat.      

"Baik, saya akan meminta suster untuk memindahkan istri anda ke kamar kelas satu yang ada di rumah sakit ini. Kalau begitu, selamat malam Tuan Ju? "     

Setelah berpamitan dengan dokter itu, Julian pun langsung masuk ke ruangan dan menemani Qiara menuju ruang VIV.      

Malam itu terasa mencekam bagi Julian karena istrinya terkapar di ranjang pasien.      

Tidak lama kemudian, mereka sampai dikamar itu. Julian naik keatas ranjang dan berbaring di samping Qiara. Kebetulan ranjang pasien di ruangan kelas satu itu cukup luas sehingga ia bisa tidur berdua.      

Julian merasa masih bisa mengurus Qiara sendiri sehingga ia tidak meminta bantuan keluarga nya ataupun memberitahu ibu Qiara, karena ia tidak mau membuat orang lain panik.      

Jam menunjukkan sudah pukul satu, Julian tidak bisa memejamkan matanya ketika menjaga Qiara agar tidak jatuh atau menyentuh infusnya karena Qiara benar-benar buruk saat tidur.      

"Qiara, maafkan aku karena sudah tidak bisa memperhatikan dan menjagamu, hampir saja kita kehilangan bayi kita sayang, tapi bagaimana jika kamu tau, apakah kamu akan menerimanya? "bisik Julian seraya membelai wajah Qiara yang tampak tidur dengan nyenyak.      

Setelah berbisik, Julian pun mencoba memejamkan matanya karena dia memang sudah sangat mengantuk.      

Tidak lama kemudian, Julian pun tertidur sambil memeluk Qiara.      

Keesokan paginya, mentari menyelinap dari balik cenda rumah sakit di kamar VIV itu, Qiara membuka matanya dan menatap langit-langit kamar rumah sakit itu dengan bingung.      

'Umm ... Dimana aku? Kenapa rasanya ada yang menusuk tanganku, dan perutku terasa keram. ' Batin Qiara dengan bingung.      

Tidak lama kemudian, setelah selesai membatin, Qiara pun langsung menoleh kearah sampingnya. Seketika itu hatinya menghangat melihat sosok tampan tertidur di sebelahnya.      

'Iya, aku ingat kalau semalam aku sedang makan malam sama Julian, tapi kenapa aku bisa di ruang ini? Ahhh ... Tanganku juga di infus, apakah semalam aku pingsan? Iya aku ingat, semalam perutku rasanya sakit sekali sampai aku mengeluarkan darah. Ada apa denganku?' Batin Qiara yang terus bertanya-tanya pada dirinya.      

"Ummm ... Sayang, apa kamu sudah bangun? "     

Mendengar suara itu, Qiara kembali menoleh pada Julian.     

"Apa aku membuatmu terbangun? "tanya Qiara seraya mengerjapkan matanya.      

Sebelum menjawab pertanyaan Qiara, Julian bangun lalu duduk sambil bersandar. Setelah itu ia membantu Qiara untuk duduk juga.      

"Aku memang sudah waktunya bangun. Oh iya, apakah kamu merasa lebih baik? Apakah perutmu tidak sakit lagi? "Kata Julian setelah membantu Qiara duduk dan bersandar di dadanya.      

"Sebenarnya aku kenapa? Beberapa hari ini aku merasa tubuhku lemah walaupun aku banyak makan. Dan setiap aku minum minuman yang bersoda perutku langsung keram dan sakit. Tapi, yang semalam aku merasa seperti mau mati. Apakah aku mengidap penyakit mematikan? " Tanya Qiara dengan pelosnya.      

Julian terkejut mendengar cerita Qiara, benar kata dokter itu, karena ketidak tahuan Qiara, ia sampai membahayakan kehamilannya sendiri.      

"Sayang, sejak kapan kamu meminum munuman bersoda? " Tanya Julian dengan ekspreai yang gelap.      

"Kemarin aku membelinya di Indomart waktu aku mencari beberapa cemilan ringan untuk menemaniku main game. Setelah meminumnya perutku langsung tegang. Tapi cuma sebentar, sehingga aku tidak memberitahumu saat kamu menjemputku semalam. "Jelas Qiara.      

"Itu artinya kamu alergi sama minuman bersoda, jadi mulai sekarang jangan pernah menyentuh minuman itu lagi. Apa kamu mengerri? " Kata Julian dengan tegas.      

"Iya. " Sahut Qiara dengan manyun.      

"Ya sudah, aku akan membersihkan diri dulu, setelah itu aku akan membantumu sarapan, karena istri pelayanmu sudah mengantarkan bubur subuh tadi buatmu. Atau, kamu mau makan sendiri? " Kata Julian dengan nada suara yang lembut.      

"Ummm ... Aku mau makan disuapi, karena biasanya kalau aku sakit, Mama menyuapiku." Kata Qiara dengan manja.      

Julian menarik nafas dalam melihat betapa manjanya gadis nakal dan pemarah itu. Namun, dia merasa beruntung karena bayinya sangat kuat, suatu keajaiban bayi itu bertahan saat Mama nya memberinya minuman bersoda.      

"Baiklah. Aku akan menyuapimu, kamu tunggu sebentar! " Kata Julian dengan suara yang lembut.      

"Aku laparnya sekarang. " Kata Qiara dengan mata yang berkeca-kaca.      

Ekspresi Julian menjadi rumit, jika dia tidak menuruti kemauan Qiara, kemungkinan dia akan menangis karena Qiara sangat rewel saat dia lapar.      

