Istri Kecil Tuan Ju

Marasa Tidak Bersemangat



Marasa Tidak Bersemangat

0Walaupun Qiano terlalu sunyi, hingga ia tidak tau harus berkata apa atau memaksanya bicara, karena dia takut akan merusak suasan, tapi dia tetap menikmati kesunyian itu dengan sorak gembira di hatinya.     
0

Sebenar nya Qiano juga tidak tau mau berkata apa karena dia merasa gerogi dan perasaanya campur aduk itulah sebabnya dia lebih memilih diam.     

Ketika mereka akan masuk ke dalam mobil tiba-tiba Rena membuka mulutnya dan berkata, "Ayo masuk!"     

"Bawalah Delima pulang! Aku akan pergi ke suatu tempat. Jadi, aku tidak bisa pulang bersamamu!" kata Qiano setelah menidurkan Delima didalam mobil samping pengemudi dengan mengatur tempat duduknya agar Delima nyaman tidurnya.     

Wajah Rena berubah gelap mendengar perkataan Qiano.     

"Aku akan mengantarmu ke tempat yang kamu tuju. Bagaimana?" kata Rena yang belum rela untuk berpisah dari Qiano.     

"Maaf, aku harus pergi! "     

Setelah mengatakan itu, Qiano pun pergi tanpa memperdulikan Rena. Seketika itu, Rena menggertakan giginya karena kesal.      

Tidak lama setelah itu, Rena meninggalkan parkiran Mall itu dengan kesal, sedang Qiano langsung masuk ke taxi dengan cepat.      

Sementara itu, di rumah besar keluarga Julian. Natan terlihat keluar dari mobilnya setelah mengurus persiapannya untuk pindah keluar negeri yang diundur satu hari itum      

Sarah menyambut kedatangan Natan dengan penuh sukacita dan langsung memanggil pelayan untuk membantu membawakannya minuman.      

Sarah menatap Natan dengan senyum sambil berkata, "Sayang kamu.... "     

"Aku mau ke kamar dulu! " kata Natan memotong perkataan Ibunya sebelum dia bisa menyelesaikan perkataannya. Karena dia tidak merasa dalam keadaan baik.      

Setelah mengatakan itu, Natan langsung menuju kamarnya, tepat saat dia membuka pintu kamar nya dia dikagetkan oleh suara yang sangat akrab di telinganya.      

"Dorrr ... "teriak seorang gadis yang tiba-tiba muncul menepuk pundaknya.      

Seketika itu Natan menengok ke arah sumber suara. Melihat gadis itu, ia menjepit kedua alisnya dengan ekspresi yang rumit namun tak mengatakan sepatah katapun, dia malah menjauhkan tangan gadis itu dari pundaknya lalu berjalan menuju kamar mandi.     

"Hei ... Kakak! Kenapa hanya diam tanpa menyambutku? " teriak gadis itu dengan ekspresi kesal.     

Mendengar suara teriakan yang membuat telinganya pening. Natan pun membalikan badannya sambil mengerutkan keningnya dan bertanya," Apa?"     

"Aku di sini ingin mengejutkanmu, tapi kamu malah acuh tak acuh, apa kamu tidak rindu sama adikmu yang cantik ini?"     

"Aku lagi malas ngobrol dengan siapapun. " jawab Natan tanpa ekspresi.     

Tanpa menghiraukan gadis itu lagi, Natan langsung masuk ke kamar mandi, melihat sikap Natan yang dingin, gadis itu mengerti kalau Natan sedang memiliki masalah.      

'Apa dia punya masalah? Kenapa dia begitu dingin padaku? Apakah Papa sudah memaksanya untuk pindah? Aku didatangkan hanya untuk menjemputnya atau apa? 'Batin gadis itu seraya menggaruk lehernya.      

Beberapa menit kemudian, Natan keluar dari kamar mandi dan menatap ke arah Jihan yang masih sibuk dengan pikirannya sambil duduk di ranjang.     

"Kapan kamu datang?"tanya Natan seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk.      

Mendengar suara itu, Jihan langsung menoleh ke arah Natan seraya menyaut, "Tadi siang. Papa membawaku kesini untuk menjemputmu. "     

"Oh ... " sahut Natan sambil membuka lemari untuk menemukan pakaian nya.     

Untuk pertama kalinya, Jihan meras Natan sedikit bicara padanya.      