"Aku mau kencing sebentar sayang, aku tidak tahan! Jadi, kamu yang sabar ya! " Kata Julian seraya berlari menuju kamar mandi karena dia tidak ingin melihat wajah cemberut Qiara yang akan menahannya untuk tidak pergi.      

Benar saja kalau Qiara langsung cemberut ditinggal Julian saat dia lapar.      

Tidak lama kemudian, Julian pun langsung keluar dari kamar mandi setelah ia selesai dengan urusannya di kamar mandi.      

Seketika itu ia disambut oleh Qiara dengan air mata yang sudah jatuh ke pipinya.      

"Kenapa kamu menangis? " Tanya Julian dengan khawatir sambil menyeka air mata Qiara.      

"Aku lapar!"     

"Ohh ... Gitu. Ya sudah, aku akan menyuapimu sekarang! "     

Setelah mengatakan itu, Julian pun mengambil bubur yang masih hangat itu di meja kecil dekat ranjang pasien.      

"Ini bubur yang sangat cocok buat kamu, rasanya enak dan dibuat khusus oleh istri pelayan Mu dengan penuh kasih sayang, itu katanya." Jelas Julian seraya membuka tutup kotak bentok yang berisi bubur itu.      

"Aku akan mengucap terimakasih pada bibi Mu karena dia sudah membuat bubur ini untukku. " Kata Qiara dengan semangat.      

"Bagus itu, kalau begitu kamu harus cepat sembuh agar bisa pulang dengan cepat." Ucap Julian seraya menyuapi Qiara.      

Tanpa mengatakan apapun, Qiara langsung menganggukkan kepalanya seraya menganga.      

Melihat Qiara mau makan dengan lahap, Julian pun merasa lega, namun, ia kaget ketika melihat Qiara muntah.      

"Sayang, kamu baik-baik saja kan? "Tanya Julian dengan panik.      

"Aku tidak suka bubur, perutku mual setiap kali memakannya. " Kata Qiara seraya menyingkirkan bubur itu dengan tangannya.      

"Baiklah, aku tidak akan memberikanmu makab bubur ini lagi! " Kata Julian seraya menjauhkan bubur itu dari Qiara.      

Setelah mengambilkan Qiara minum, Julian pun memberinya minum lalu memberingkannya di tempat tidur.      

"Apakah sudah enakkan? " Tanya Julian dengan perasaan lega saat melihat Qiara sudah tidak muntah-muntah lagi.      

"Perutku terasa tidak nyaman. " Ucap Qiara sambil menyembunyikan wajahnya di dalam pelukan Julian.      

"Aku akan panggilkan dokter untukmu! " Kata Julian dengan ekspresi khawatir.      

"Tidak usah, kamu bantu aku untuk mengusap-usap perutku, mungkin itu akan lebih baik, sebab aku tidak suka dengan bau dokter." Kata Qiara seraya merengek manja.      

"Ya sudah, kamu berbaring dengan benar ya! Biar aku bisa mengusap perutmu." Kata Julian seraya membantu Qiara untuk membenarkan posisi tidurnya.      

Setelah posisi tidur Qiara terlihat nyaman. Julian pun langsung menyingkap baju Qiara sampai bawah dadanya sehingga memperlihatkan perut Qiara. Seketika itu Julian langsung mengusap-usapnya dengan lembut dan penuh kasih sayang.      

Tanpa sadar, Qiara malah tertidur kembali karena dia tidak merasa lapar lagi.      

Julian pun menyelimuti Qiara setelah melihatnya tertidur dengan sangat nyenyak.      

Tepat saat itu, ponsel Julian berbunyi, seketika itu ia langsung menuju balkon kamar Qiara untuk menerima panggilan karena itu dari Andi sang asistennya.      

"Hallo? "Sapa Julian duluan dengan suara berbisik agar Qiara tidak sampai terbangun dari tidurnya.      

"Hallo bos! Saya ingin melaporkan sesuatu kepada Anda! " sahut Andi dari seberang telpon.      

"Katakan!" Seru Julian dengan nada suara yang dingin.      

"Begini bos, sudah terjadi kecelakaan di lokasi pembangunan Mall baru di kota C. Beberapa pekerja terluka parah dan satu orang meninggal dunia. "Jelas Andi.      

Julian terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Andi. Ini adalah kali pertama dia mengalami masalah seperti ini sepanjang karirnya sebagai Presdir perusahaan terbesar di kota A itu.      

"Apa kamu sudah menyelidiki apa penyebabnya? " Tanya Julian yang mulai merasa curiga.      

"Setelah melakukan penyelidikan, ternyata tembok yang roboh dan menimpa beberapa pekerja itu bahannya tidak bagus sehingga mudah roboh." Jelas Andi lagi sesuai dengan apa yang sudah dia selidiki.      

"Apa? Bagaimana mungkin bisa tidak bagus? Bukankah perusahaan selalu memberi dana besar agar mereka bisa membeli bahan-bahan yang terbaik? Katakan padaku siapa penanggung jawab proyek ini! "Julian mulai murka.     

Fikiran Julian kini terbagi dua, di satu sisi ada istrinya yang bergantung padanya. Disisi lain ada pekerjaan yang merupakan tanggung jawabnya.      

"Saya akan kirim detail kejadian ini beserta siapa penanggung jawabnya ke email anda agar anda bisa mengambil keputusan apa yang harus anda ambil. Saya akan menunggu perintah dari Anda. "Kata Andi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.