"Kak, apa kamu sedang ada masalah? tanya Jihan dengan ragu-ragu.      

Natan menarik nafas dalam lalu mengangkat bahunya untuk menunjukkan kalau dia tidak berkenan untuk Menceritakannya.      

"Ada apa kamu bertanya? "      

"Walaupun kita tidak pernah bertemu, tapi aku bisa merasakan apa yang kakak rasakan. Jadi, ceritakanlah padaku apapun itu, siapa tau aku bisa membantu kakak. " Kata Jihan sambil memengang pundak Natan.      

"Anak kecil tidak akan mengerti urusan orang dewasa. Jadi, kembali ke kamarmu dan istirahatlah! " Kata Natan dengan acuh-tak acuh karena dia tidak ingin adik perempuannya itu kena masalah dengan Papa nya.      

Meski merasa tidak puas dengan jawaban Natan, dengan berat hati Jihan meninggalkan kamar Natan karena dia tidak mau membuat kakaknya yang terlihat menyedihkan itu sampai marah padanya.      

Tepat saat itu, pelayan memberitahunya untuk keluar karena Papa dan mamanya menunggu di meja makan.      

Natan dan Jihan pun keluar dari kamar bersama. Namun, Natan tidak tahu kalau di meja makan ada tamu, dia adalah Tuan Fernando yang merupakan komisaris dari salah satu perusahan terkenal di Negara tetangga, dia datang bersama istri dan anak perempuanya.      

"Natan, kemarilah sayang! Ada tamu spesial yang ingin bertemu denganmu! "Kata Sarah sambil menarik Natan untuk duduk di samping Intan yang merupakan anak terakhir dari Tuan Fernando.      

Natan mengangguk patuh, dan duduk di samping Intan. Sedang Jihan hanya mengikuti Ibunya dengan patuh sambil menggandeng tangan kiri Ibunya dengan manja karena dia sudah terlalu lama tidak bertemu.      

'Sepertinya ada bau yang tidak sedap dari kunjungan ini, dan aku pastikan kak Natan akan menolak jika ini adalah perjodohan.' Batin Jihan dengan cemberut melihat ke arah Intan yang tersenyum manis melihat Natan.      

Tuan Fernando menatap Natan dan Intan dengan senyum yang merekah seraya berkata, " Lihatlah Joshep, kedua anak kita tampak serasi, rasanya tak sabar melihat mereka segera menikah menyusul Julian yang katannya sudah berkeluarga itu. "     

"Hahahah ... Iya, kamu benar. Kita nikahkan saja mereka di usia muda agar tidak akan ada gangguan yang merusak nama baik mereka. Nanti, mereka bisa tinggal dan kuliah bersama di Australia. Ada Jihan juga yang akan membantu mereka selama ada disana. "sahut Tuan Jhosep sambil terkekeh.      

Mendengar percakapan tentang pernikahan, Natan menyipitkan kedua alisnya dan mulai tidak nyaman.      

Tidak lama kemudian, ia menatap ayahnya bermaksud mengalihkan pembicaraan karena dia tidak suka dengan obrolan ini.      

"Kapan ayah kembali bersama Jihan? "Tanya Natan yang menanyakan kembali apa yang sudah d jawab oleh Jihan.      

"Tadi siang, tapi pas ayah sampai rumah kamunya masih di kampus mengurus kepindahanmu. "Jawab Tuan Jhosep sambil tersenyum seakan tidak terjadi apa-apa antara dia dengan Natan.      

"Papamu pulang hanya untuk menjemputmu pergi dari Mama. Selain itu, dia memanfaatkan kepulangannya untuk menghadiri makan malam ini, agar bisa membicarakan kelanjutan hubunganmu dengan Intan yang sudah tertunda selama bertahun-tahun. " sambung Tuan Fernando dengan ramah pada Natan. Karena dia gagal menikahkan putri pertamanya dengan Julian, kali ini dia tidak mau gagal, karena dia terobsesi untuk menjadi besan keluarga Tuan Jhosep yang kaya raya.      

"Apakah ini perjodohan?" tanya Natan ketika mendengar perkataan Tuan Fenando.      

"Haha ... Jhonsep, kenapa kamu tidak memberitahu Natan kalau dia dan Intan sudah dijodohkan dari kecil? " Tanya Tuan Fernado sambil terkekeh menyembunyikan rasa kesalnya ketika melihat ekspresi Natan yang tegang seakan tidak suka.      

<     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.